youngster.id - Sejatinya, ekonomi hijau (green economy) bukan sekedar konsep, melainkan sebuah pendekatan yang berpotensi menjadi penggerak utama bagi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Hal itu disampaikan Alexandra Askandar, Wakil Direktur Utama Bank Mandiri dalam acara Breakfast Forum dengan tema “Mampukah Green Economy Menjadi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru?” yang digelar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (ILUNI FEB UI).
“Seiring dengan perkembangan global yang menuntut kita untuk beradaptasi, sudah saatnya kita menggali potensi ekonomi hijau sebagai motor penggerak baru bagi pertumbuhan ekonomi yang tidak hanya fokus pada keuntungan finansial, tetapi juga menjaga keberlanjutan lingkungan,” kata Alexandra, yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (ILUNI FEB UI), Selasa (12/11/2024).
Dijelaskan Alexandra, penerapan ekonomi hijau mencakup berbagai sektor yang dapat membuka lapangan kerja baru, mendorong efisiensi penggunaan sumber daya, dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Ia menyoroti bahwa pendekatan ini dapat memperkuat posisi Indonesia di pasar global sekaligus memenuhi komitmen untuk mengurangi emisi karbon dan dampak lingkungan.
Menurut simulasi World Resources Institute (WRI) Indonesia, implementasi ekonomi hijau di Indonesia dapat memberikan manfaat jangka panjang yang signifikan, termasuk pertumbuhan PDB rata-rata 6,3% dari 2025 hingga 2045. Ekonomi hijau dapat menciptakan sekitar 1,7 juta pekerjaan ramah lingkungan pada tahun 2045, yang setara dengan 38% tambahan angkatan kerja baru. Maka dari itu, sinergi lintas sektor diperlukan untuk mencapai target ini, termasuk peran strategis ILUNI FEB UI di mana telah memiliki anggota dari beragam sektor.
“Ekonomi hijau dapat membantu menciptakan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan hidup, menjadikannya relevan untuk masa depan Indonesia,” tutup Alexandra.
STEVY WIDIA