GSMA Prediksi Ada 400 Juta Koneksi 5G di Asia Pasifik pada 2025

mobile

Pengguna internet sebagian besar terhubung via perangkat seluler. (Foto: ilustrasi/istimewa)

youngster.id - Laporan terbaru GSMA berjudul ‘Mobile Economy Asia Pacific 2022’ memprediksi akan ada 400 juta koneksi 5G di kawasan Asia Pasifik pada 2025. Laporan ini memberikan gambaran terperinci mengenai adopsi internet seluler di kawasan tersebut.

GSMA Head of Asia Pacific Julian Gorman mengatakan pada 2025, akan ada lebih dari 400 juta koneksi 5G, setara dengan lebih dari 14% dari total koneksi seluler di dunia akan tumbuh di Asia Pasifik.

“Adopsi 5G akan dipercepat di seluruh kawasan Asia Pasifik seiring dengan berkembangnya jejak teknologi. Saat ini, jaringan 5G telah tersedia secara komersial di 14 pasar, termasuk di India dan Vietnam, yang akan segera diluncurkan dalam beberapa bulan mendatang,” kata Julian dalam keterangan pers, Senin (11/7/2022).

Gorman menyebut, perkembangan 5G yang lebih maju di negara-negara seperti Australia, Jepang, Korea Selatan dan di Singapura diperkirakan akan menyumbang 55% dari koneksi di negara tersebut pada 2025.

Saat ini, sambung dia, jaringan broadband seluler sudah mencakup sekitar 96 persen dari populasi Asia Pasifik. Hal ini terbukti dari investasi operator dalam infrastruktur 3G, 4G, bahkan 5G. Namun, hanya 44% dari populasi kawasan ini (1,23 miliar pengguna) yang menggunakan layanan internet seluler.

Menurut Gorman, alasan ketimpangan ini termasuk karena kurangnya keterampilan digital, keterjangkauan, dan masalah keamanan online. Laporan tahun ini juga menguraikan bagaimana negara-negara mengatasi kesenjangan penggunaan tersebut.

“Namun, hal ini membutuhkan upaya bersama oleh berbagai pemangku kepentingan yang bekerja bersama operator seluler dan pemain ekosistem lainnya seperti produsen perangkat dan pembuat konten digital, untuk mendorong adopsi dan mengatasi hambatan yang ada saat ini,” ucapnya.

Lebih lanjut Gorman menjelaskan, seluler memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang signifikan terhadap ekonomi Asia Pasifik. Sektor ini menghasilkan 5% dari PDB di kawasan tersebut dengan nilai ekonomi sebesar U$770. Ekosistem ini, imbuh dia, juga mendukung sekitar 8,8 juta pekerjaan pada 2021 dan memberikan kontribusi besar bagi pendanaan sektor publik, dengan sekitar US$80 miliar yang telah berhasil dikumpulkan melalui perpajakan.

Dia menambahkan, laporan ini juga mengeksplorasi munculnya metaverse dan menyoroti berbagai kasus penggunaan 5G dan kegiatan terkait lainnya di wilayah Asia Pasifik. “Korea Selatan memiliki rencana untuk membelanjakan US$186,7 juta untuk menciptakan ekosistem metaverse-nya, dan Otoritas Pariwisata Thailand memanfaatkan teknologi tersebut untuk meningkatkan pariwisata di negara tersebut,” tutur Gorman.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version