youngster.id - Perkembangan technopreneur di Indonesia sejak tahun 2014 masih terbilang kecil. Untuk itu perlu ada perubahan yang melibatkan segenap pelaku ekosistem bisnis digital agar pertumbuhan technopreneur di Indonesia dapat meningkat.
Kurangnya technopreneur di Indonesia tak lepas dari pola pikir masyarakat. Masih belum banyak startup founder yang menciptakan bisnis yang memberi solusi. Demikian disampaikan Andreas Sanjaya, CEO iGrow, pada gelar Igntition bagian dari Gerakan Nasional 1000 Starup Digital Minggu, (28/8/2016) di Balai Sidang Universitas Indonesia Depok, Jawa Barat.
“Fokus dalam menciptakan solusi, kalaupun sudah ada yang bikin startup dengan ide yang mirip. Cari keuinikan agar startup yang dibangun berbeda dari yang sudah ada. Jadi jangan fokus pada materi, tapi pada penciptaan solusi unovatif yang mampu memberikan manfaat bagi banyak orang,” ucap Andreas.
Menurut data yang dilansir Kementrian Komunikasi dan InformatikaTercatat baru terdapat 1,56% technopreneur dari total keseluruhan populasi masyarakat Indonesia saat ini. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan jumlah technopreneur di Singapura yang sudah mencapai 7% dari total populasi. Atau Tiongkok dan Jepang yang masing-masing bahkan telah mencapai dari 10% dari total populasi.
Dia melanjutkan, anak muda sekarang harus dapat menciptakan inovasi diperlukan terobosan baru yang belum pernah terbayangkan sebelumnya oleh masyarakat. “Mampu menjawab permasalahan kebutuhan masyarakat sehari-hari berpotensi akan diterima dengan penuh kegembiraan oleh pasar. Intinya bikin masyarakat senang dan terkesan,” tambah Andreas.
Sementara itu, Leotinus Alpha Edison co-founder Tokopedia mengatakan, startup founder juga membutuhkan kolaborasi untuk menciptakan inovasi. “Jangan kerja sendiri. Cari mitra untuk diajak berkolaborasi. Embrace yourself to change. Jangan pernah puas dengan satu keadaan. Tanamkan pada diri sendiri untuk selalu memiliki kemauan dan kesungguhan tekad untuk berbuat lebig baik dan lebih bermanfaat, ” ungkapnya.
Menurut data yang dilansir Kementrian Komunikasi dan Informatika. Perkembangan technopreneur di Indonesia sejak tahun 2014 masih terbilang kecil. Tercatat baru terdapat 1,56% technopreneur dari total keseluruhan populasi masyarakat Indonesia saat ini. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan jumlah technopreneur di Singapura yang sudah mencapai 7% dari total populasi dan Tiongkok serta Jepang yang masing-masing bahkan telah mencapai dari 10% dari total populasi.
Ini menjelaskan bahwa mengembangkan dunia kewirausahaan berbasis technologi tidaklah mudah. Banyak tantangan yang harus diantisipasi oleh technopreneur di Indonesia. Melalui edukasi yang digelar bersamaan dengan Gerakan Nasional 1000 Startup Digital beberapa tantangan yang selama ini menjadi kendala dapat terinspirasi.
Acara yang dihadiri 250 peserta ini juga menghadirkan para technopreneur seperti Hengky Prihatna, Country Industry Head Google, Yukka Herlanda (CEO Brodo), Hanifa Ambadar (CEO Family Daily), Indrasto Budisantoso (CEO Jojonomic), Peter Shearer (Managing Director AR&Co).
Melalui ajang yang digelar Gerakan Nasional 1000 Startup Digital ini, diharapkan akan menumbuhkan inspirasi para generasi muda mengembangkan technopreneur di Tanah Air.
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post