youngster.id - Google Cultural Institute bersama Yayasan Batik Indonesia bekerjasama dengan mengabadikan warisan batik Indonesia ke ruang digital. Melalui teknologi kamera resolusi gigapixel bernama bernama Art Camera, lebih dari 1.000 koleksi batik dan tekstil kini bisa dinikmati lewat perangkat digital.
“Seluruh koleksi batik milik Galeri Batik akan kita digitalkan. Yang didahulukan tentu saja yang usianya sudah tua karena memang sangat sensitif untuk dipegang,” pungkas Head of Public Policy Google Indonesia, Shinto Nugroho dalam keterangan pers baru-baru ini.
Dengan teknologi Art Camera, goresan batik Indonesia dapat dilihat dengan sangat detail, bahkan bisa di-zoom hingga 200 kali. Koleksi batik tersebut bisa diakses lewat aplikasi Google Arts & Culture yang tersedia di pengakat Android dan iOS.
Art Camera ini dapat menangkap goresan batik Indonesia hingga sedetail mungkin, mulai dari gambar, warna, kecacatan, hingga corak-corak yang selama ini belum diketahui oleh mata ‘telanjang’ manusia. Menurutnya, pada batik tersebut banyak cerita yang selama ini jadi misteri dan akan terungkap di dalam kamera buatan Google ini.
Selain itu, sambung Shinto, masyarakat khususnya para penikmat seni di seluruh dunia bisa mendapatkan pengalaman nyata seolah sedang berada di dalam museum melalui teknologi virtual reality, yakni dengan menggunakan Google Cardboard.
“Ada begitu banyak kekayaan dan material penting dari kultur Indonesia seperti seni, sejarah, dan penginggalan yang sebelumnya hanya dapat dilihat oleh mereka yang cukup beruntung bisa mengunjungi tempat-tempat ini. Google Arts & Culture adalah usaha kami untuk membuat material budaya tersedia dan dapat diakses oleh siapa saja, melestarikan secara digital untuk kepentingan edukasi dan menginspirasi generasi mendatang,” jelas Denniz Dizon Program Manager Google Cultural Indonesia.
Ada beberapa tempat di Indonesia lainnya yang bisa dinikmati dalam aplikasi ini, yaitu Museum Tekstil, Museum Seni Rupa dan keramik, Galeri Batik, Monumen Nasional (MONAS), Museum Purbakala Sangiran, Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, Yayasan Biennale Yogyakarta, dan Agung Rai Museum of Art (ARMA).
STEVY WIDIA
Discussion about this post