youngster.id - PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mendirikan memiliki Sekolah Tukang Tiga Roda. Sekolah ini
untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan bagi tenaga konstruksi agar setara dengan tenaga yang terampil yang sudah memiliki sertifikasi.
Pembentukan sekolah tukang ini menggandeng beberapa pihak, seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Perguruan Tinggi Negeri (LPN), dan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK).
“Ini sekolah tukang kita kasih gratis. pemerintah lewat Kementerian PUPR juga mendukung langkah ini. Saat ini ada 1.000 tukang, mereka yang lulus dan sertifikasi profesi dari kami, dan nantinya sertifikasi itu bisa memberi nilai tambah bagi mereka (tukang),” ucap Fikri, kepada Metrotvnews.com, ditemui di Wisma Indocement, Jakarta, Rabu (8/6/2016).
Fikri menjelaskan, hingga 2020 perusahaan menargetkan akan menghasilkan 10.000 tukang yang bersertifikasi dari Sekolah Tukang Tiga Roda. Angka ini cukup jauh dari posisi yang ada saat ini baru mencapai 1.000 tukang.
Dia menekankan, pembangunan sekolah tukang ini guna menghadapi ajang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Sehingga para pekerja (tukang) bangunan yang dimiliki Indonesia bisa bersaing dengan luar negeri.
“Ini juga bagian Corporate Social Reponsibility (CSR) kita. Ini yang harus kita lakukan. Ini dijalankan guna menghadapi MEA,” jelas Fikri.
Fikri melanjutkan pengajar sekolah tukang terdiri dari beberapa pengajar yang datang dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Nantinya, pengajar tersebut diberikan modul dan bahan pelajaran yang berstandar tinggi.
“Mereka menginap tiga hari dua malam yang ikut dalam sekolah tukang. Mereka menginap di Bogor, Bali, Malang, Palangkaraya, dan masih banyak lainnya. Mereka diberikan modul dari kita, setelah itu ujian. Kalau lolos makan diberikan sertifikasi. Pengajarnya juga dengan guru yang profesional,” papar Fikri.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mendirikan memiliki Sekolah Tukang Tiga Roda. Sekolah ini
untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan bagi tenaga konstruksi agar setara dengan tenaga yang terampil yang sudah memiliki sertifikasi.
Pembentukan sekolah tukang ini menggandeng beberapa pihak, seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Perguruan Tinggi Negeri (LPN), dan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK).
“Ini sekolah tukang kita kasih gratis. pemerintah lewat Kementerian PUPR juga mendukung langkah ini. Saat ini ada 1.000 tukang, mereka yang lulus dan sertifikasi profesi dari kami, dan nantinya sertifikasi itu bisa memberi nilai tambah bagi mereka (tukang),” ucap Fikri, kepada Metrotvnews.com, ditemui di Wisma Indocement, Jakarta, Rabu (8/6/2016).
Fikri menjelaskan, hingga 2020 perusahaan menargetkan akan menghasilkan 10.000 tukang yang bersertifikasi dari Sekolah Tukang Tiga Roda. Angka ini cukup jauh dari posisi yang ada saat ini baru mencapai 1.000 tukang.
Dia menekankan, pembangunan sekolah tukang ini guna menghadapi ajang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Sehingga para pekerja (tukang) bangunan yang dimiliki Indonesia bisa bersaing dengan luar negeri.
“Ini juga bagian Corporate Social Reponsibility (CSR) kita. Ini yang harus kita lakukan. Ini dijalankan guna menghadapi MEA,” jelas Fikri.
Fikri melanjutkan pengajar sekolah tukang terdiri dari beberapa pengajar yang datang dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Nantinya, pengajar tersebut diberikan modul dan bahan pelajaran yang berstandar tinggi.
STEVY WIDIA
Discussion about this post