Penyelenggara Telekomunikasi Dituntut Mengejar Teknologi, Tapi Tersandung Regulasi

XL Axiata

Trafik Data XL Axiata Naik 15% Selama Libur Akhir Tahun 2023 (Foto: Istimewa)

youngster.id - Penyelenggara telekomunikasi didesak untuk terus memberikan layanan terbaik, terutama dalam hal kecepatan internet dan layanan digital. Untuk itu para operator terus mengikuti perkembangan teknologi terkini. Namun langkah ini terkendala berbagai regulasi yang ada.

Hasil dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS 2022, menunjukkan sebanyak 66% masyarakat Indonesia telah mengakses internet. Namun hal ini ternyata tidak berbanding lurus dengan layanan terutama dalam kecepatan internet. Indonesia berada di peringkat 101 dari 141 negara untuk kecepatan internet mobile tertinggi di Januari 2024. Posisinya turun 4 peringkat dibandingkan periode sebelumnya. Bahkan, Indonesia berada di urutan terakhir untuk kecepatan internet fixed-broadband, yakni di peringkat 126 dari 181 negara. Kalah jauh jika dibandingkan dengan negara ASEAN lain seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Brunei, Laos, Kamboja, dan Filipina.

Untuk itu penyelenggaraan telekomunikasi di Indonesia terus berupaya meningkatkan layanan. “Sebagai penyelenggaraan telekomunikasi kami akan terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi untuk bisa meningkatkan layanan kepada masyarakat. Namun ada sejumlah tantangan besar baik dalam investasi maupun regulasi pemerintah,” ungkap Marwan O Baasir Chief Corporate Affairs XL Axiata dalam diskusi bersama media, Senin (11/6/2024) di Jakarta.

Menurut Marwan yang juga Sekjen Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI), sejauh ini penyelenggara telekomunikasi dalam negeri telah mengeluarkan investasi bernilai triliunan rupiah untuk menyediakan akses internet ke berbagai daerah tanah air. Seperti XL Axiata yang saat ini telah memperluas jaringan 4G di kawasan Sulawesi dan telah menjangkau lebih dari 1.900 desa/kelurahan, dan 805 kecamatan di 108 kota/kabupaten, serta enam provinsi.

Selain itu, XL Axiata telah bermitra dengan Ericsson untuk menerapkan solusi dual-mode 5G Core, yang akan memperkuat upayanya dalam mewujudkan transformasi jaringan di seluruh Indonesia. Dual-mode 5G core Ericsson akan menggabungkan layanan 4G dan 5G XL Axiata ke dalam suatu jaringan inti yang terintegrasi penuh, serta berbasis kontainer dan cloud-native. Solusi ini akan menjadikan jaringan lebih tahan lama dan mengurangi biaya yang terkait dengan jaringan inti seiring dengan diluncurkannya konektivitas dan layanan baru kepada pelanggan.

Menurut Marwan tentu investasi teknologi ini tidak murah. Sementara disisi lain operator masih harus menanggung regulator charge yang mencapai 12%. “Dengan beban yang besar itu sulit untuk memenuhi permintaan pemerintah agar kecepatan internet naik 100mbps tanpa ada kenaikan harga, ” ujarnya.

Berdasarkan data lembaga pemantau kecepatan internet dunia Ookla, XL memiliki kecepatan download atau penguduhan di 20,77 Mbps, dibawah Telkomsel yang meraih 31,14 Mbps (2023)m Sementara rata-rata pengguna internet di RI menghabiskan waktu 7 jam 38 menit dalam satu hari untuk menjelajahi dunia maya.

Tantangan lain adalah kehadiran layanan Direct to Sell Starlink yang berpengaruh pada ekosistem bisnis telekomunikasi.

“Pemerintah perlu mengatur hal ini. Kalau bikin aturan harus ada public consultation, setelah itu tanggapan semua pihak. Ini kan industri ratusan triliun bukan industri yang ecek-ecek dibangun puluhan tahun,” ungkapnya.

Sebagai informasi Direct-to-Cell memungkinkan pengguna bisa melakukan layanan langsung di HP. Mulai dari berkirim pesan, telepon, hingga berselancar internet.

 

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version