youngster.id - Tim mahasiswa FK UI angkatan 2011 meraih penghargaan diajang internasional, Top Ten APACPH Poster Award di Universitas Teikyo, Jepang. Ajang ini menampung berbagai gagasan terkait kesehatan masyarakat sebagai upaya mencapai tingkat kesehatan tertinggi bagi mayarakat di negara-negara di kawasan Asia-Pasifik.
Penghargaan ini diperoleh dalam ajang konferensi 48th Asia Pacific Academic Consortium of Public Health (APACPH) yang berlangsung 16-19 September 2016 yang lalu.
Wincensius Parulian Hasudungan, atau yang biasa dipanggil Sudung, mengirimkan abstrak penelitiannya yang berjudul “The Analysis of Knowledge, Attitude, and Practice of High Risk Pulmonary TB Community in order to Improve TB Case Detection Rate in Matraman District”. Abstrak penelitian ini, Ia susun bersama Rosyid Mawardi, Dinni Adila, Bernita Kusumanti, dan Eka Lusi Susanti dengan pembimbing dr. Trevino A. Pakasi, MS (Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI).
“Kalau ingin ikut konferensi internasional, yang pasti harus suka dulu sama riset. Kemudian kita cari konferensi yang tema atau topiknya kita suka. Kalau saya kemarin lebih tertarik dengan tema layanan primer sekaligus menjadi persiapan kami untuk menjadi dokter internship,” ungkap Sudung yang dilansir laman UI.
Abstrak penelitian tersebut diterima untuk dipresentasikan pada sesi presentasi poster ajang APACPH 2016 bertema “Create a Healthy Future with Competent Professionals”. Sebelum bertolak ke Jepang, Sudung dan kawan-kawan banyak berdiskusi dengan dr. Trevino untuk memperdalam pemahaman mengenai riset mereka. Sebagai penulis pertama, Sudung juga berlatih presentasi sebagai persiapan diri.
Latar belakang penelitian Sudung yaitu mengenai diagnosis komunitas angka deteksi Tuberkulosis (TB). Pada tingkat nasional, target deteksi TB nasional mencapai angka 90% pada tahun 2015. Namun di kawasan Matraman, Jakarta Pusat, angka deteksi TB dua tahun terakhir hanya mencapai 48%.
Rendahnya angka deteksi tersebut menarik Sudung dan kawan-kawan untuk mengetahui penyebabnya. Faktor apa yang menyebabkan angka deteksi TB di Matraman menjadi rendah, apakah dari sisi masyarakatnya yang masih enggan memeriksakan diri ataukah dari tenaga kesehatan yang belum maksimal melakukan skrining TB pada masyarakat.
Sudung dan kawan-kawan kemudian turun ke masyarakat. Mereka ingin tahu, faktor mana yang paling memengaruhi rendahnya angka deteksi TB di Matraman. Metode yang mereka lakukan adalah dengan mengunjungi rumah-rumah di kawasan Matraman untuk melakukan wawancara dengan masyarakat.
Wawancara akan lebih mendalam, jika dalam satu rumah ada anggota keluarga yang memang terdeteksi TB positif. Puskesmas, juga diharapkan berperan dalam mendeteksi penderita TB dengan melakukan pemetaan wilayah dengan kemungkinan jumlah penderita TB.
Secara umum, riset ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat terkait penyakit TB. Kesadaran dan pemahaman ini diharapkan dapat menggerakkan inisiatif masyarakat untuk secara sukarela memeriksakan diri mereka ke pusat pelayanan terdekat untuk mendeteksi kemungkinan terinfeksi TB.
Hasil riset tersebut yang dipresentasikan Sudung di Jepang. Ia bersaing dengan 490 abstrak lainnya dihadapan para juri. sekaligus menutup sesi wawancara. Tak diduga, pada saat pengumuman, nama Sudung diumumkan sebagai peraih predikat Top Ten APACPH Poster Award atas hasil riset dan pemaparannya.
Dalam penyelenggaraan APACPH 2016, selain berkesempatan mengikuti konferensi, seluruh peserta juga diajak untuk berbagi ilmu dan berkompetisi melalui abstrak penelitian.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post