youngster.id - Teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) menempati urutan kedua teratas yang paling dikhawatirkan oleh pakar di tahun 2024, kemudian menjadi urutan pertama yang paling dikhawatirkan dalam dua tahun ke depan.
Hal itu terungkap dari Laporan Risiko Global 2024, yang dikembangkan oleh World Economic Forum bekerja sama dengan Zurich dan Marsh McLennan, yang mengumpulkan wawasan dari hampir 1.500 pakar global. Laporan ini menganalisis risiko global melalui tiga periode waktu untuk membantu para pengambil keputusan dalam menyeimbangkan krisis saat ini dan prioritas jangka panjang.
Kekhawatiran tersebut muncul disebabkan semakin maraknya pembuatan konten AI yang sulit dibedakan dari konten manusia sehingga menciptakan tantangan serius dalam mengungkapkan dan menanggapi informasi yang tidak akurat atau menyesatkan (misinformasi dan disinformasi).
Chief Risk Officer PT Zurich Asuransi Indonesia Tbk, Wayan Pariama mengungkapkan, dunia sedang mengalami transformasi struktural yang signifikan dengan AI, perubahan iklim, pergeseran geopolitik, dan transisi demografi.
“91% pakar risiko yang disurvei mengungkapkan kekhawatiran akan risiko dari transformasi tersebut dalam jangka waktu 10 tahun. Risiko-risiko tersebut juga memberikan peluang. Tindakan setiap individu, negara, dan perusahaan dapat mengurangi risiko global, berkontribusi terhadap dunia yang lebih cerah dan lebih aman,” kata Wayan, Kamis (7/3/2024).
Ketua Indonesia AI Society dan Associate Professor Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta, Dr. Ir, Lukas, MAI, CISA, mengatakan bahwa kekhawatiran mengenai pemanfaatan teknologi AI dapat diatasi secara efektif melalui integrasi yang bersifat strategis. Potensi teknologi AI dapat mendorong transformasi di industri serta menjadi rekan yang mengkolaborasikan inovasi dengan manajemen risiko.
“Dengan merangkul berbagai potensi manfaat dari teknologi AI ini, kita dapat memaksimalkan adopsi teknologi ini di berbagai sektor serta memastikan kapabilitas teknologi ini dimanfaatkan demi kebaikan perusahaan dan konsumen,” kata Lukas.
Sebagai bagian dari langkah strategis perusahaan, Zurich Indonesia menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk memberikan layanan dan pengalaman yang lebih baik kepada nasabah. Baru-
baru dalam proses akuisisi asuransi kendaraan, untuk memberikan laporan pemeriksaan yang lebih akurat sehingga memungkinkan kami untuk memberikan nilai perlindungan yang sesuai, lebih cepat, lebih akurat, dan meminimalisir kesalahan yang diakibatkan oleh manusia.
“Kami terus mengembangkan penggunaan teknologi, termasuk optimalisasi peluang melalui teknologi AI” tutup Wayan.
HENNI S.