youngster.id - Beberapa tahun belakangan ini crowdfunding mulai marak. Sederhananya, konsep crowdfunding ini bisa disebut dengan patungan. Di Indonesia, model crowdfunding yang dilakukan menggabungkan antara segmen sosial, pelestarian, dan inovasi. Digerakan oleh hati, tangan dan pikiran yang terbuka.
Jika di dunia crowdfunding terbesar adalah Kickstarter, maka di sini ada Kitabisa.com. Usaha berbasis sosial ini berdiri pada 6 Juli 2013, yang diinisiasi oleh M. Alfatih Timur.
“Saya percaya yang dikatakan Bung Hatta, fondasi Indonesia adalah gotong royong. Kitabisa.com menerjemahkan semangat itu. Di kitabisa.com, kami percaya ada banyak orang baik di Indonesia. Mereka hanya perlu dihubungkan satu sama lain,” ucap pria yang akrab disapa Timmy ini kepada Youngsters.id.
Orang Indonesia, lanjut Timmy, pada dasarnya amat mudah membantu orang lain. Hanya saja, banyak di antara mereka yang tidak menemukan tempat dan waktu yang sesuai dengan aktivitas untuk menyalurkan donasi. Bahkan, Di Indonesia, ada banyak kegiatan penggalangan dana dadakan melalui Internet. Beberapa orang memulai kampanye untuk mendanai atau menyumbang sesuatu. Orang-orang yang tertarik kemudian menyumbang dana.
“Banyak orang yang sama sekali tidak saling kenal, tetapi tetap menyumbang,” ujarnya.
Dan itu dia buktikan sendiri. Dalam kurun waktu tiga tahun sejak berdiri, Kitabisa.com sudah menggerakan sekitar 2.000 kampenye dengan lebih dari 60 ribu doers atau pemberi dana. Sedangkan dana yang terkumpul mencapai Rp 30 miliar.
Dana tersebut digunakan untuk membiayai sejumlah ide sosial. Mulai dari wakaf Quran untuk kaum marginal, parsel untuk penderita kusta, pembangunan 5 perpustakaan di NTT, dibantunya korban bom, hingga didanainya bayi yang mengalami kesulitan bernapas.
Semangat Timmy yang luar biasa dan tujuannya yang mulia membuat dia masuk daftar Forbes Asia sebagai Satu dari 30 orang muda berusia dibawah 30 tahun yang menjadi Social Entrepreneur handal.
Diawali dengan Movement
“Melalui Kitabisa.com ini kami bermimpi mengubah ragam menjadi sebuah karya. Keragaman potensi ini mencakup semua lini masyarakat termasuk akademis, dokter dan seniman. Siapapun yang memiliki kapasitas, mereka bisa bergabung,” ungkap Timmy mengenai usaha yang dia bangun ini.
Ragam potensi yang dimaksud adalah siapa saja yang memiliki uang mulai dari akademisi, dokter, maupun seniman. Siapa pun yang memiliki ide maupun dana dapat bergabung pada program ini. KitaBisa menghubungkan dua pihak, orang yang mempunyai ide dan orang yang mau mendukung. Pemilik ide menulis idenya dalam situs KitaBisa, kemudian orang lain yang memiliki uang atau tenaga bisa membantu lewat situs tersebut.
“Jadi diawali dengan movement, bukan niatnya bisnis awalnya. Saya melihat masalah di fund rising, dan saya ingin membuat social impact. Itu awalnya,” ujar Timmy. Dia mendapat dukungan dari sang mentor, Prof Rhenald Kasali yang melibatkannya di Rumah Perubahan.
Pengalamannya pergi ke Pulau Buru dan menjalani kehidupan sehari-hari layaknya warga asli dengan segala keterbatasan juga penuh perjuangan, memperkuat sisi sosial Timmy. Ia lalu mencari terobosan untuk menghimpun potensi sosial yang sungguh besar di Indonesia agar benar-benar sampai tepat sasaran dan berhasil.
Timmy pun memberanikan diri membangun crowdfounding online Kitabisa.com. Alasannya lewat situs kegiatan dan pengelolaan dana akan lebih transparansi dan kredibel. Namun hal itu tidak mudah. Dia mengakui ketika memulai bisnis sosiopreneur belum banyak dikenal. Sehingga perlu langkah untuk mengedukasi dan meyakinkan kepada khalayak tentang cara kerja yang dilakukan Kitabisa.com.
Untuk mengoperasikan situs ini, Timmy belajar penggalangan dana secara online ke Australia dan Amerika Serikat. Dia juga belajar wirausaha sosial dan memperkuat tim yang terdiri dari 14 orang.
Hal yang menarik, situs ini bergerak karena kampanye dari orang-orang yang mau melakukan penggalangan dana bagi orang lain yang dinilai butuh dibantu. “Jadi web Kitabisa.com ini tidak meyakinkan donator, tetapi campaigner-nyalah yang meyakinkan donator,” ungkap Timmy.
Di sisi lain, Kitabisa.com ini dikelola dengan manajemen bisnis modern. Pendapatan diraih situs antara lain dari kutipan 5% dari setiap penggalangan dana. “Kutipan tidak diberlakukan untuk penggalangan dana bagi bencana alam atau pembayaran zakat,” tegas Timmy.
Jejak Sang Ayah
Sesungguhnya, keinginan Timmy terjun menjadi sociopreneur tidak muncul mendadak. Pemuda kelahiran Padang, Sumatera Barat ini mengenal rasa kepedulian sosial dari sang ayah, seorang dokter yang mengabdi di wilayah Sungai Puar, Sumatera Barat. Selama bertahun-tahun praktik hingga sekarang, kata Timmy, ayahnya menerima saja apabila ada yang membayar dengan sayur-mayur dan pisang.
Serupa tapi tak sama, Timmy memilih jadi social entrepreneur. Yaitu melakukan kegiatan yang dapat memberikan dampak sosial sekaligus menciptakan keuntungan sehingga sustained atau berkelanjutan. “Bisnis sosial yang dapat memberikan dampak sosial sekaligus menciptakan profit sehingga berkelanjutan. Dengan begitu, saya tidak harus mengorbankan diri saya,” tutur mantan aktivis BEM FE UI itu.
Persentuhan dengan sociopreneur semakin erat ketika Timmy aktif di Rumah Perubahan dari Profesor Rhenald Kasali. “Di situ saya melihat banyak juga pegiat sosial yang butuh dana atau orang-orang yang menggalang dana secara online. Dari sana saya banyak browsing online nonton Youtube dan belajar tentang crowdfunding,” ungkapnya.
Tertantang untuk membuat perubahan, membuat pengemar olahraga ini melakukan berbagai riset mengenai dunia digital, sosial, dan juga bisnis. Dia juga mewawancarai beberapa tokoh yang berpengalaman di bidang social entrepreneurship. Akhirnya Timmy memutuskan mengadaptasi crowdfunding di Indonesia.
Harapannya, situs ini dapat menjadi sebuah wadah untuk menampung dan juga menyalurkan ide dari masyarakat yang berhubungan dengan kegiatan sosial. Kitabisa.com adalah platform yang bertindak sebagai penghubung dari masyarakat yang mempunyai berbagai ide dan pihak yang ingin dibantu. Siapa pun yang tertarik untuk membantu dapat mendonasikan uangnya untuk mendukung proyek yang di-posting agar dapat berjalan.
“The best thing about Kitabisa.com adalah setiap proyek yang terdanai punya impact besar terhadap masyarakat dan secara tidak langsung kita ikut berkontribusi terhadap social project tersebut,” ujar suami dari Puti Ara Zena itu.
Keberhasilan terbesar bagi Timmy bukanlah dari besarnya donasi yang diperoleh. Tetapi kepuasan hati bisa melaksanakan proyek sosial yang direncanakan. “Bukan situs Kitabisa.com yang kami dorong agar menjadi besar. Namun, hal yang kami inginkan adalah Kitabisa.com dapat terkenal karena proyek yang didanai berhasil terlaksana,” tutur Timmy.
==================================
M Alfatih Timur
- Tempat Tanggal Lahir: Bukittinggi, 27 Desember 1991
- Istri : Puti Ara Zena
- Pendidikan: Ekonomi Manajemen Universitas Indonesia
- Jabatan : CEO Kitabisa.com
- Sebelumnya : Rumah Perubahan – Rhenald Kasali, Indonesia Social Entrepreneurship Association (AKSI), Indonesia Leadership Development Program UI
Prestasi :
- One of 30 Under 30 List for Social Entrepreneur Category from Forbes Asia.
- Part of Global Shapers Jakarta Hub.
- Pembicara di hadapan 100 wirausaha sosial di Asia, Singapura 16 ”“ 17 Juni 2016, yang diselenggarakan oleh DBS Foundation.
- 1st winner Indonesia ICT Awards (INAICTA), 2014
- Top 5 Social Entrepreneur, US Embassy & Jolkona Foundation. Seattle, USA, 2015
===================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post