youngster.id - Layanan streaming video Hooq mengajukan likuidasi pada para kreditur. Likuidasi ini diajukan sebab tantangan layanan over-the-top video saat ini sudah jauh meningkat dari beberapa tahun lalu.
“Penyedia konten lokal dan global terus bertumbuh, biaya produksi konten tetap tinggi, dan kemampuan konsumen di pasar berkembang untuk membayar lebih di tengah layanan yang makin banyak,” ungkap perusahaan yang dilansir Business Times, Senin (30/3/2020).
Hooq mengaku kesulitan bersaing di tengah kompetisi layanan video streaming. Perusahaan menyatakan tidak mampu tumbuh secara memadai, termasuk kesulitan menutup biaya konten dan operasi platform yang berkelanjutan. Apalagi, perusahaan mengatakan sudah tidak lagi menerima pendanaan dari investor lama maupun baru. Oleh sebab itu, Singtel sebagai pemilik saham terbanyak mengajukan likuidasi.
Kendati demikian, perusahaan telko itu mengatakan likuidasi ini tidak memiliki dampak pada bisnis perusahan. Sebagai bagian dari keputusan ini, perusahaan akan bertemu dengan pemilik saham dan kreditur pada 13 April.
Hooq saat ini dilaporkan sudah memiliki 80 juta pengguna yang tersebar di India, Indonesia, Thailand, Singapura, dan Filipina.
STEVY WIDIA
Discussion about this post