youngster.id - Pandemi virus corona yang melanda seluruh dunia telah mengakibatkan limbungnya berbagai bisnis, termasuk sektor pariwisata. Meski demikian, banyak pelaku bisnis tetap optimis meski harus hibernasi di masa sekarang ini.
Di tengah pandemi ini salah satu bisnis yang terdampak cukup besar adalah biro perjalanan. Pembatalan traveling dilakukan oleh masyarakat, terutama menyusul banyaknya daerah dan negara yang menerapkan lockdown. Akibatnya biro perjalanan memutuskan untuk hibernasi, seperti yang dilakukan oleh Wise Steps Travel.
“Oleh karena bisnis kami adalah travel, saat ini kami juga mengkampanyekan #dirumahaja. Kami sedang masa hibernasi dan mencoba mengevaluasi apa yang telah dikerjakan selama lebih dari 2 tahun terkahir, dan bisnis model kami yang dijalani selama ini,” ungkap Ayu Masita, Co-founder & CEO Wise Steps Travel kepada youngster.id belum lama ini di Jakarta.
Wise Steps Travel adalah startup biro perjalanan yang berkelanjutan dan edukatif di Indonesia. Berbeda dengan biro perjalanan lainnya, Wise Steps Travel merupakan social travel enterprise, yang menawarkan rangkaian pengalaman perjalanan yang kaya akan budaya lokal bagi pelanggan dan juga informasi serta wawasan dari pelanggan bagi komunitas setempat.
Program wisata yang ditawarkan Ayu adalah wisata yang tidak saja mengangkat kekayaan alam dan budyaa, juga dapat mendorong perekonomian masyarakat di kawasan wisata. Selain itu, para wisatawan diajak untuk belajar menjaga lingkungan, tradisi dan budaya di tempat yang mereka kunjungi. Untuk itu Wise Steps Travel menggelar proyek-proyek study trip ke destinasi wisata yang menghadirkan penelitian kecil yang dilakukan oleh siswa dan disebarluaskan kepada stakeholders setempat.
“Tujuan kami membuat Wise Steps Travel salah satunya adalah untuk menjaga kekayaan alam, dan tradisi dan budaya masyarakat di Indonesia, dan tentunya mengubah gaya wisatawan berlibur agar lebih bertanggungjawab,” ujar Ayu.
Meski belum mengetahui kapan virus Covid-19 ini bisa diatasi sehingga orang bisa kembali bepergian, Ayu tetap semangat dan optimis bahwa bisnis yang dia bangun sejak November 2017 ini bisa bertahan. Pasalnya, sebelum peristiwa pandemic ini, Google dan Temasek memprediksi pada tahun 2025 pasar industri online travel akan tumbuh menjadi US$78 miliar di Asia Tenggara.
“Modal utama kami mendirikan Wise Steps Travel sebenarnya adalah keyakinan dan ketekunan. Kami percaya traveller tidak hanya sekedar bisa berlibur namun juga bisa belajar tentang sesuatu hal baru yang mereka sukai. Disamping itu mereka juga dapat belajar untuk dapat menjaga lingkungan, tradisi dan budayanya,” jelas perempuan lulusan Master in Governance and Development Studies, Institute of Development Studies, Sussex University.
OLeh karena itu, selain biro perjalanan, Ayu juga mengelola Wise Steps Foundation, yang berencana untuk membuat Rumah Belajar di wilayah Toba dan Wise Steps Consultancy agar dapat membantu lebih banyak pemerintah daerah maupun masyarakat untuk mengaplikasikan pariwisata bertanggung jawab (sustainable tourism).
Social Traveling
Ayu mengungkapkan ide untuk membangun bisnis ini berawal dari hobi yang dia dan suaminya sukai, yaitu travel. Mereka berdua memang berkarir di non-government organization (NGO) telah berkeliling ke lebih dari 30 negara.
“Kami memang mempunyai ketertarikan dan passion yang sangat besar terhadap sustainable tourism dan pendidikan. Dengan pengalaman kami berdua bekerja di perusahaan non-profit dan profit, dan mengetahui plus dan minus bekerja di industri yang sangat berbeda tersebut, maka terciptalah ide untuk membuat social travel enterprise bernama Wise Steps Travel ini. Dengan harapan, kami dapat mengajak wisatawan melangkah dengan bijaksana dalam setiap perjalanan yang mereka lakukan bersama kami,” kisah Ayu.
Melalui Wise Steps Travel ini mereka ingin menerapkan education, empowerment, experience, exchange, dan environment dalam bisnis ini. Demi mewujudkan semua itu mereka merelakan uang tabungan sekitar 80 juta untuk membangun bisnis impian ini.
“Kami mulai dari kecil. Ketika kami mendapatkan pasar, kami baru mulai merekrut SDM dan lebih menjalankan strategi pemasaran yang sudah direncanakan,” ujarnya.
Produk yang ditawarkan terutama ditujukan untuk traveler wanita dengan tujuan wisata di Indonesia. Diawali dengan Impact Tour, dimana wisatawan tidak hanya berlibur dan menikmati keindahan alam dan keragaman budaya, tapi juga bisa belajar dari inisiatif-inisiatif lokal atau kisah-kisah inspiratif di masyarakat untuk menjaga lingkungan, budaya, sejarah, tradisi, dan sebaginya.
“Untuk Impact Tour ini temanya juga berbeda-beda. Contohnya: rural enterpreunership, animal welfare, dan seterusnya,” jelas Ayu.
Selain itu, mereka mempunyai produk Responsible Voluntourism. Produk ini dikhususkan untuk wisatawan yang mempunyai keahlian khusus, keinginan untuk berbagi, dan waktu lebih dari tiga minggu untuk mengeksplorasi sebuah destinasi dan berkontribusi pada masyarakat ataupun lingkungan didestinasi tersebut. Dan, yang terakhir Study Trip, yang ditujukan untuk sekolah maupun universitas yang ingin melakukan perjalanan studi di Indonesia.
“Kami juga menyiapkan beberapa project yang bisa ditawarkan pada sekolah maupun universitas,” ujarnya
Menurut Ayu, mayoritas pasar yang mereka tuju adalah wisatawan dari Eropa dan Amerika Utara. “Namun pasca pandemi Covid-19, kami berharap untuk dapat memasarkan produk Impact Tour ke wisatawan nusantara dan produk Study Trip ke international school di berbagai daerah di Indonesia,” kata Ayu optimis.
Semua itu berangkat dari riset yang mereka lakukan sebelumnya. Termasuk menerapkan model bisnis business to business (B2B) dan business to costumer (B2C) yang sebagian besar berbasis di Eropa dan Amerika Serikat. “Untuk di Indonesia sendiri mitra kami adalah para pemasok akomodasi, organisasi non-profit, institusi pendidikan, kelompok masyarakat, dan sebagainya,” imbuh Ayu.
Kolaborasi
Menjalankan prinsip-prinsip sustainable tourism sesuai standar internasional dan berkomitmen untuk dapat bertanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar menjadi keunggulan dan yang memberdakan perusahaan rintisan ini dari travel lainnya.
“Kami berkomitmen menggantikan seluruh Co2 yang dihasilkan selama perjalanan dengan menanam pohon. Kami juga hanya bekerjasama dengan supplier yang bisa berkomitmen untuk dapat bertanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Contoh: hotel ramah lingkungan. Kami melakukan assessment khusus terhadap tiap-tiap supplier, dan membantu memberi masukan dan mencapai target agar dapat lebih bertanggung jawab. Keamanan dan keselamatan adalah prioritas kami serta menjalankan prinsip-prinsip sustainable tourism sesuai standard internasional,” papar Ayu.
Strategi, model bisnis, edukasi ke khalayak dan perihal pemasaran yang selama ini dilakukan oleh Wise Steps Travel sangat tepat. Hasilnya, apa yang selama ini dilakukannya dapat mencuri hati travel bergabung dengan menggunakan jasa perusahaan rintisannya. Diklaim Ayu, sebelum pandemic, mereka bisa meraih omzet sekitar Rp120 juta hingga Rp 200 juta setiap bulannya.
Tentu bisnis ini juga mengalami tantangan. “Di awal tantangan utama adalah mencari SDM yang tepat dan satu visi. Kemudian menerapkan strategi pemasaran yang efektif sehingga mendapatkan pasar yang mempunyai visi dan tujuan yang sama,” ungkap Ayu.
Untuk persaingan di industri pariwisata ia mengaku tak khawatir. Bahkan mereka membangun kolaborasi dengan sesama pelaku bisnis. Ayu yakin, kolaborasi bersama akan mencapai tujuan pariwisata bertanggung jawab (sustainable tourism).
“Kami percaya dengan kolaborasi, kita bisa bersama-sama mencapai tujuan pariwisata bertanggung jawab. Semakin banyak industri yang mempunyai fokus yang sama, semakin cepat kami bisa bersama-sama mencapai tujuan tersebut,” ucapnya.
“Menganalisa kemungkinan pasca Covid 19, traveler akan lebih memilih untuk berlibur jarak dekat bukan antar benua. Maka kami akan fokus untuk mengembangkan produk dan memasarkan kepada wisatawan nusantara dan wisatawan Asia Pasifik. Kemudian, saat ini kami juga fokus pada Wise Steps Foundation,” ungkap Ayu lagi.
Dia berharap traveler lebih aware dan peduli terkait dampak yang mereka berikan saat mereka berlibur. Dan traveler lebih mempunyai interest terkait kekayaan setempat baik dari segi ilmu, budaya, alam, dan lainnya.
“Harapan dan target kami ke depan terutama bagi kelangsungan usaha, semoga traveler lebih aware dan peduli terkait dampak yang mereka berikan saat mereka berlibur. Dan traveler lebih mempunyai interest terkait kekayaan setempat baik dari segi ilmu, budaya, alam, dan lainnya. Tentunya jika lebih banyak traveler yang aware, akan semakin banyak pula potential clients yang dapat berlibur atau menggunakan jasa Wise Steps Travel,” pungkas Ayu.
======================
Ayu Masita
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Janurari 1986
- Pendidikan Terakhir : Master in Governance and Development Studies, Institute of Development Studies, Sussex University
- Usaha yang dikembangkan : Membuat social travel enterprise dengan menerapkan pariwisata bertanggung jawab (sustainable tourism).
- Jabatan : Co-founder & CEO
- Nama Perusahaan : Wise Steps Travel
- Mulai usaha : November 2017
- Modal awal : sekitar Rp 50 juta – 80 juta
- Omset : sekitar Rp 120.000.000 – Rp 200.000.000 per bulan
- Tim : 7 orang
======================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post