youngster.id - Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, bekerjasama dengan Asosiasi IoT Indonesia (ASIOTI) menggelar Kompetisi EU Social DigiThon bertema “Aksi Muda untuk Perubahan”. Sudah terpilih empat pemenang.
“Kompetisi ini, kami ingin menciptakan kaitan antara informasi digital, teknologi, serta solusi terhadap masalah sosial dan hak asasi manusia yang muncul akibat pandemi COVID-19,” ungkap Vincent Piket Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, pada pengumuman pemenang EU Social DigiThon yang disiarkan secara virtual Jumat (5/3/2021).
Para pemenang adalah Tim DukaEuy dengan nama proyek “Gelang Anti Kekerasan”, Tim UntukIbu dengan nama proyek “UntukIbu: Pusat Kesehatan dan Jurnal Pendamping Kehamilan Wanita Indonesia”, Yudhis Thiro Kabul Yunior dengan nama proyek “DTRON Smart Chair”, dan Tim Solutioner dengan nama proyek “Aplikasi E-Learning untuk Penyandang Disabilitas, Sensorik Berbasis Artificial Intelligence (ELAIS)”.
“Melalui EU Social DigiThon, kami juga ingin membangun hubungan yang lebih dekat dengan kaum muda Indonesia. Kami menerima respon yang luar biasa dari anak muda yang menggunakan kreatifitas dan pemikiran kritis mereka untuk memecahkan masalah kehidupan nyata di lingkungan mereka sendiri dengan solusi yang diciptakan sendiri,” imbuhnya.
Keempat pemenang ini mengungguli 196 proposal yang berupaya menanggapi tantangan yang dihadapi perempuan dan anak perempuan, remaja dan anak-anak, serta penyandang disabilitas yang sangat terdampak akibat tekanan krisis pandemi Covid-19.
Dewan Juri terdiri atas empat orang, yakni Andy Yentriyani (Komisioner Komnas Perempuan), Fita Indah Maulani (Sekretaris Jenderal ASIOTI), Saiti Gusrini (Manajer Program
Hak Asasi Manusia/ Demokrasi pada Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia), dan Marco Bonetti (Political Officer Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia). Kriteria yang digunakan juri adalah: manfaat sosial ekonomi, orisinalitas ide, tingkat kreativitas, dan dampak yang diharapkan.
Andy Yentriyani mengatakan proposal yang masuk di kompetisi tahin 2021 begitu variatif dan menarik. “Kami mencari gagasan akan solusi yang betul-betul dibutuhkan oleh kelompok rentan untuk memudahkan kehidupan mereka di tengah situasi pandemi ini. Selain dampaknya harus nyata dalam melindungi, meningkatkan harkat, dan menciptakan inklusivitas bagi sasaran penggunanya, solusi ini tidak boleh menciptakan masalah baru akibat penggunaannya,” ungkap Andy.
Sementara menurut Fita Indah Maulani Sekretaris Jenderal ASIOTI, sejumlah proposal bahkan sudah siap untuk didorong menjadi prototipe dan ada yang dapat dikomersialisasikan. Selain itu, peserta banyak memanfaatkan berbagai ragam IoT untuk memperkuat fungsi solusi mereka. “Saya berharap para pemenang ini bisa terus mengembangkan solusi mereka, sehingga bisa segera dirasakan dampak positifnya secara langsung oleh masyarakat,” katanya.
Para pemenang berhak atas dukungan dana untuk mewujudkan gagasannya menjadi kenyataan. Pemenang pertama meraih hadiah dana Rp 50 juta, pemenang kedua meraih hadiah dana Rp 30 juta. Dua tim di posisi pemenang ketiga masing-masing meraih hadiah Rp 20 juta. Keempat pemenang juga akan mengikuti program mentoring yang dipimpin oleh para ahli dari Uni Eropa.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post