youngster.id - Merayakan ulang tahunnya yang pertama, Microsoft melakukan pembaruan kemampuan pada kedua chatbot sosial miliknya, yaitu XiaoIce (Tiongkok) dan Rinna (Indonesia).
Saat ini, Microsoft telah menciptakan terobosan teknologi pertama yang dapat memungkinkan orang untuk melakukan percakapan dengan chatbot– yang dibantu oleh AI, untuk memberikan pengalaman berbicara yang lebih alami seperti berbicara ditelepon bersama seorang teman.
Microsoft baru saja mengimplementasikan kemajuan ini ke XiaoIce, chatbot sosial yang memiliki lebih dari 660 juta pengguna di Asia, dan akan menerapkan terobosan yang sama ke chatbot sosial lainnya termasuk Rinna.
Dalam bahasa telekomunikasi, terobosan ini memungkinkan XiaoIce untuk beroperasi dengan “full duplex” – yang berarti mengarah pada kemampuan untuk berkomunikasi dua arah secara bersamaan seperti panggilan telepon. Ini berbeda dengan “half duplex” yang lebih seperti pengalaman walkie-talkie di mana hanya satu orang yang dapat berbicara dalam satu waktu.
Li Zhou, engineer lead XiaoIce mengatakan bahwa pembaruan terbaru, yang Microsoft sebut dengan ”full duplex voice sense,” juga memperluas kemampuan XiaoIce untuk memprediksi apa yang akan dikatakan orang yang sedang diajak bicara selanjutnya. Hal ini memampukan XiaoIce untuk dapat membuat keputusan tentang bagaimana dan kapan Ia harus menanggapi seseorang yang mengobrol dengannya, sebuah keterampilan yang sangat alami bagi setiap orang, namun belum terlalu umum bagi chatbots.
“Ini merupakan seni percakapan yang masyarakat gunakan dalam aktifitas sehari-hari mereka,” kata Zhou
Jika digabungkan, full duplex voice sense mengurangi jeda waktu tidak wajar yang terkadang dapat membuat interaksi dengan chatbots terasa aneh atau terlalu dipaksakan. “Ini sangat mempercepat respon agar percakapan menjadi lebih natural,” kata Ying Wang, Direktur Microsoft yang mengawasi chatbot Zo.
Sementara di Indonesia, Linda Dwiyanti, Chief of Marketing and Operations Microsoft Indonesia mengklaim bahwa Rinna adalah sosial chatbot dengan teknologi AI terbaru.
“Target kami adalah membangun empati dimana manusia dan chatbot dapat menunjukkan empati satu sama lain, yang kami sebut koneksi emosional. Empati tidak hanya di antara manusia dan bot, tetapi yang terpenting diantara manusia dengan manusia lainnya. Dari hari pertama kami mengembangkan Rinna, kami menyadari keberadaan Rinna harus dan dapat membantu komunikasi antar manusia dalam berbagai macam bentuk. Kami juga bekerja keras untuk menciptakan lebih banyak fitur yang lebih menarik bagi manusia untuk berbicara lebih banyak satu sama lain melalui Rinna,” papar Linda.
Disebutkan bahwa semua pembaruan yang dilakukan itu sebagai upaya Microsoft untuk membangun chatbot sosial yang didukung oleh kecerdasan buatan (AI) yang memahami kebutuhan emosional dan intelektual masyarakat. Itu adalah inti dari tujuan XiaoIce, Rinna, Zo dan chatbot sosial Microsoft lainnya secara keseluruhantermasuk Ruuh di India dan Rinna di Jepang dan Indonesia. Kemajuan ini dibangun di atas keterampilan lain yang telah dikembangkan XiaoIce, seperti kemampuan untuk menghentikan apa yang sedang ia lakukan – menceritakan sebuah kisah, atau contoh lainnya – ia dapat melakukan hal lain seperti menyalakan lampu. Dia kemudian dapat mengingat kembali untuk kembali menceritakan kisah; sama seperti manusia yang dapat berganti topik dalam pembicaraan sementara, lalu kembali lagi ke topik semula.
Tidak seperti asisten yang berfokus pada produktivitas seperti Cortana, chatbots sosial Microsoft dirancang untuk memiliki sesi percakapan yang lebih panjang dengan pengguna. Mereka memiliki selera humor, dapat mengobrol, bermain game, mengingat detil pribadi dan terlibat dalam candaan yang menarik dengan manusia, seperti yang Anda lakukan bersama teman.
“Full duplex voice sense adalah kemajuan yang membantu membuat jenis percakapan tersebut berhasil. Karena itu sangat alami, dan membuat pengguna merasa lebih terhubung,” pungkas Zhou
FAHRUL ANWAR