youngster.id - Untuk meningkatkan daya saing dan pertumbuhan ekonomi negara, Universitas Indonesia (UI) mendorong dan mendukung sivitas akademika melakukan riet dan inovasi. Untuk itu UI meluncurkan Program Pendanaan Perancangan dan Pengembangan Purwarupa (P5).
“UI menjalankan Program Pendanaan Perancangan dan Pengembangan Purwarupa (P5) untuk mendukung ekosistem inovasi,” kata Nurtami Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi dalam keterangannya baru-baru ini.
Menurut Nurtami, UI juga mengupayakan usul riset dan inovasi sivitas akademika yang bermanfaat bagi masyarakat. Untuk itu, program ini mendapat dukungan pembiayaan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta sumber-sumber pendanaan lain.
Direktur Direktorat Inovasi dan Science Techno Park UI Ahmad Gamal mengatakan pendanaan riset dan inovasi DISTP UI nilainya bertambah setiap tahun. Pada 2017, pendanaan internal dan eksternal DISTP UI sekitar Rp10 miliar, lalu meningkat menjadi Rp55 miliar pada 2021. Pendanaan tersebut menghasilkan lebih dari 50 produk inovasi dan 14 usaha rintitas pada 2021.
DISTP UI memfasilitasi inkubasi bisnis dari inovasi yang dihasilkan oleh peneliti. Hal itu mencakup pendaftaran hak kekayaan intelektual, proses komersialisasi, hingga pengurusan lisensi kepada mitra industri.
Sementara itu, Koordinator Pelaksana Fungsi Penyiapan Perumusan dan Pelaksana Kebijakan dan Pengembangan Program Pendanaan BRIN Diar Wahyu Indriarti menjelaskan BRIN menyediakan pendanaan Prioritas Riset Nasional (PRN) bagi kepada institusi/lembaga. Pendanaan PRN 2022-2024 meliputi bidang pangan, energi, kesehatan, transportasi, rekayasa keteknikan, pertahanan dan keamanan, kemaritiman, sosial humaniora, pendidikan, seni, dan budaya, serta multidisiplin dan lintas sektoral.
BRIN sebagai lembaga yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden juga menyiapkan enam program fasilitasi untuk keperluan riset. Yakni program fasilitasi hari layar, pusat kolaborasi riset, fasilitasi pengujian produk inovasi kesehatan, prioritas riset nasional dan covid-19, pendanaan ekspedisi dan eksplorasi, serta pendanaan perusahaan pemula berbasis riset.
“Agar proposal yang diajukan lolos, setiap peneliti tidak mengajukan lebih dari dua judul. Proposal yang memuat penelitian lanjutan juga lebih diprioritaskan untuk diterima,” kata Diar.
Selain itu, peneliti harus menyesuaikan topik penelitian dengan program yang tersedia di BRIN. Peneliti yang menghasilkan produk inovasi, misalnya obat, mesti mengusahakan produk yang diajukan telah siap.
STEVY WIDIA
Discussion about this post