youngster.id - Jumlah penderita hipertensi di dunia tercatat terus meningkat setiap tahunnya. Apabila dibiarkan, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada sebesar 1,5 miliar orang terkena hipertensi. Untuk saat ini, jumlah perkiraan penduduk dunia yang meninggal setiap tahun akibat hipertensi dan komplikasinya adalah sebesar 9,4 juta orang.
Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia Esti Nurjadin mengatakan, hipertensi yang merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner tidak hanya menyerang mereka yang sudah lanjut usia tapi juga generasi milenial. Sayangnya hingga saat ini, masih banyak yang belum menyadari tentang bahaya hipertensi. Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular ini berhubungan erat dengan pola hidup, antara lain merokok, konsumsi minuman beralkohol, rendahnya aktivitas fisik, rendahnya konsumsi sayur dan buah, serta tingginya konsumsi gula garam lemak.
“Kemajuan teknologi yang membuat semua serba mudah membuat orang kurang melakukan aktivitas fisik. Tuntutan pekerjaan dan kurangnya istirahat dapat menyebabkan timbulnya stres”, ujar Esti dalam keterangan pers, Senin (24/5/2021).
Untuk itu, dalam rangka Hari Hipertensi Sedunia Yayasan Jantung Indonesia bersama-sama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) menggelar webinar untuk memberikan edukasi kepada masyarakat bagaimana mencegah dan mengendalikan hipertensi.
“Dengan penguatan di sisi promotif dan preventif, harapan kami kedepan akan semakin banyak masyarakat khususnya generasi milenial, yang sadar akan pentingnya mencegah dan mengendalikan hipertensi yang berdampak bagi kinerja kesehatan jantung. Apabila tidak terjadi peningkatan tren penyakit katastropik, beban pembiayaan BPJS Kesehatan pun dapat ditekan dan kita dapat menjadi negara yang memiliki bangsa yang sehat dan kompetitif serta dapat bersaing di dunia global,” kata Esti.
Webinar ini juga didukung oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sebagai penyelenggara urusan pemerintahan bidang kesehatan.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, hipertensi termasuk salah dari dari 5 penyakit yang paling banyak terjadi di Indonesia.
“Salah satu major reformation yang akan kami lakukan adalah bisa mengurangi prevalensi penyakit hipertensi dari hulu ke hilir dengan lebih banyak menitikberatkan di hulu. Kami memprioritaskan untuk mengedukasi masyarakat bagaimana cara menghindari risiko hipertensi, karena mencegah selalu lebih baik daripada mengobati”, kata Budi.
Hipertensi disebut sebagai silent killer karena sering terjadi tanpa keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui dirinya hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi. Sebagian besar penderita hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan.
“Yang utamanya harus dilakukan juga adalah meningkatkan awareness masyarakat untuk melakukan deteksi dini secara berkala untuk pencegahan dan mengendalikan hipertensi. Terapkan gaya hidup CERDIK yaitu Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin melakukan aktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stress,” kata dr Cut Putrie Arianie Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia..
STEVY WIDIA
Discussion about this post