Dorong Pertumbuhan dan Percepatan Inovasi Berbasis AI di Indonesia

ki-ka CEO EPSINDO Rene Indiarto Widjaja, Presdir Ingram Micro Indonesia Mulia Dewi Karnadi dan Rektor ITDEL Arnaldo Marulitua Sinaga di Ingram Micro Innovation Day 2025. (Foto: stevywidia/youngster.id)

youngster.id - Transformasi digital di Indonesia kini menghadapi tantangan adopsi artificial intelligence (AI). Tantangan utama bukan lagi sekadar otomatisasi, melainkan bagaimana mengintegrasikan AI secara mendalam ke dalam berbagai aktivitas dengan tetap menjamin aspek keamanan, etika, dan kepatuhan regulasi.

Isu ini menjadi pembahasan utama dalam Ingram Micro Innovation Day 2025. President Director Ingram Micro Indonesia Mulia Dewi Karnadi mengatakan, kegiatn merupakan platform untuk mendukung organisasi berinovasi secara lebih cepat dan aman.

“Kami menyadari bahwa inovasi merupakan kunci survival di era digital yang kompetitif, dinamis, dan penuh tantangan ini, dengan adopsi teknologi sebagai motor perubahannya,” ucapnya dalam jumpa pers, Selasa (9/12/2025).

Dewi menekankan dampak transformatif AI terhadap analisis data dan pengambilan keputusan dalam organisasi.

“Ingram Micro berperan sebagai orkestrator ekosistem untuk mengintegrasikan perangkat, infrastruktur, dan keamanan untuk memastikan pelanggan dapat bergerak melewati tahap percontohan (pilot project) menuju tahap produksi dengan capaian bisnis yang terukur sekaligus memenuhi standar keamanan,” katanya.

Sementara itu, CEO & Founder EPSINDO Rene Indiarto Widjaja menggambarkan bagaimana kebutuhan industri telah beralih dari tahap eksperimen menuju implementasi nyata. “Pasar menuntut tata kelola data sejak fase desain, integrasi vendor, hingga pencapaian hasil yang cepat dan terukur,” ucapnya.

Rene menilai bahwa AI bukanlah tujuan akhir, melainkan alat pendorong efisiensi dan inovasi lintas sektor. Di dunia pendidikan misalnya, pemanfaatan AI mendukung riset di laboratorium, proses pembelajaran mahasiswa, hingga otomatisasi layanan administrasi di kampus, yang seluruhnya menuntut tata kelola big data, privasi, serta pagar etika yang solid.

Sementara itu, Rektor Institut Teknologi Del (IT Del) Arnaldo Marulitua Sinaga menambahkan, AI juga membuka jalan bagi pengembangan metode pembelajaran berbasis data.

“Organisasi kami memanfaatkan kemampuan komputasi super untuk mendorong riset dan pembelajaran berbasis AI dengan tata kelola, etika, serta keamanan sebagai fondasinya,” ujarnya.

Dia memaparkan bagaimana peningkatan kemampuan komputasi super kampus sejak Agustus 2025 telah mempercepat riset big data, mulai dari genomik hingga hortikultura.

“Mahasiswa dan dosen kini dapat menuntaskan riset yang sebelumnya terkendala oleh keterbatasan komputasi,” ungkap Arnaldo.

Lebih lanjut, AI dimanfaatkan untuk mengembangkan metode pembelajaran adaptif berbasis data dan mendukung proyek seperti sistem informasi wisata Danau Toba berbasis chatbot.

Secara keseluruhan, tantangan adopsi AI mencakup kekurangan talenta digital, fragmentasi data, dan risiko keamanan siber. Untuk mengatasi hal ini, para pelaku industri mendorong konsep intelligent growth – pertumbuhan cerdas yang menyelaraskan inovasi dengan keamanan, regulasi, dan tanggung jawab sosial.

 

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version