youngster.id - Nusantics, perusahaan rintisan lokal yang bergerak di bidang teknologi genomika, mengumumkan penggalangan modal dengan nilai yang tidak dipublikasikan dalam ronde pendanaan Seri A yang dipimpin oleh East Ventures.
Nusantics akan menggunakan hasil ronde pendanaan Seri A untuk memperkuat kapabilitas penelitian dan pengembangan sehingga mereka bisa meneruskan inovasi di bidang analisis mikrobioma dan alat diagnosis medis.
“Fokus jangka pendek kami adalah turut serta dalam upaya penanggulangan pandemi, sedangkan fokus jangka menengah kami ialah membentuk pemahaman di publik tentang keterkaitan antara keanekaragaman mikrobioma dan kesehatan. Kami ingin berkontribusi dalam mencari solusi dari dampak Anthropocene (dampak manusia ke lingkungan), dengan memanfaatkan indeks keanekaragaman hayati yang terkait mikrobioma. Ini adalah perjalanan yang menantang, tetapi mengasyikan,” kata Sharlini Eriza Putri CEO Nusantics dalam keterangannya, Jumat (8/1/2021).
Sementara itu Venture Advisor East Ventures Triawan Munaf bergabung sebagai anggota Dewan Komisaris di Nusantics.
“Anak muda Indonesia harus terus berinovasi di bidang bioteknologi di dalam negeri dan berkolaborasi dengan pemangku kepentingan yang lain, termasuk pemerintah, demi meningkatkan ketahanan lokal. Nusantics, telah menunjukan semangat kolaborasi tersebut dan saya sangat senang bisa menjadi bagian dari perjalanan mereka,” kata Triawan.
East Ventures menggandakan dukungan ke Nusantics dengan mengucurkan investasi lanjutan kurang dari setahun setelah memimpin ronde pendanaan tahap awal (seed) ke startup tersebut. Modal segar ini adalah buah dari capaian pertumbuhan bisnis Nusantics dan kesigapan mereka dalam merespons disrupsi yang terjadi akibat pandemi Covid-19.
Nusantics berhasil menggunakan kemampuan perusahaan dalam riset mikrobioma untuk mengembangkan dua generasi alat uji (test kit) Covid-19 berbasis PCR dengan tingkat sensitivitas dan spesifitas tinggi. Test kit tersebut juga mampu mendeteksi beragam mutasi virus Corona di Indonesia, termasuk strain virus yang baru-baru ini mewabah di United Kingdom.
Alat uji generasi pertama telah distribusikan ke 19 provinsi di penjuru Indonesia sebagai bagian dari gerakan Indonesia PASTI BISA berkolaborasi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Kemudian, Nusantics bermitra dengan PT Bio Farma (Persero) dalam pengembangan alat uji generasi kedua yang memangkas proses diagnosis pengujian menjadi 3x lebih cepat. Alat uji ini juga terbukti masih relevan dengan mutasi virus terkini yang terdeteksi mewabah di United Kingdom.
Bio Farma telah memproduksi dan memasarkan kedua generasi test kit tersebut, dengan kapasitas produksi 1,5 juta test kit per bulan yang bisa ditingkatkan hingga 3 juta test kit per bulan.
Inovasi Nusantics tidak berhenti sampai di situ saja. “Kami berencana mengembangkan produk baru, yaitu test kit yang dapat mendeteksi virus melalui sampel air liur. Penggunaan air liur meningkatkan efisiensi, tingkat keselamatan tenaga medis, dan membuat proses pengambilan sampel menjadi lebih nyaman. Metode uji ini juga memungkinkan deteksi potensi penularan karena dapat membedakan sampel mana yang lebih menular [infectious]. Selain itu, kami terus melakukan optimasi agar test kit yang selama ini diproduksi dapat digunakan di semua jenis mesin PCR di Indonesia,” kata Revata Utama CTO Nusantics.
Sejak ronde pendanaan seed diumumkan, Nusantics telah membuka Nusantics Hub di Jakarta, laboratorium mikrobioma pertama di Indonesia yang menyediakan layanan pengujian dan konsultasi untuk perawatan keseimbangan mikrobioma kulit. Perusahaan rintisan tersebut saat ini juga bekerja sama dengan beberapa perusahaan dalam proyek penelitian dan pengembangan terkait mikrobioma.
STEVY WIDIA
Discussion about this post