youngster.id - Masyarakat Indonesia sangat sosial, gemar berbagi informasi dengan teman dan keluarga tentang barang yang mereka beli dan beragam diskon mereka dapat. Hal ini memunculkan bisnis social commerce. Salah satunya adalah KitaBeli.
KitaBeli adalah platform social commerce yang memasilitasi pembelian barang kebutuhan pokok, FMCG, dan produk kebutuhan rumah tangga lain—secara berkelompok (team buying). Pengguna aplikasi KitaBeli mengundang kenalannya untuk membentuk grup, kemudian membeli produk bersama dengan potongan harga.
“Konsumen Indonesia sangat sosial, gemar berbagi informasi dengan teman dan keluarga tentang barang yang mereka beli dan beragam diskon mereka dapat. KitaBeli merancang fitur yang membuat penggunanya dengan mudah berbagi informasi serta mengajak teman dan keluarga untuk berhemat dengan membeli barang secara berkelompok. Menurut kami, Ini sesuatu yang belum tersedia di plaform lain. Sekarang, semua bisa berbelanja kebutuhan sehari-hari dengan harga lebih murah,” kata Prateek Chaturvedi, Co-founder KitaBeli dalam keterangan pers, Rabu (26/8/2020).
Prateek Chaturvedi, Ivana Tjandra, Subhash Bishnoi, dan Gopal Singh Rathore mendirikan KitaBeli pada Maret 2020. Prateek adalah founder Getfocus.in, perusahaan SaaS penyedia solusi pemasaran B2B asal India yang diakuisisi Moka pada 2018. Adapun, Ivana berpengalaman mengembangkan bisnis dan vertikal baru untuk Bridestory dan Handy. Subhash dan Gopal bekerja bersama Prateek di startup terdahulunya.
Menurut Prateek, KitaBeli kini telah beroperasi di area Jabodetabek, dengan jumlah pelanggan setia yang tumbuh dengan pesat. Model pembelian berkelompok mendorong pengguna untuk mengajak kenalannya untuk bergabung dan mengunduh aplikasi KitaBeli. Selain itu, nilai transaksi per pengguna di aplikasi KitaBeli terus tumbuh setiap bulan.
“Pengguna KitaBeli suka dengan fitur sosial KitaBeli. Mereka juga puas dengan kecepatan pengiriman barang, 95% dari pesanan diantar dalam 2 hari. Dari Jakarta, kami berencana untuk segera memperluas layanan ke kota-kota lain, termasuk kota tier 2—4,” kata Ivana Tjandra, CoFounder KitaBeli.
Pendekatan KitaBeli yang langsung ke pelanggan akhir (direct-to-consumer) membuat KitaBeli berbeda dengan pemain social commerce lain di Indonesia. Pengguna KitaBeli langsung memesan barang di aplikasi, bukan melalui agen atau reseller. Cara ini membuat KitaBeli mampu membangun loyalitas pelanggan dan model bisnis yang lebih menguntungkan.
Prospek ini yangmembawa KitaBeli meraih seed funding dengan nilai yang tidak dipublikasikan dalam putaran yang dipimpin oleh East Ventures. AC Ventures bergabung ronde pendanaan tersebut dengan partisipasi dari beberapa angel investor.
“KitaBeli memperkenalkan team buying ke salah satu pasar ecommerce dengan pertumbuhan paling pesat. Kami antusias untuk bermitra dengan Prateek dan Ivana, membawa cara berbelanja baru ini ke konsumen Indonesia,” kata Willson Cuaca, Co-founder and Managing Partner of East Ventures, investor yang memimpin pendanaan ke KitaBeli.
Tim KitaBeli berbasis di India dan Indonesia, terdiri dari tim teknologi di Bengaluru serta tim operasional dan tim pemasaran di Jakarta
“Ecommerce FMCG adalah industri raksasa dengan ruang pertumbuhan yang besar, terutama di kota tier 2 dan 3. Model team-buying yang ditawarkan oleh KitaBeli memanfaatkan media sosial untuk menciptakan pengalaman pengguna yang menyenangkan dan sticky. Pengalaman ini mendorong pembelian barang kebutuhan pokok harian dengan frekuensi tinggi. Prateek dan Ivana adalah entrepreneur yang berpengalaman dan visioner dengan keahlian operasional di pasar lokal. Mereka ada di posisi terbaik untuk membangun cerita teknologi consumer selanjutnya di Indonesia,” kata Adrian Li, Managing Partner di AC Ventures.
STEVY WIDIA
Discussion about this post