youngster.id - Data dari e-Conomy SEA 2024 mengungkapkan bahwa jumlah transaksi ekonomi digital di Indonesia terus bertumbuh, dengan nilai gross merchandise value (GMV) yang mencapai US$90 miliar sepanjang 2024, meningkat 13% year-on-year. Demikian juga jumlah pengguna e-commerce berdasarkan data Statista diperkirakan akan mencapai 99,1 juta pengguna pada tahun 2029. Perkembangan ini membawa peluang besar sekaligus meningkatkan eksposur masyarakat terhadap risiko penyalahgunaan data pribadi.
Memang platform layanan keuangan digital legal sudah dilengkapi fitur keamanan berlapis untuk melindungi data pengguna. Meski demikian, peran pengguna tetap krusial. Kebiasaan kecil seperti menyebarkan data pribadi di media sosial atau tidak sengaja mengklik tautan berbahaya bisa menjadi celah kejahatan digital.
Brand Manager AdaKami Jonathan Kriss mengatakan, melihat kondisi ini literasi digital perlu jadi benteng utama agar masyarakat dapat menikmati kenyamanan dunia digital tanpa mengorbankan aspek keamanan.
“Kemudahan yang dihadirkan oleh era digital, termasuk bertransaksi online, harus dibarengi dengan upaya ekstra dalam melindungi data pribadi,” katanya dikutip Jumat (16/5/2025).
Menurut Jonathan, saat ini, penyalahgunaan data bisa terjadi dalam berbagai bentuk, mulai manipulasi akses akun finansial melalui pencurian identitas, hingga penyebaran informasi pribadi. Oleh karena itu, masyarakat perlu meningkatkan kesadaran dan menjaga informasi pribadi dengan lebih bijak.
“Dengan langkah pencegahan yang tepat, kenyamanan gaya hidup digital tetap dapat dinikmati tanpa rasa khawatir,” ujarnya.
Jonathan menambahkan, penyalahgunaan data dapat membuka celah bagi berbagai bentuk penipuan. Karena itu, penting untuk selalu menjaga keamanan data pribadi, sebagai prioritas utama dalam menerapkan gaya hidup digital.
“Dalam berbagi informasi, kehati-hatian perlu selalu diterapkan, dan kita perlu memastikan hanya berkomunikasi melalui kanal resmi saat berurusan dengan layanan keuangan.” Dengan langkah-langkah sederhana ini, konsumen bisa menikmati belanja online dengan lebih aman dan nyaman.”
Seiring meningkatnya adopsi e-commerce dan layanan digital lainnya, menjaga keamanan data pribadi bukan lagi sekadar pilihan, melainkan sudah menjadi kebutuhan. Berikut beberapa tips sederhana untuk melindungi data pribadi ketika berinteraksi dalam gaya hidup digital:
Pertama, Jaga informasi pribadi di media sosial. Hindari membagikan data pribadi, seperti tanggal lahir, alamat lengkap, nama ibu kandung, atau kode OTP di media sosial. Tren di media sosial yang seolah sederhana, seperti menunjukkan momen ulang tahun tanpa disadari bisa jadi celah bagi pihak tidak bertanggung jawab untuk melakukan kejahatan siber.
Kedua, Hati-hati dengan label paket belanja online. Informasi pada label paket, seperti nama, nomor telepon, dan alamat lengkap, sering terabaikan. Data ini rawan untuk disalahgunakan. Untuk itu, pastikan selalu merobek atau menghapus informasi tersebut sebelum membuang kemasan.
Ketiga, Waspadai tawaran voucher atau hadiah yang terlalu menggiurkan. Promo yang meminta data pribadi tanpa sumber jelas patut dicurigai. Ini bisa menjadi modus phishing untuk mencuri informasi Anda. Selain itu, pastikan perangkat Anda dilindungi dengan sistem keamanan yang selalu diperbarui.
Keempat, Hindari penggunaan Wi-Fi publik untuk transaksi keuangan. Jaringan Wi-Fi publik rentan disusupi. Gunakan jaringan pribadi yang aman untuk transaksi pada saat berbelanja secara daring, dan pastikan perangkat Anda dilindungi sistem keamanan yang selalu diperbarui.
Kelima, Abaikan customer service palsu di luar platform resmi. Waspada jika ada pihak yang mengaku sebagai customer service dan meminta Anda melakukan transaksi di luar platform resmi atau menawarkan hadiah dengan syarat pinjaman. Ini tanda penipuan. Transaksi resmi hanya dilakukan di platform e-commerce yang sudah terjamin keamanannya. Jangan pernah berikan data pribadi atau lakukan pembayaran di luar jalur resmi.
STEVY WIDIA