youngster.id - Penyedia layanan desain grafis digital Canva kini menyandang status decacorn. Perusahaan asal Australia ini mengklaim valuasinya sudah menembus US$ 15 miliar atau setara Rp 218,5 triliun setelah menerima investasi sebesai US$ 71 juta atau setara Rp 1 triliun.
Putaran baru pendanaan sebesar Rp 874 miliar, hampir dua kali lipat dari penilaian tahun lalu, dan menjadikan perusahaan rintisan yang berbasis di Sydney ini sebagai bisnis teknologi swasta paling berharga di Australia.
Dikutip dari Bloomberg, putaran tersebut dipimpin oleh Blackbird Ventures dan Sequoia China, dengan partisipasi dari pendukung sebelumnya. Termasuk General Catalyst Partners, Felicis Ventures dan Bond.”
“Canva mampu menghasilkan lebih dari Rp 7,2 triliun pendapatan tahunan tahun ini sambil mempertahankan profitabilitasnya,” kata Cliff Obrecht Chief Operating Officer Canva, dalam sebuah wawancara.
Canva didirikan oleh Chief Executive Officer Melanie Perkins, Obrecht, dan Cameron Adams pada 2012 dan diluncurkan pada tahun berikutnya. Situs web dan aplikasi Canva membantu orang dan perusahaan membuat spanduk, logo, grafik dan presentasi media sosial.
Kemudian, Canva mengoperasikan apa yang dikenal sebagai model freemium, dengan beberapa opsi tersedia secara gratis dan lainnya tersedia dengan biaya. Bisnis perusahaan juga kian berkembang dengan perusahaan seperti Hubspot Inc., Warner Music Group Corp., Skyscanner Ltd. dan American Airlines Group Inc.
Canva, yang memiliki lebih dari 30 juta pengguna aktif bulanan, merangkul situs konten gratis Pexels dan Pixabay tahun lalu, menambahkan lebih dari 1 juta stok foto, vektor, dan ilustrasi ke platform-nya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post