youngster.id - Pelestarian lingkungan hidup di kawasan perkotaan sepertinya sulit. Saat ini hampir sebagian lahan hijau telah beralih fungsi menjadi bangunan pencakar langit. Namun bukan berarti langkah untuk pelestarian lingkungan berhenti. Bahkan berkat kemajuan teknologi bisa membantu menanggulangi perubahan iklim.
Permasalahan #KrisisIklim masih menjadi sorotan dunia, apalagi setelah diadakannya konferensi perubahan iklim di Madrid awal Desember 2019 lalu yang berakhir mengecewakan. Ternyata komitmen negara-negara seluruh dunia untuk mengurangi emisi masih lemah.
Padahal, polusi udara juga menjadi momok untuk Indonesia, terutama di kota-kota besar. Masifnya penggunaan kendaraan pribadi menjadi salah satu penyebab buruknya kualitas udara di beberapa daerah. Tentu saja polusi udara dirasakan langsung oleh kita semua.
Peduli akan hal itu, Arfan Arlanda menginisiasi platform yang memanfaatkan teknologi guna membantu dunia usaha terlibat dalam penurunan laju perubahan iklim: Jejak.in.
“Tujuan jangka panjang kami adalah untuk mengatasi berbagai masalah lingkungan. Salah satunya dengan secara aktif membantu dunia usaha dan konsumen untuk lebih memahami jejak karbon mereka, dan memungkinkan mereka dengan mudah mengakses teknologi kami untuk mengimbanginya,” kata Arfan, Founder & CEO Jejak.in kepada youngster.id belum lama ini.
Jejak.in memiliki misi untuk mempercepat aksi iklim melalui solusi berbasis AI dan IoT. Salah satu produk andalan mereka adalah Tree and Carbon Storage Monitoring Platform, sebuah platform yang memanfaatkan teknologi seluler, drone, sensor IoT, LiDAR, dan satelit untuk mengumpulkan dan menganalisis data ekologis lingkungan. Selain itu, terdapat fitur lain yang berfungsi untuk mengukur dampak penyerapan karbon, infiltrasi air, kondisi tanah dan udara, serta keanekaragaman hayati.
Arfan mengungkapkan, Jejak.in pertama kali di gunakan dalam program “Citarum Harum” sejak akhir 2018. “Program ini dibangun dari ide yang sederhana. Kami ingin membantu setiap inisiatif penanaman pohon agar dapat melakukan pemantauan secara komprehensif untuk memastikan tumbuh kembang pohon-pohon yang telah ditanam,” ungkapnya.
Menurut Arfan, Jejak.in dibangun untuk fokus kepada teknologi pemantauan penanaman pohon. Sehingga platform ini lebih banyak digunakan oleh bisnis dan organisasi yang membutuhkan teknologi yang dapat membantu melakukan pemantauan terhadap proses konservasi, reforestrasi, reklamasi, dan rehabilitasi lahan. “Teknologi yang kami gunakan dalam melakukan pemantauan meliputi teknologi mobile, drones, sensor IoT, LiDAR, satelit, dan artificial intelligence. Platform Jejak.in juga dapat membantu dalam memberikan analisa dampak seperti pengukuran penyerapan karbon, infiltrasi air, kondisi tanah dan udara, serta keanekaragaman hayati yang timbul dari masing-masing program penanaman pohon,” papar Arfan.
Dukungan Mitra
Sebelum menghadirkan platform ini pada akhir 2018, Arfan mengaku melakukan penelitian cukup lama. Terutama untuk menerjemahkan ilmu kehutanan yang cukup kompleks ke dalam teknologi informasi.
“Proses dari awal penelitian, survei pasar, membangun MVP, pilot projects, sampai ke pengembangan platform hingga siap diperkenalkan ke consumer membutuhkan waktu 2 tahun. Memang cukup lama, karena kami perlu riset dan persiapan lain agar benar-benar siap dan matang ketika platform ini diluncurkan ke masyarakat,” ucap Arfan.
Menargetkan konsumen awal dari industri FMCG, solusi yang mereka kembangkan berhasil membantu industri FMCG yang kerap mengalami isyu dalam perencanaan, implementasi, dan pemantauan program konservasi dengan metode MRV (Measurable, Report-able, dan Verifiable). Sebagai contoh, bagaimana cuaca ekstrem dapat mengganggu rantai pasok mereka atau peraturan iklim yang lebih ketat nantinya dapat merusak nilai investasi dan bisnis mereka.
Arfan mengaku, secara tak langsung startup ini mendapat dukungan dari industri yang kemudian menjadi mitra Jejak.in. Sayangnya, saat disinggung berapa besar modal awal yang didapat dari perusahaan tersebut, ia enggan membeberkannya.
“Kami cukup beruntung karena sejak awal kami membangun ide bisnis ini sudah mendapatkan dukungan dari industri. Modal untuk kami membangun teknologi ini langsung dibiayai oleh perusahaan yang kemudian menjadi mitra pertama kami,” kilah dia.
Meski demikian, Arfan mengungkapkan sejak Jejak.in didirikan, kendala dan tantangan sedikit banyak ditemuinya. Salah satu tantangan itu berupa pengembangan produk bagaimana menerjemahkan ilmu kehutanan yang cukup kompleks ke dalam teknologi informasi. Untuk itu, ia menilai kolaborasi merupakan cara yang paling efektif dalam memecahkan kendala yang ada tersebut.
“Beberapa tantangan terbesar yang kami hadapi di antaranya adalah dalam pengembangan produk: bagaimana menerjemahkan ilmu kehutanan yang cukup kompleks ke dalam teknologi informasi. Untuk mengatasi kendala tersebut, kami mengajak beberapa ahli kehutanan dan citra udara untuk bergabung ke dalam team dan berkolaborasi dengan data scientists dan software engineers yang membangun platform Jejak.in. Tantangan lainnya adalah dalam menerapkan pengalaman yang kami miliki di sektor B2B dan mengembangkannya ke dalam strategi di sektor B2C. Untuk mengatasi hal ini, Jejak.in fokus dalam membangun kolaborasi dengan mitra dan selalu melakukan inovasi produk,” urai Arfan.
Sejak dimulai 2 tahun yang lalu, ide ini kemudian telah berkembang. Jejak.in telah berhasil membuat beberapa analisa data yang mengukur dampak dari penanaman pohon-pohon tersebut. Diharapkan, hasil analisa dampak itu dapat membantu setiap program dan inisiatif penanaman pohon dalam mengukur tingkat keberhasilan dari setiap program, dan membantu dalam pengambilan keputusan.
Arfan menyebut model bisnis dari Jejak.id adalah sektor B2B Dan B2C. Sehingga layanan platform Jejak.in yang selama ini ada dapat digunakan oleh beberapa industri dan NGO yang terkait dengan kegiatan reforestrasi, konservasi, reklamasi, dan rehabilitasi lahan.
“Dalam sektor B2B, kami memberikan layanan platform untuk melakukan pemantauan penanaman pohon. Platform ini dapat digunakan oleh beberapa industri dan NGO yang terkait dengan kegiatan reforestrasi, konservasi, reklamasi, dan rehabilitasi lahan,” jelasnya.
Sedangkan dalam sektor B2C mereka memberikan awareness dengan layanan perhitungan emisi karbon untuk setiap lini kehidupan masyarakat, yang kemudian secara sukarela dapat di-offsets ke dalam program-program rehabilitasi lahan yang dijalankan bersama mitra-mitra Jejak.in. “Laporan yang komprehensif akan diberikan untuk setiap kontribusi yang dilakukan oleh masyarakat, sehingga semua pihak dapat melakukan kontrol dan mengetahui dampak yang sudah mereka berikan terhadap lingkungan,” ujarnya menambahkan.
Akselerasi dan Monetitasi
Untuk memonetisasi perusahaan rintisannya ini, Arfan mengungkapkan ada beberapa aliran pendapatan sengaja dibangun dan dijalankan bersama mitra Jejak.in yang selama ini ada.
“Saat ini ada beberapa aliran pendapatan yang kami bangun. Di antaranya melalui layanan teknologi pemantauan penanaman pohon yang digunakan oleh bisnis dan organisasi, serta melalui kontribusi sukarela terhadap program-program rehabilitasi yang kami jalankan bersama mitra-mitra Jejak.in,” imbuhnya.
Sejauh ini Jejak.in telah bermitra dengan semua stakeholders, baik dari kalangan pemerintah pusat dan daerah, pelaku bisnis dan industri, NGO, lembaga riset, mitra pelaksana, dan masyarakat luas. “Hal ini untuk memastikan bahwa teknologi yang dibangun oleh Jejak.in dapat dimanfaatkan secara luas dan memberikan value dan dampak yang positif bagi semua pihak,” tegas Arfan.
Arfan mengungkapkan Jejak.in ingin fokus dalam menghadirkan teknologi yang tepat guna, memberikan kualitas layanan terbaik, dan memastikan retensi mitra dan pelanggan yang tinggi. Oleh karena itu, pihaknya terus berupaya berinovasi, termasuk dalam menghadirkan teknologi yang tepat. Hal ini menjadi senjata ampuh baginya dalam menghadapi persaingan usaha yang sama.
Untuk itu, Jejak.in kerap mengikuti berbagai program pelatihan bisnis atau program startup accelerator. Misalnya, dengan mengikuti program Gojek Xcelereate. Menurut Arfan, dengan mengikuti program startup accelerator ini pihaknya mendapatkan banyak wawasan dan mendengarkan pengalaman langsung dari Gojek dan beberapa mentor ahli lainnya.
Arfan mengakui banyak manfaat yang diperoleh dari mengikuti program Gojek Xcelerate. Termasuk di antaranya dalam membangun brand perusahaan. Edukasi dan membangun awareness agar program-program yang diusung oleh Jejak.in dapat menjadi top-of-mind dari masyarakat luas dan generasi milenial khususnya. “Tujuan utama kami saat ini adalah membangun awareness dan menjadikan Jejak.in top of mind dalam membangun model bisnis B2C,” tegas Arfan.
Untuk mencapai hal tersebut, lanjut Arfan, Jejak.in menggunakan beberapa cara. Antara lain pembuatan konten yang menarik, informatif, dan dekat dengan kehidupan masyarakat, menggunakan media sosial, mengadakan kegiatan offline dan online, dan juga meningkatkan kolaborasi dengan mitra dan bisnis lainnya.
Mereka juga melakukan pendekatan sosial untuk kegiatan yang dilakukannya. Termasuk, memberikan awareness bagi generasi milenial dan young-adults terkait isyu lingkungan dan perubahan iklim global. “Kami juga aktif dalam mengadakan webinar dengan industri, aktivis lingkungan, dan tokoh masyarakat untuk membahas beberapa topik yang terkait dengan isu-isu tersebut. Beberapa kegiatan dengan komunitas juga kami adakan berkolaborasi dengan mitra-mitra kami baik dalam bentuk aksi langsung di lapangan maupun dalam bentuk diskusi dan bertukar pikiran. Oleh karena itu, selama ini kami terus fokus terhadap sektor B2B. Diharapkan dalam waktu dekat akan dapat digunakan oleh consumers secara langsung,” ungkapnya.
Arfan optimis saat memandang peluang bisnis yang dijalankan saat ini. Menurutnya, bisnis yang dimiliki Jejak.in saat ini secara umum membangun pondasi yang baik untuk kelestarian lingkungan dan penanggulangan perubahan iklim.
“Bisnis ini secara umum membangun pondasi yang baik untuk kelestarian lingkungan dan penanggulangan perubahan iklim. Setiap negara sudah berkomitmen untuk dapat menurunkan emisi karbon dan gas rumah kaca sesuai dengan Paris Agreement 2016. Secara khusus, bisnis ini dapat mendukung upaya pemerintah dan dunia dalam menjalankan rencana perdagangan karbon, carbon-offsets, dan pasar komoditas,” tutur Arfan.
Menurut Arfan, ke depan Jejak.in memiliki banyak sekali rencana pengembangan teknologi dan bisnis. Misalnya, dalam waktu dekat akan menghadirkan teknologi Jejak.in langsung untuk consumer. Hal ini akan menjadi inisiatif yang pertama di Indonesia, dan bahkan di dunia. “Terobosan yang kami lakukan bersama dengan mitra kami ini diharapkan menumbuhkan kesadaran masyarakat secara luas, bahwa isyu lingkungan dan perubahan iklim adalah menjadi tanggung jawab bersama,” tutur Arfan.
Oleh karena itu, Arfan berharap kolaborasi dengan semua sektor industi, pemerintah, NGO, dan mitra-mitra lainnya dapat terus berjalan dan berkembang lebih jauh serta berkelanjutan.
“Jejak.in berharap agar kolaborasi dengan semua sektor industi, pemerintah, NGOs, dan mitra-mitra lainnya dapat terus berjalan dan berkembang lebih jauh. Kerja sama dengan beberapa mitra dari luar negeri juga diharapkan dapat segera terealisasi dengan baik di tahun ini. Lebih jauh, kami berharap untuk dapat berkontribusi terhadap keberhasilan pemerintah dalam melakukan penanggulangan perubahan iklim dan kelestarian hutan, termasuk di antaranya memberikan dampak positif terhadap sektor sosial ekonomi dan lingkungan di Indonesia,” pungkasnya.
======================
Arfan Arlanda
- Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 26 Nopember
- Pendidikan Terakhir : Sarjana Teknik Universitas Trisakti, dan Sustainable Business Course Harvard Business School
- Usaha yang dikembangkan : Membuat platform untuk membantu dunia usaha terlibat dalam masalah lingkungan
- Nama Platform : Jejak.in
- Mulai Usaha : Oktober 2018
- Jabatan : Founder & CEO
Prestasi :
- Microsoft Circle of Excellence, Platinum Award (Best Consultant World Wide from Microsoft Corp)
- Gojek Xcelerate 2020
======================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia