youngster.id - Identitas digital diproyeksikan menjadi prioritas utama dalam investasi keamanan siber di kawasan Asia Pasifik pada 2026, menurut laporan terbaru IDC. Laporan ini menempatkan identity security sebagai fokus terpenting seiring meningkatnya risiko serangan siber berbasis kecerdasan buatan (AI).
Senior Vice President APAC & Japan Country Manager Keeper Security, Takanori Nishiyama, menyatakan perubahan lanskap ancaman kini bergerak dari eksploitasi celah sistem ke penyerangan identitas pengguna.
“Adopsi AI yang masif memicu munculnya bentuk serangan baru. Ketika satu kredensial saja dapat membuka akses seluruh layanan cloud, perimeter keamanan tradisional tidak lagi relevan,” ujar Nishiyama, dikutip Selasa (18/11/2025).
Nishiyama menyebut riset internal Keeper Security terkait Privileged Access Management (PAM) memperkuat temuan tersebut. Sebanyak 69% profesional keamanan siber menempatkan perlindungan kredensial sebagai kekhawatiran utama dan alasan penerapan PAM. Lebih dari separuh responden melaporkan peningkatan kontrol dan visibilitas setelah menerapkan pendekatan identity-first.
Ia menambahkan, serangan berbasis otomatisasi memungkinkan pencurian kredensial, eskalasi privilege, dan penyamaran dalam lalu lintas jaringan yang sah. Karena itu, menurutnya, solusi bukan sekadar menambah infrastruktur, melainkan memperkuat tata kelola identitas. Nishiyama menekankan pentingnya penerapan prinsip least-privilege access, pemantauan sesi istimewa secara real time, serta audit menyeluruh terhadap aktivitas manusia dan mesin.
“Identity-first, zero-trust harus menjadi pedoman organisasi ke depan. Mereka yang menjadikan identitas sebagai aset strategis, bukan sekadar alat akses, akan menjadi pihak yang mampu bertahan dan unggul di era baru ini,” pungkas Nishiyama. (*AMBS)
