Senin, 27 Juni 2022
No Result
View All Result
youngster.id
  • News
  • Technopreneur
  • Creativepreneur
  • Sociopreneur
  • Innovation
  • Youth Development
  • Digital Community
No Result
View All Result
youngster.id
  • News
  • Technopreneur
  • Creativepreneur
  • Sociopreneur
  • Innovation
  • Youth Development
  • Digital Community
No Result
View All Result
youngster.id
No Result
View All Result

Masyarakat Indonesia Makin “Terbenam” pada Layanan Keuangan Digital

1 Desember 2021
in News
Reading Time: 2 mins read
Layanan Keuangan Digital

Berdasarkan hasil survei Sharing Vision, masyarakat Indonesia makin terbenam pada layanan keuangan digital (Foto: Ilustrasi)

youngster.id - Kepemilikan aset kripto di Indonesia mulai tumbuh seiring dengan kian meluasnya penggunaan fasilitas perbankan digital, uang digital (emoney), loka pasar (e-commerce), dan teknologi finansial (tekfin).

Hal itu terungkap dari hasil survey yang dilakukan Lembaga Riset Telematika Sharing Vision, Bandung, pada 2.095 responden dalam beberapa bulan terakhir.

“Hasil utama antara lain menunjukkan 11,8% responden sudah memiliki aset kripto, 12% pernah jual beli aset kripto, serta 5,3% pernah mining (menambang) asetnya,” kata Dimitri Mahayana, Chief Lembaga Riset Telematika Sharing Vision, dalam keterangan pers “Survey eChannel, Fintech, eCommerce dan eLifestyle 2021” di Bandung, Rabu (1/12/2021).

Menurut Dosen Sekolah Teknik Elektro Informatika ITB ini, fenomena baru tersebut simultan dengan kian “membenamnya” masyarakat Indonesia pada layanan keuangan daring. Misalnya uang digital, yang mana 93,7% responden sudah memilikinya.

Baca juga :   Presiden Jokowi Bentuk Layanan Keuangan Digital

“Dalam jawaban terbukanya, tertinggi digunakan Gopay sebesar 79,4%. Disusul OVO 66,63%, Shopee 58,47%, Dana 40,81%, eMoney Mandiri 20,33%, Flazz BCA 18,66%, LinkAja 16,9%, Brizzi 7,54%,” jelasnya.

Uang digital terbanyak digunakan untuk membeli makanan secara delivery. Kemudian berturut-turut membayar ecommerce, transportasi daring, beli pulsa, bayar kafe dan restoran, bayar tol, bayar minimarket, bayar parkir, dan transportasi umum.

Adapun keluhan terbesar berkisar di aplikasi tak bisa digunakan, kartu emoney tidak terdeteksi, menambah nominal dilakukan tapi tak terdeteksi, serta nominal saldo berkurang padahal tak digunakan.

“QR Code juga makin familiar digunakan, dengan jawaban 80% dari 2.095 responde menggunakannya. Biasanya QR Code digunakan saat transaksi di kafe, restoran, minimarket, supermarket, tempat rekreasi, hingga pedagang kaki lima,” katanya.

Baca juga :   Pemberdayaan Siswa SMK Untuk SDM Ekosistem Mobility

Dimitri melanjutkan, 52,8% responden juga mengaku mengalami peningkatan belanja di lokal pasar (e-commerce). Sementara 31,6% mengaku berbelanja tetap serta hanya 12,9% yang menjawab menurun.

Adapun belanja terbesar adalah untuk makanan dan minuman (71,25%), fashion dan mode (55,97%), pulsa (48,92%), buku, hobi, dan koleksi (43,22%), kosmetik dan alat kecantikan (40,05%), grosir/keperluan sehari-hari (34,72%), transportasi jarak jauh (20,98%), ponsel, laptop/komputer (16.09%), dan booking hotel (14,38%).

Menariknya, kata Dimitri, alasan utama belanja di e-commerce daripada luring adalah karena banyak promo. Setelah itu, karena praktis, bisa belanja kapan dan dimana saja, menghindari keramaian karena pandemi, lebih murah, dan lebih banyak pilihan toko dan produknya.

Baca juga :   Kemenkominfo Siap Terapkan Aturan Bagi Penyedia Layanan Berbasis Internet

Terkait tekfin, Sharing Vision menemukan fakta bahwa tekfin untuk peminjaman (lending) sudah dialami oleh 5,9% responden yang mana alasan utama penggunaan adalah karena pencarian cepat dan mudah, persyaratan tidak ribet, pengajuan cepat, serta tidak memerlukan jaminan. Begitu juga, keluhan utama adalah bunga tinggi, aplikasi tidak bisa diakses, penagihan dilakukan hingga ke kolega peminjam, dan adanya teror oleh debt collector.

“Seluruh data ini berkorelasi dengan makin jarangnya responden menggunakan ATM dan mengakses kantor cabang bank konvensional. Frekuensi penggunaan yang tumbuh tinggi adalah di mobile banking dan internet bangking,” pungkasnya.

 

STEVY WIDIA

Tags: kepemilikan aset kriptolayanan keuangan digitalLembaga Riset Telematika Sharing Vision
Previous Post

Unilever dan Sido Muncul Bergabung di Platform GudangAda

Next Post

Dukung Persiapan UTBK, Zenius Gelar Try Out di Aceh

Related Posts

KoinWorks NEO Inspire
News

Festival KoinWorks NEO Inspire Libatkan Lebih Dari 140 UKM

27 Juni 2022
0
WhatsApp
News

Tips Jalan-Jalan Cerdas Ala WhatsApp

26 Juni 2022
0
KPR
News

Bukan Cuma KPR, Berikut Alternatif Solusi Pembiayaan Milenial untuk Punya Rumah

26 Juni 2022
0
Load More
Next Post
Zenius TO UTBK

Dukung Persiapan UTBK, Zenius Gelar Try Out di Aceh

myIndiHome

Mudahkan Pelanggan dalam Kelola Layanan, Telkom Luncurkan Versi Terkini myIndiHome

Agree x Alami Sharia

ALAMI Sharia Salurkan Pembiayaan Melalui Agree Hingga Rp 50 Miliar per Bulan

Discussion about this post

Berita Terbaru

KoinWorks NEO Inspire

Festival KoinWorks NEO Inspire Libatkan Lebih Dari 140 UKM

27 Juni 2022
0
startup

Startup Hunt 7 Mega Ekosistem Seri 2 Jawab Persaingan Pasar

27 Juni 2022
0
Digital Marketing

Tips Digital Marketing dan Memulai Usaha Makanan dan Minuman dari Rumah

26 Juni 2022
0
WhatsApp

Tips Jalan-Jalan Cerdas Ala WhatsApp

26 Juni 2022
0
KPR

Bukan Cuma KPR, Berikut Alternatif Solusi Pembiayaan Milenial untuk Punya Rumah

26 Juni 2022
0
Filantropi

Filantropi Masa Depan: Orientasi Pada Dampak Sosial Berkelanjutan

26 Juni 2022
0
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Pedoman Media Siber
Copyright © 2022 PT Inovasi Muda Mandiri. All rights reserved
No Result
View All Result
  • News
  • Technopreneur
  • Creativepreneur
  • Sociopreneur
  • Innovation
  • Youth Development
  • Digital Community

Copyright © 2022 PT Inovasi Muda Mandiri. All rights reserved

Add youngster.id to your Homescreen!

Add
Go to mobile version