Selasa, 30 September 2025
No Result
View All Result
youngster.id
Pratesis Ads
  • News
  • Technopreneur
  • Creativepreneur
  • Sociopreneur
  • Innovation
  • Youth Development
No Result
View All Result
youngster.id
  • News
  • Technopreneur
  • Creativepreneur
  • Sociopreneur
  • Innovation
  • Youth Development
No Result
View All Result
youngster.id
No Result
View All Result
Home Sociopreneur

Nadya : Bangun Bisnis Dari Kelor Untuk Penuhi Gizi Ibu

2 Januari 2020
in Headline, Sociopreneur
Reading Time: 5 mins read
Nadya : Bangun Bisnis Dari Kelor Untuk Penuhi Gizi Ibu

Nadya, Co-founder & COO Morimom Moringa Cookies (Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

0
SHARES
0
VIEWS

youngster.id - Sumber daya manusia (SDM) merupakan prioritas utama dalam menghadapi era persaingan yang semakin ketat sekarang ini. Sayangnya, Indonesia masih dibayangi masalah gizi. Bonus demografi yang diprediksi terjadi di tahun 2030 akan menjadi sia-sia jika masalah ini belum teratasi.

Pemenuhan gizi memang masih jadi momok menakutkan. Pasalnya, kurangnya gizi menjadi faktor dari tinggi angka anak menderita stunting. Pada tahun 2019 balita stunting di Indonesia mencapai 27,7%. Selain itu, angka kematian ibu hamil juga masih belum memenuhi target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 sebesar 110 kematian per 100 ribu kelahiran.

Ironinya, Indonesia adalah negara yang memiliki banyak sumber kekayaan alam yang dapat memenuhi kebutuhan gizi. Salah satunya adalah tanaman kelor (moringa). Pohon kelor belakangan ini dikenal dunia sebagai ‘pohon ajaib’ atau pohon kehidupan karena telah ditemukan kaya akan vitamin dan mineral penting. Daunnya, bunga, biji, buah, kulit kayu dan bahkan akarnya bisa dimakan dan memiliki kandungan gizi.

Belakangan mulai banyak yang mengolah tanaman ini untuk dikonsumsi.Mulai dari menjadi campuran masakan, menjadikan sebagai smoothie atau jus, bahkan menjadikannya sebagia bahan kue. Peluang itu juga ditangkap oleh empat perempuan muda yaitu Goei Diana, Agustinus, Rae, dan Nadya untuk membangun bisnis produk makanan berbahan kelor dengan merek Morimom Moringa Cookies.

“Kami melihat permasalahan kesehatan di Indonesia, salah satunya adalah masalah stunting yang cukup tinggi. Dan itu terkait dengan kondisi ekonomi di masyarakat. Salah satu daerah yang jadi fokus adalah NTT. Di sana angkat stunting-nya tinggi, padahal mereka memiliki banyak tanaman kelor yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah tersebut,” ungkap Nadya, selaku COO Morimom Moringa Cookies kepada youngster.id pada acara Sun Pitch Competition beberapa waktu lalu di Jakarta.

Nadya menjelaskan, alasan mereka memilih moringa alias daun kelor karena tanaman ini memiliki nutrisi yang jauh lebih tinggi dibandingkan sejumlah makanan lain. Misalnya 4 kali lebih banyak vitamin A dibanding wortel, 14 kali lebih banyak kalsium dibanding susu, 2 kali lebih banyak protein dibanding kedelai, dan lainnya.

Oleh karena kandungannya itu, Food Agriculture Organization (FAO) sangat merekomendasikan daun kelor untuk dikonsumsi oleh ibu hamil, ibu menyusui dan anak-anak. Bahkan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization – WHO) menobatkan daun kelor sebagai superfood.

“Karena kami melihat gizi mikro yang sangat tinggi yang dimiliki tumbuhan ini, maka kami pun membuat makanan ini agar bisa dikonsumsi terutama untuk ibu hamil dan anak-anak. Selain rasanya enak, juga mengandung asuapan gizi yang baik,” ucapnya.

Baca juga :   Muhammad Ghufron Mustaqim dkk. : Ingin Berdayakan Jaringan Reseller Produk UMKM Melalui Social Commerce

 

Empat perempuan muda Goei Diana, Agustinus, Rae, dan Nadya sepakat mengembangkan produk untuk mendukung gizi ibu hamil, sekaligus memberdayakan petani tanaman kelor di NTT (Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

 

Khusus Bumil

Morimom lahir dari kegiatan Diana untuk pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan daun kelor dari NTT. Dari sana kemudian dia mengajak Rae Hutapea dan Nadya untuk membangun tim yang lebih kuat. Mereka lalu mengikuti ajang Young Changemaker Social Enterprise, yang memberikan mereka banyak ilmu tentang membangun bisnis sosial (social enterprise).

“Tak disangka kami terpilih menjadi 20 besar usaha sosial rintisan anak muda dan diminta untuk membaut profil di aplikasi Campaign. Awalnya kami masih ragu untuk bisa melanjutkan, tetapi kami percaya bahwa kesempatan seperti ini diberikan oleh Yang Maha Kuasa untuk menjadi jalan yang harus kami tempuh,” ungkapnya.

Dengan modal sekitar Rp 20 juta mereka pun memulai mewujudkan bisnis ini. Untuk memproduksi Morimom ini mereka mengambil bahan baku dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Pasalnya, tanaman kelor (moringa olefera) tumbuh melimpah di dataran kering di sana. Bahkan saking banyaknya, tanaman ini dijadikan pakan ternak. Padahal tanaman ini banyak manfaat bagi tubuh manusia.

Menurut penelitian, satu porsi daun kelor mengandung kalium 3 kali lebih banyak dibanding pisang. Juga, mengandung vitamin A sebanyak 4 kali lebih banyak dibanding wortel. Sedangkan untuk zat besi, satu porsi daun kelor setara dengan 25 ikat bayam. Terakhir, vitamin C daun kelor 7 kali lebih banyak dibanding jeruk.

Melihat sudah banyak produk dengan kelor, maka Morimom fokus membuat produk yang ditujukan bagi ibu hamil. “Kami fokus untuk membuat produk khusus untuk memenuhi kebutuhan ibu hamil dan yang cocok dengan lidah mereka,” kata Nadya.

Untuk itu, butuh waktu cukup lama dalam pengembangan produk. “Di sisi lain kami juga mau memberdayakan produk ini di NTT agar dapat juga memberdayakan masyarakat di sana. Dan ini tidak mudah,” ungkapnya.

Untuk itu, alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dan rekan-rekannya fokus mengembangkan produk di NTT, terutama di Kabupaten Kupang dan TImur Tengah Selatan. Mereka melakukan pendekatan kepada para pemimpin desa untuk dapat mengembangkan bahan baku kelor. Selain itu, mereka juga mengajak masyarakat dalam proses produksi produk.

Baca juga :   Kolaborasi MCash dan SiCepat Lahirkan Aplikasi Pemesanan Makanan DigiResto

“Kami berharap akan ada desa yang mau bekerjasama dengan kami dalam hal produksi. Sehinga produk yang kami buat dapat langsung di produksi di NTT sehingga akan memberi dampak ekonomi langsung kepada masyarakat di sana,” ungkapnya.

Selama ini, menurut Nadya, mereka baru mengambil bahan baku berupa daun kering dan bubuk kelor di NTT. Sementara produksi dilakukan di Jakarta. Hasilnya sudah ada tiga produk dari Morimom yaitu, moringa tea, moringa oatmeal, dan moringa cookies. Moringa tea dapat menggantikan kopi yang dapat disantap bersamaan dengan moringa cookies atau dikonsumsi ketika sarapan bersama moringa oatmeal.

Ia bersyukur dalam sebulan sebanyak 2 ton kelor dihabiskan untuk memnuhi produksi Morimam dalam satu bulannya. “Kalau untuk produksi kami belum membuat produk yang massal. Sekarang kami mengolah paling sebanyak 2 ton kelor dalam sebulan membuat produk-produk,” ungkap Nadya.

 

Menurut Nadya, saat ini mereka belum memiliki toko offline, jadi produk-produk Moriman selama in baru didapatkan melalui pesanan via online. Dalam sebulan kami baru bisa terjual sebanyak 100 pcs dan paling laku yang cookies karena orang lebih gampang mengonsumsinya (Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

 

Edukasi

Usaha rintisan yang baru didirikan di awal tahun 2019 ini mulai mendapat kepercayaan dari konsumen, khususnya wanita dan ibu hamil. Nadya mengungkapkan omzet mereka dalam satu bulan berkisar Rp 3 juta dari 3 produk tersebut.

“Kami memang baru banget soalnya. Untuk cookies dibanderol dengan harga mulai dari Rp 40 ribu sampai Rp 60 ribu. Misal untuk teh ada mulai dari 150 gram, kalau untuk oatmeal-nya tersedia saat ini ada yang 175 gram dan cookies 200 gram,” terangnya.

Untuk terus meningkatkan bisnis, Nadya mengungkapkan, Morimom juga memberikan edukasi yang cukup intens bagi ibu maupun calon ibu terkait kehamilan, gizi, dan pola asuh. “Kegiatan ini diinisiasi untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai informasi kehamilan, gizi,” ucapnya.

Sementara itu untuk penjualan mereka masih mengandalkan cara online melalui e-commerce dan akun media sosial.

Nadya yakin dengan bantuan edukasi yang tepat untuk memperkenalkan produk Moringa ke khalayak. Apalagi selama ini cara pemasaran melalui media sosial merupakan cara yang efektif memperkenalkan produknya ke konsumen.

“Lewat media sosial saat ini kami sudah mulai gencar memasarkan produk-produk dari Morimam. Memang untuk saat ini toko offline kami belum ada, jadi produk-produk Moriman selama in baru didapatkan melalui pesanan via online. Dalam sebulan kami baru bisa terjual sebanyak 100 pcs dan paling laku yang cookies karena orang lebih gampang mengonsumsinya,” ucapnya.

Baca juga :   Strategi Startup dalam Menghadapi Tech Winter

Di sisi lain, dia juga sadar akan ketatnya persaingan dari produk yang menggunakan bahan baku kelor. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk tetap fokus pada segmentasi khusus produk bagi ibu hamil.

“Saat ini, memang kelor ini sudah banyak dikonsumsi oleh orang umum. Makanya kami buat ini, kami formulasikan, kami pilih bahan-bahannya yang memang baik dalam memenuhi kebutuhan gizi untuk ibu hamil,” imbuhnya.

Di sisi lain, dia berharap produk Morimom akan dapat memberi dampak bagi peningkatan pemenuhan gizi di masyarakat, terutama di NTT. Ia dan rekannya memiliki target dan berencana untuk melibatkan satu desa di NTT di tahun 2020 mendatang untuk membantu dalam perbaikan ekonomi. Sekaligus memberdayakan masyarakat sekitar dalam mengolah sember daya alam potensial sehingga memiliki nilai yang bermanfaat bagi kehidupan.

“Kami mau memberikan edukasi dengan cara memberdayakan orang asli NTT. Tahun 2020 ini kami akan fokus kepada pengembangan di satu desa, sebagai pilot project kami dan juga akan melakukan pengembangan produk sehingga dapat memberikan dampak tak hanya bagi ibu hamil di sana. Juga, pemberdayaan secara ekonomi bagi masyarakat di sana,” pungkasnya.

 

===================

Nadya, S.Gz

  • Tempat Tanggal Lahir         : Medan, 14 Juli 1997
  • Pendidikan                         : Gizi – Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
  • Usaha yang dikembangkan : Membuat produk makanan berbahan kelor
  • Nama Brand                      : Morimom Moringa Cookies
  • Mulai Usaha                       : 2019
  • Jabatan                             : Co-founder & COO
  • Jumlah Tim                        : 4 orang
  • Modal                                : Rp 20 juta

===================

 

FAHRUL ANWAR

Editor : Stevy Widia

Tags: gizi ibu hamilMorimom Moringa CookiesmoringaNadyapetani kelor Nusa Tenggara Timurtanaman kelor
Previous Post

Kipin Luncurkan Komik Martha Tiahahu, Pahlawan Muda Dari Maluku

Next Post

LPDB-KUMKM Tingkatkan Kinerja Pembiayaan di 2020

Related Posts

No Content Available
Load More
Next Post
UMKM Se-Indonesia Dapat Alokasi Dana Bergulir Rp 1,5 Triliun

LPDB-KUMKM Tingkatkan Kinerja Pembiayaan di 2020

Banjir Jakarta Awal 2020: Bisnis dan Logistik Lumpuh

Banjir Jakarta Awal 2020: Bisnis dan Logistik Lumpuh

DANA

Layanan Pembayaran Berbasis QR Code Harus Standar QRIS

Discussion about this post

Recent Updates

influencer kecantikan

Digital Marketing & Influencer Dorong Pertumbuhan Klinik Kecantikan

29 September 2025
Harbolnas

Empat Strategi Memaksimalkan Harbolnas di Era Konsumen yang Kian Selektif

29 September 2025
UmrahCash x VIDA

Kolaborasi UmrahCash dan VIDA Hadirkan Dompet Digital Syariah

29 September 2025
XLSMART Integrasikan Pusat Operasi Jaringan Terpadu Customer Experience dan Service Operation Center

XLSMART Integrasikan Pusat Operasi Jaringan Terpadu Customer Experience dan Service Operation Center

29 September 2025
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Dera Perdana Shopian : Ajak Milenial Berdonasi Digital

Dera Perdana Shopian : Ajak Milenial Berdonasi Digital

27 Juni 2019
Startup Hayokerja

Startup HayoKerja Hadirkan Solusi PHL bagi Perusahaan Pencari Tenaga Kerja

25 September 2023
pendanaan Fintech

Inilah 5 Fintech dengan Pendanaan Terbesar di Indonesia Tahun 2025

15 Mei 2025
Fastwork Raih Pendanaan Seri A US$4,8 Juta

Fastwork Luncurkan Fitur Baru Untuk Pengguna Jasa Freelancer

11 Agustus 2020
Junaidi : Bikin Bimbel Karena Cinta Jadi Guru

Junaidi : Bikin Bimbel Karena Cinta Jadi Guru

0
Brother Indonesia Rilis Aplikasi Mobile Brother iShop

Brother Indonesia Rilis Aplikasi Mobile Brother iShop

0
Bangun Bagian Dapur, IKEA Dukung Pembuatan Film “Ini Kisah Tiga Dara”

Bangun Bagian Dapur, IKEA Dukung Pembuatan Film “Ini Kisah Tiga Dara”

0
Ferdian Yosa : Menangkap Tren di Bisnis Kuliner

Ferdian Yosa : Menangkap Tren di Bisnis Kuliner

0
influencer kecantikan

Digital Marketing & Influencer Dorong Pertumbuhan Klinik Kecantikan

29 September 2025
Harbolnas

Empat Strategi Memaksimalkan Harbolnas di Era Konsumen yang Kian Selektif

29 September 2025
UmrahCash x VIDA

Kolaborasi UmrahCash dan VIDA Hadirkan Dompet Digital Syariah

29 September 2025
XLSMART Integrasikan Pusat Operasi Jaringan Terpadu Customer Experience dan Service Operation Center

XLSMART Integrasikan Pusat Operasi Jaringan Terpadu Customer Experience dan Service Operation Center

29 September 2025
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Layanan Bisnis
Copyright © 2016 - PT Inovasi Muda Mandiri. All rights reserved
No Result
View All Result
  • News
  • Technopreneur
  • Creativepreneur
  • Sociopreneur
  • Innovation
  • Youth Development

Copyright © 2016 - PT Inovasi Muda Mandiri. All rights reserved

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.
Go to mobile version