youngster.id - Pembangunan dan pemerataan akses energi bersih kini diarahkan untuk dimulai dari desa. Kesempatan ini tentu perlu dipersiapkan oleh masyarakat desa bersama Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) yang jumlahnya telah mencapai lebih dari 80.000 unit di seluruh pelosok pedesaan.
Direktur Eksekutif Rumah Energi, Sumanda Tondang mengatakan, target pemerintah 100 gigawatt energi terbarukan, dengan kontribusi 80% melalui Koperasi Desa Merah Putih menjadi upaya yang sejalan dengan target ketahanan pangan.
“Kami ingin mengajak semua pemangku kepentingan untuk memberikan gagasan dan konsep bagaimana sektor energi di pedesaan dapat terlaksana melalui PLTS, dan tentunya menciptakan langkah konkret sehingga koperasi menjadi agen perubahan yang nyata. Dengan begitu, masyarakat memiliki daya dalam mengupayakan kemandirian energi bersih serta mendorong terciptanya Indonesia berdaya,” ujar Sumanda, dalam acara Diskusi Publik bertajuk “Pendekatan Koperasi Hijau dan Peluang Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) dalam Proyek Strategis Nasional 100 GW PLTS” di Jakarta, dikutip Jum’at (26/9/2025).
Menurutnya, skema pengembangan serta model bisnis baru bagi koperasi di sektor energi perlu dipetakan dan disusun secara sistematis agar pengelolaannya mampu mendorong terciptanya ekosistem ekonomi, sosial, dan lingkungan di perdesaan, serta memperluas distribusi listrik bagi masyarakat desa terpencil yang masih minim akses kelistrikan.
Selain itu, pelibatan generasi muda menjadi perhatian penting agar terjadi regenerasi dan pembaruan dalam lembaga koperasi. Keterlibatan ini juga dapat mendorong terciptanya peluang kerja ramah lingkungan (green jobs) yang melahirkan inovasi serta teknologi pengembangan terkini dan relevan. Dengan demikian, regenerasi kepengurusan koperasi dapat berjalan seiring dengan tumbuhnya ekosistem energi bersih di pedesaan.
KDMP berpotensi memperkuat basis ekonomi rakyat sekaligus memberikan jawaban konkret atas tantangan krisis iklim. Kekuatan sosial koperasi sebagai modal utama. Dengan dukungan regulasi yang tepat, koperasi dapat menjadi motor penggerak energi bersih di desa-desa.
Elviandi R.S, Asisten Deputi Bidang Pengembangan Produksi Kementerian Koperasi menjelaskan bahwa PLTS dapat menjadi sumber pemenuhan kebutuhan listrik masyarakat sekaligus pendapatan koperasi melalui penjualan energi yang terjangkau.
“Dampak dari adanya PLTS yang dikelola oleh koperasi akan berdampak ekonomi dan sosial yang besar, seperti memperluas akses listrik yang andal sehingga mendukung aktivitas produktif, mendukung rantai pasok energi terbarukan, mempercepat transisi energi sekaligus menurunkan emisi gas rumah kaca, menjadi katalis pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan tangguh iklim, menciptakan lapangan kerja baru di bidang energi terbarukan, dan yang terpenting memberantas kemiskinan energi,” papar Elviandi.
Ditambahkan Harris, Kepala Balai Besar Survei dan Penguatan Ketenagalistrikan EBTKE Kementerian ESDM, bahwa untuk membangun piloting project bersama dapat menjadi lokomotif untuk mereplikasi proyek energi atau PLTS.
“Koperasi energi melalui PLTS akan mendukung kegiatan produktif, seperti desa nelayan yang ada tantangan terhadap cold storage, bisa dikolaborasikan dengan PLTS. Membangun pompa yang bisa digerakan oleh tenaga matahari untuk pertanian bisa dikelola oleh koperasi,” ujar Harris.
Faktanya ada banyak desa yang sudah ada koperasinya namun belum ada listriknya. Sehingga potensi koperasi bisa membentuk atau mengelola penyediaan listrik PLTS sangat berpotensi.
“Pada akhirnya, Koperasi Desa Merah Putih diharapkan tidak hanya menjadi pilar transisi energi bersih di pedesaan, tetapi juga aktor perubahan dalam mitigasi krisis iklim serta penggerak kemandirian energi yang inklusif dan berkeadilan,” tutup Sumanda.
HENNI S.