VIDA Hadirkan Solusi Autentikasi Wajah Berbasis AI, Targetkan Penurunan Fraud Hingga 90%

Niki Luhur - VIDA

Niki Luhur, Founder dan Group CEO VIDA (Foto: Istimewa)

youngster.id - Penyedia solusi identitas digital VIDA meluncurkan solusi inovatif autentikasi berbasis Artificial Intelligence (AI) untuk memperkuat keamanan digital nasional.

Solusi ini diluncurkan merespons lonjakan ancaman digital yang semakin canggih, terutama deepfake fraud dan jaringan penipuan terstruktur. Menurut VIDA Fraud Intelligence Report 2025, kasus deepfake fraud di Asia Pasifik melonjak 1.550%, sementara kerugian sektor perbankan akibat penipuan digital telah mencapai lebih dari Rp2,5 triliun sepanjang 2022–2024.

Founder & Group CEO VIDA, Niki Luhur, menyampaikan bahwa ancaman keamanan saat ini telah berevolusi menjadi manipulasi yang masif.

“Teknologi deepfake kini sudah mencapai titik di mana sulit membedakan mana yang asli dan mana yang palsu. Karena itu, lembaga seperti VIDA sebagai Certificate Authority (CA) memegang peran penting untuk menjaga integritas identitas digital dan memastikan data serta transaksi tidak bisa dipalsukan,” ujar Niki dalam sesi Casual Talk di Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) dan Indonesia Fintech Summit & Expo (IFSE) 2025.

Untuk menjawab tantangan tersebut, VIDA menghadirkan solusi biometrik FaceToken dan PhoneToken. Solusi autentikasi tanpa kata sandi (passwordless) ini menggabungkan machine learning dan enkripsi tingkat tinggi untuk memverifikasi identitas melalui deteksi wajah (liveness detection) dan perangkat pengguna terdaftar.

VIDA mengklaim implementasi teknologi biometrik ini di sektor keuangan terbukti mampu menurunkan transaksi tidak sah hingga 90%.

Selain itu, VIDA juga mengembangkan AI-native security framework yang menggabungkan computer vision, fraud detection engine, dan analisis perangkat untuk mendeteksi pola serangan kompleks, termasuk injection attack dan virtual camera spoofing.

Niki Luhur menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor—antara perbankan, fintech, asosiasi, dan penyedia keamanan—untuk memperkuat ketahanan digital nasional.

“Proses autentikasi seharusnya mudah, tapi sekuat enkripsi. Dengan FaceToken dan PhoneToken, kami ingin keamanan digital terasa mudah bagi pengguna, namun tetap tak bisa ditembus oleh penipu,” pungkas Niki.

STEVY WIDIA

Exit mobile version