youngster.id - Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) meluncurkan Buku Kopi: Indonesian Coffee Craft & Culture. Buku ini menyajikan potret perjalanan kopi Indonesia sejak jaman kolonial hingga memasuki era bisnis kekinian. Ini sekaligus sebagai katalog promosi produk kopi lokal.
Kepala Bekraf Triawan Munaf mengatakan bahwa saat ini bermunculan generasi baru petani, pengusaha, maupun profesional yang memperlakukan kopi tak sekadar komoditas dagang. “Kini menjadi bagian gaya hidup masyarakat Indonesia,” kata Triawan dalam keterangannya Kamis (13/12/2018) di Jakarta.
Triawan menuturkan, generasi baru tersebut terinspirasi tren kopi gelombang ketiga di Amerika Serikat, Jepang, dan beberapa negara lain. Mereka menjadikan kopi sebagai medium berkreasi sejak proses penanaman, pengolahan, hingga penyeduhan.
Karena itu menurut Triawan, komitmen utama para pegiat perkopian saat ini adalah kualitas kopi. “Indonesia kaya akan varian kopi, sekarang tercatat ada 21 kopi Indonesia yang memiliki indikasi geografis,” ujarnya.
Sementara itu, Penulis Buku Kopi Andi Haswidi berpendapat bahwa industri kopi di Indonesia kurang tepat disebut sedang dalam periode gelombang ketiga. Menurutnya, kopi nusantara mengalami gelombang tersendiri.
Kopi gelombang ketiga merupakan era yang ditandai dengan ketertarikan peminum kopi terhadap asal usul kopi. Pada periode gelombang ketiga ini, penyajian kopi mengutamakan kualitas sejak penanaman, pemrosesan, cara menyeduh, hingga penyajiannya.
Namun bagi Andi, istilah gelombang ketiga belum pas. Alasannya, inovasi di dunia perkopian Indonesia terjadi pada banyak lini, baik di tahap penanaman, cara menyeduh, budaya ngopi yang berkembang, strategi pemasaran, bahkan teknologi yang memfasilitasi.
“Inovasi itu misalnya cara penyajian kopi yang mengikuti budaya ngopi masyarakat setempat, inovasi mixing minuman kopinya berangkat dari budaya jamu, beragam karakter kedai kopi, dan pemanfaatan teknologi seperti blockchain untuk pendataan perjalanan biji kopi,” ucap Andi.
Secara umum, buku Kopi: Indonesian Coffee Craft & Culture tampil sebagai katalog promosi bagi kopi Indonesia. Oleh karena itu, yang ditonjolkan adalah perkembangan historis kopi mulai dari hulu, inovasi di sisi hilir sampai perkembangan budaya kopi kontemporer.
“Ada asal muasal, tradisi jaman kolonial, inovasi di era modern, hingga memasuki gelombang yang sekarang. Kami tidak sajikan angka (nilai keekonomian), sengaja hindari karena itu tugas kementerian lain,” ujar Andi.
STEVY WIDIA
Discussion about this post