Peran Perempuan di Sektor Teknologi Masih Kurang

women-in-tech

Perempuan di dunia digital. (Foto: ilustrasi)

youngster.id - Perempuan merupakan aktor sentral dan penting dalam berbagai lini kehidupan. Peran besar perempuan juga bisa ditemukan dalam industri teknologi atau keuangan digital yang menuntut jiwa inovatif dan adaptif. Sayang, persentasi perempuan di sektor teknologi masih kurang.

Riset yang dilakukan BCG Research menunjukkan, per tahun lalu jumlah perempuan yang bekerja di perusahaan sektor teknologi pada kawasan Asia Tenggara baru setara 32% dari total karyawan industri. Kemudian, persentase perempuan yang mengambil fokus teknologi di perguruan tinggi pada kawasan ASEAN hanya setara 39 persen dari total peserta studi.2

Di Indonesia, baru ada 22% pekerja perempuan di perusahaan-perusahaan teknologi. Kemudian, secara keseluruhan rasio jumlah pekerja perempuan terhadap total angkatan kerja mencapai 32%. Kondisi ini harus segera diatasi, karena riset yang sama menyebut bahwa keberadaan perempuan justru bisa meningkatkan inovasi, kelincahan, dan performa keuangan perusahaan.

Sebagai pelaku industri keuangan digital terdepan di Indonesia, PT Visionet Internasional (OVO) menyadari pentingnya peran dan kehadiran perempuan di dalam industri keuangan digital dan teknologi. Bertepatan dengan momen Hari Kartini di Indonesia serta dalam rangka turut mendukung emansipasi perempuan di Indonesia.

Jason Thompson, CEO OVO, menjelaskan bahwa OVO senantiasa menghargai peranan dan kemampuan perempuan sama seperti laki-laki.

“Dalam mewujudkan misi OVO untuk melayani dan membuka kesempatan bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia melalui layanan tekfin yang inovatif, seluruh karyawan di OVO memberikan kontribusi penting yang kami hargai tanpa melirik gender,” kata Jason dalam keterangan pers, Rabu (21/4/2021).

Menurut dia, pindustri keuangan digital, kehadiran perempuan memang menjadi penting untuk meningkatkan produktivitas dan inovasi perusahaan. “Warna” dari sebuah perusahaan pasti akan berbeda jika ada banyak perempuan yang terlibat dan bekerja di dalamnya. Apalagi, berdasarkan riset yang dilakukan Harvard Business School, ditemukan fakta bahwa kehadiran perempuan dan keberagaman gender di sebuah perusahaan akan berpengaruh besar terhadap tinggi/rendahnya produktivitas di suatu tempat.

“Saya berharap, kesetaraan akses dan kesempatan yang diterapkan pada perusahaan kami, dapat dijadikan contoh atau tolak ukur oleh perusahaan atau institusi lainnya bahwa gender tidak menentukan kualitas kerja seseorang, melainkan semangat dan kegigihan mereka dalam berinovasi dan berkreasi. Harapannya, semoga seluruh perempuan di Indonesia dapat lebih berdaya lagi di jenjang profesional.” lanjut Jason.

Untuk itu, OVO mengajak seluruh masyarakat agar terus mendukung keberadaan dan peran perempuan Indonesia di segala lini kehidupan. Dukungan ini perlu diberikan karena selama ini tercatat masih kurangnya peran perempuan di sejumlah lini atau sektor industri, termasuk teknologi.

“Kami ingin menyemangati para wanita berdaya sebagai sosok inspirasional bagi orang terdekat mereka,” ujar Sharly Rungkat, Chief Financial Officer OVO.

Kesetaraan gender di OVO juga tercipta berkat sistem yang dimiliki perusahaan dalam merekrut pekerja baru (fresh graduate). Saat ini, komposisi gender pekerja baru di OVO cukup seimbang, dengan komposisi 47% diantaranya merupakan perempuan.

“Saya sangat bangga melihat perempuan Indonesia sudah bisa memiliki dan membuktikan kapasitas yang seimbang ataupun bahkan melebihi kapabilitas pria di masa sekarang, yang tentunya tidak terlepas dari dukungan masyarakat termasuk laki-laki di sekitarnya,” pungkas Sharly.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version