youngster.id - Proses perkembangan dunia teknologi digital telah mempengaruhi banyak bidang. Salah satu yang mengalami penetrasi digitalisasi teknologi adalah bidang kesehatan.
Seorang peneliti dari Rock Health telah menemukan bahwa saat ini ada sekitar 13.000 aplikasi kesehatan digital. Para pasien saat ini sedikit demi sedikit telah mengikuti perkembang tren ini.
Sejatinya, teknologi kesehatan mobile ini bukanlah pengganti perawatan kesehatan. Ia adalah bagian dari suplemen proses perawatan kesehatan itu sendiri. Salah satunya adalah Pasienia.
Aplikasi Pasienia ini berbeda dengan aplikasi kesehatan yang menghubungkan pasien dengan dokter atau fasilitas kesehatan. Aplikasi yang lahir dari ajang Innovative Academy Universitas Gajah Mada (UGM) ini menghubungkan antar-pasien dengan pasien.
CEO dan co-founder Pasienia.com, Fadli Wilihandarwo, mengatakan aplikasi ini memang secara khusus dibuat bagi pasien. Dikembangkan sebagai wadah yang mempertemukan sesama pasien dengan kesamaan penyakit. Melalui aplikasi tersebut, mereka dapat saling bertukar informasi dan berbagi terkait perkembangan penyakitnya.
“Biasanya orang yang sedang sakit menginginkan untuk ngobrol, curhat, maupun sharing dengan orang yang seperti mereka. Dengan interaksi melalui aplikasi ini, harapannya pasien dapat saling menguatkan dan mendukung,” ungkap Fadli kepada Youngsters.id.
Pasienia merupakan aplikasi berbasis Android yang menghubungkan antar-pasien dan keluarga untuk berbagi pengetahuan dan infromasi terkait penyakit yang tengah dideritanya. Melalui media sosial ini pasien bisa saling curhat dan memberikan semangat satu sama lain. Aplikasi ini dikembangkan Fadli bersama tiga rekannya: Haidar Ali Ismail, Dimas Ragil Mumpuni serta Rusmawati Harya Megasari.
Diklaim Fadli saat ini Pasienia telah memiliki lebih dari 5.200 users. Selain itu, telah ada sekitar 1.500 interaksi antara user yang saling berkomunikasi melalui aplikasi ini.
Rupanya jurus “curhat” ini sukses membawa Pasienia ke peringkat atas Google Play Store top free pada kategori Health. Bahkan, menjadi juara kompetisi Google Business Group (GBG) Stories. Ini adalah kompetisi tahunan yang diadakan Google untuk menginspirasi para wirausahawan mengarahkan bisnisnya ke ranah online. Tahun ini kompetisi diikuti 469 peserta dari berbagai negara di dunia. Dari semua peserta, dicari 9 aplikasi terbaik untuk dipilih 3 aplikasi terbaik.
“Dengan kemenangan ini kami diberi kesempatan bergabung dalam Google I/O Conference di Mountain View, California pada pertengahan Mei 2017 mendatang. Selain itu juga diberi kesempatan mengunjungi kantor pusat Google untuk bertemu dengan inovator dan pemimpin bisnis digital tersebut. Senang dan bangga atas prestasi ini semoga bisa semakin banyak masyarakat yang terbantu dengan adanya aplikasi ini,” ungkap pemuda kelahiran Tarakan, 13 Februari 1988 itu.
Teknologi dan Medis
Fadli mengakui bahwa ide aplikasi Pasienia lahir dari pengalaman dia mulai menjalani praktek sebagai mahasiswa kedokteran yang kerap berhadapan dengan pasien. Di kala itu dia sering menemani pasien saat melakukan terapi, termasuk dengan seorang teman yang menderita kanker paru-paru.
“Saat saya dampingi, ketika akan melakukan terapi ia sering ngobrol dengan pasien lain dan bercerita pengalaman masing-masing dan saling menguatkan. Ternyata mereka sesama pasien juga saling berbagi info dan tips dalam menghadapi keadaan sakit,” kisahnya.
Meski akhirnya teman yang didampingi itu tidak bertahan hidup, Fadli jadi menyadari sebagai dokter tidak punya cukup waktu untuk memberitahu pasien secara lengkap akan info dan tips dalam perawatan penyakit. Berangkat dari pengalaman itu, dokter yang gemar dengan teknologi ini pun memutuskan untuk mengembangkan aplikasi kesehatan berbasis Android.
“Saya memang dari dulu suka dengan teknologi dan sudah pernah membuat beberapa desain website,” ujar pemuda yang pernah mengecap pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin sebelum masuk FK UGM.
Keinginannya untuk “mengawinkan” teknologi dan ilmu medis terwujud dalam ajang Innovative Academy UGM membuat Fadli bertemu dengan tiga rekannya. “Awalnya sempat ingin membuat aplikasi informasi rekam medis, namun itu terkendala dengan aturan kerahasiaan dokter dan pasien. Sampai akhirnya kami memutuskan Pasienia ini, untuk menghubungkan antara pasien dan keluarga untuk berbagi pengalaman, pengetahuan dan informasi terkait penyakit yang tengah diderita,” ungkapnya.
Dijelaskan Fadli, penggunaan aplikasi Pasienia ini cukup mudah. Ketika sign-up, pengguna bisa menentukan akan menjalin pertemanan dengan pasien penyakit apa saja. Sehingga yang akan muncul di timeline Pasienia hanya pasien dengan penyakit yang sama dan dokter ahli penyakit tersebut. Dalam aplikasi ini, pasien juga dapat berkonsultasi ke dokter secara online dan bisa diakses dengan gratis.
Meski mendapat tanggapan positif, Fadli menyatakan untuk sementara waktu, aplikasi ini baru menyediakan pilihan menu untuk ngobrol dengan sesama pasien dalam lima kelompok penyakit, yaitu kanker, diabetes, jantung, rubella, dan lupus.
“Karena memang di sini masih belum mudah bagi pasien untuk membuka diri dengan orang lain tentang penyakit yang diderita. Jadi kami mulai dari komunitas pasien yang memang sudah solid dan saling support,” ujar Fadli.
Monetize
Demi pengembangan aplikasi Pasienia ini Fadli rela meninggalkan profesinya sebagai dokter. Awalnya keputusan itu sempat ditentang keluarganya. Apalagi butuh perjuangan bagi Fadli untuk bisa masuk fakultas kedokteran di UGM. Toh Fadli berhasil meyakinkan kedua orang tuanya bahwa keputusannya itu tepat.
“Saya tidak menyesal, karena bagi saya sudah saatnya kita mempertemukan ilmu medis dengan teknologi sehingga makin banyak orang dapat dibantu, dan disembuhkan,” ucap pria yang rencananya akan melajutkan kuliah S2 di bidang teknologi di Inggris tahun depan.
Saat mereka mulai membuka layanan pada Mei 2015, ternyata mendapatkan sambutan yang cukup positif. Bahkan, hingga saat ini terdapat sekitar 500 pasien yang telah melakukan input data. Aplikasi ini juga pernah berhasil meraih juara pertama dalam tiga kejuaraan bergengsi, yaitu Start Surabaya Bootcamp, Indonesia Developer Summit, dan Forum Informasi Kedokteran Indonesia.
Selanjutnya, aplikasi ini berhasil masuk menjadi peserta dalam acara Google Hackfair 2015 di Jakarta dan mendapat kesempatan untuk presentasi secara personal di depan Jason Titus, VP Engineering Google dari Mountain View, California.
Kini, Pasienia baru diperkuat oleh 3 dokter spesialis kebidanan dan kandungan yang bergabung secara sukarela. Ke depan, mereka berharap akan ada lebih banyak dokter ahli yang mau bergabung dalam Pasienia.
“Kami juga tengah menjajaki kerja sama dengan sejumlah laboratorium pemeriksaan kesehatan di Jogja. Harapannya melalui integrasi dengan laboratorium pemeriksaan tersebut, dapat membantu pasien dalam melakukan pemeriksaan penunjang dan akan mendapatkan potongan harga saat pemeriksaan,” katanya.
Menurut Fadli, dari kerjasama inilah Pasienia akan mulai monetize. Pihaknya juga tengah berupaya mengembangkan fitur baru, yaitu Special Promotion. Melalui fitur ini pengguna atau pasien bisa membeli obat secara online dan mendapatkan potongan harga hingga 20%.
“Bulan ini kami akan merilis fitur Special Promotion. Ini semacam apotek online untuk memudahkan pasien dalam memperoleh obat,” ujarnya.
Tidak hanya itu, mereka juga berencana akan segera merilis aplikasi Pasienia dalam versi web. Selain itu juga akan meluncurkan Pasienia dalam versi global. “Bulan Mei ini kami akan men-develop Pasienia dengan target pasar internasional. Targetnya tahun ini bisa segera di-launching. Dengan begitu manfaat pasienia bisa dirasakan oleh masyarakat dunia,” terangnya.
Sementara ini, Pasienia baru dikembangkan untuk smartphone berbasis Android. Namun, nantinya akan dikembangkan juga dalam versi iOS dan web. Dengan begitu diharapkan melalui aplikasi ini, semakin banyak pasien yang terbantu sehingga dapat mendukung proses penyembuhan mereka.
Kini Pasienia telah diunduh oleh lebih dari 7 ribu pengguna dan mendapatkan rating pengguna 4,2. Hingga kini terdapat sekitar 3.500 interaksi antar pengguna yang saling berkomunikasi lewat aplikasi ini. “Semoga semakin banyak masyarakat terbantu dengan aplikasi Pasienia ini,” harap Fadli.
===========================================
Fadli Wilihandarwo
- Tempat Tanggal Lahir: Tarakan 13 Pebruari 1988
- Pendidikan Terakhir : Alumnus Fakultas Kedoktera Universitas Gajah Mada
- Usaha : Aplikasi Pasienia
- Jabatan : Founder & CEO Pasienia.com
- Mulai Usaha : Mei 2015
- Pengguna : sekitar 7.000 (per April 2017)
Prestasi :
- Juara Pertama Start Surabaya Bootcamp, 2015
- Juara Indonesia Developer Summit, 2015
- Juara Forum Informasi Kedokteran Indonesia 2015
- Juara Pertama Google Business Group (GBG) Stories 2016
=============================================
STEVY WIDIA
Discussion about this post