youngster.id - Perusahaan asal Amerika Serikat (AS), Microsoft mencatat bahwa serangan siber menggunakan malware di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia Pasifik pada 2019. Kita juga menempati urutan kedua terkait kasus ransomware.
Malware dan ransomware merupakan perangkat lunak (software) jahat yang menyusup dan mengambil alih perangkat. Secara global, ransomware marak digunakan selama Oktober 2019 hingga Juli lalu. Pelaku umumnya beraksi dengan mengintai, mencuri data kredensial hingga mengeksploitasi jaringan pribadi virtual atau virtual private network (VPN).
“Saat bisnis bertransformasi secara digital, mereka perlu mengingat isu ini,” kata Haris Izmee Presiden Direktur Microsoft Indonesia dalam siaran pers, Senin (5/10/2020).
Menurut dia, sepanjang tahun lalu, Microsoft memblokir lebih dari 13 miliar email berbahaya dan mencurigakan secara global. Sebanyak satu miliar di antaranya disematkan alamat situs yang memuat software jahat.
Modus pelaku kejahatan siber semakin canggih dalam setahun terakhir. Tekniknya juga kian sulit dikenali. Penyerangan bersifat oportunis, menyesuaikan tema umpan dengan perhatian masyarakat dunia seperti pandemi corona. Tautan bertajuk Covid-19 ini digunakan untuk menyasar sektor penting seperti kesehatan.
Pelaku pun mulai beralih dari malware ke serangan dengan modus penipuan atau phising. Beberapa dari mereka mengirim email dengan tampilan yang meniru merek terkenal seperti Amazon, Apple, dan Zoom. Belum lama ini, pelaku juga mengembangkan aplikasi bernama Alimama dan JD Union di Indonesia, yang meniru e-commerce asal Tiongkok yakni Alibaba dan JD.Com. Pengembang bahkan menyematkan logo Tokopedia, Shopee, Lazada ataupun Blibli di dalam platform. Mereka membuat seolah-olah anggotanya bertransaksi untuk meningkatkan rating toko online, tanpa terhubung dengan platform resmi. Ini menjadi alasan agar mereka bisa menawarkan investasi bodong.
STEVY WIDIA
Discussion about this post