Nofi Bayu Darmawan : Latih Pemuda Desa Agar Siap Kerja Secara Digital

youngster.id - Kurangnya lapangan pekerjaan di daerah, biasanya mendorong para pemuda desa untuk ke kota. Namun dengan kemajuan teknologi, yang membuka peluang bisnis online maka urbanisasi ini dapat ditekan. Bahkan para pemuda bisa membangun desa menjadi maju.

Pemerintah terus menggaungkan ekonomi digital dan digitalisasi UMKM. Kementerian Koperasi dan UKM maupun Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bahkan menargetkan 10 juta UMKM tertransformasi ke digital pada tahun ini.

Program ini tentu harus dikawal oleh semua pihak, mengingat tingkat digitalisasi UMKM di Indonesia masih rendah. Menurut data Asia Pacific SMB Digital Maturity Study tahun 2020, 82% UMKM di Indonesia memiliki keinginan bertransformasi ke digital. Sementara jika dilihat dari kematangan digitalnya, sebagian besar UMKM Indonesia masih berada pada level awal, digital different, dimana aktivitas usaha lebih banyak dilakukan secara manual dengan sedikit aktivitas digital. Talenta digital yang terlibat dalam UMKM juga belum banyak.

Masih ada tiga tingkatan lagi yang masih perlu didorong untuk dicapai, yakni digital observer, digital challenger, dan yang paling tinggi adalah digital native.  Jadi, UMKM Indonesia masih perlu didorong dan dibantu untuk bisa lebih banyak memanfaatkan teknologi digital, mulai dari perencanaan hingga pemasaran dan sistem pembayaran sehingga menjadi adaptif dan matang. Bahkan menjadikan digital sebagai sarana utama bisnisnya.

Jangkuan upaya digitalisasi UMKM juga perlu diperluas, bukan hanya melalui kampanye di platform e-commerce dan layanan daring saja, tapi perlu melibatkan unsur masyarakat bawah. Misalnya, di tingkat desa dan kelurahan, di mana banyak usaha rumahan—cikal bakal UMKM—yang sangat minim pengetahuan digital belum tersentuh program digitalisasi.

Upaya untuk mendigitalisasi desa ini yang dirintis oleh Nofi Bayu Darmawan, pendiri Kampung Markter di desa Tamansari, Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Di sini, para pemuda bekerja online setiap hari dengan bermodalkan smartphone untuk memasarkan produk secara online ke seluruh Indonesia.

“Saya optimis, Purbalingga akan semakin dikenal, semakin maju dan berkembang tak hanya di pasar offline tapi juga di bisnis online. Bahkan dengan bisnis online, bisa mengenalkan produk-produk asal Purbalingga hingga memiliki nilai jual tinggi,” tutur Nofi, Founder & CEO Kampung Marketer kepada youngster.id baru-baru ini.

Pemuda kelahiran Purbalingga, 9 November 1991, ini berhasil membuka lapangan pekerjaan, sekaligus mendorong masyarakat desa untuk mengenal dan memanfaatkan teknologi melalui pemasaran online dengan membangun “Kampung Marketer”.

“Saya memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat di desa saya. Saya ingin warga desa tidak hanya punya pilihan merantau ke kota, tetapi juga bisa tetap berada di desa untuk bekerja dan membangun desa,” ungkap Nofi lagi.

 

Balik Desa

Sejatinya, Nofi sudah menjalani internet marketer sejak kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Akuntasi (STAN) Jakarta. Bahkan, dia telah bekerja sebagai PNS di Kementerian Keuangan. Namun panggilan hati untuk membangun desa membuat dia meninggalkan semua itu dan pulang kampung.

“Ada yang mendorong hati saya untuk pulang kembali ke desa. Saya ingin bisa membuat masyarakat di desa hidup makmur dan sejahtera,” katanya.

Demi itu semua dia mundur dari pekerjaan yang telah ditekuni selama 2,5 tahun. “Awalnya saya ingin membuat sesuatu yang berimbas langsung ke masyarakat, makanya saya inisatif membuat program pemberdayaan SDM ini,” tutur Nofi.

Usaha rintisan yang dibangun pada 17 Agustus 2017 ini awalnya bernama Digital PBG. Ternyata dia langsung menemui kendala, karena tidak mudah mengubah pola pikir masyarakat desa dengan segala kesederhanaannya. Nofi harus mengajarkan dari nol tentang apa itu bisnis online, cara kerja bisnis online serta transaksi dalam bisnis online.

Sementara itu, Nofi menemui bahwa banyak pebisnis yang membutuhkan SDM terutama untuk tenaga pemasaran dan customer service (CS).  “Karena banyaknya permintaan itu saya terpikir untuk memulai mencari SDM dari warga desa di tempat saya tinggal. Tujuannya, agar warga desa terutama para pemuda tidak merantau untuk mencari pekerjaan,” ungkapnya.

Upaya ini ternyata membuahkan hasil yang memuaskan. “Awal kami open rekrutmen hanya dua orang. Padahal, saat itu banyak banget warga yang daftar dan terpaksa kami tolak,” kisahnya. Ternyata, dua pemuda yang dia ajukan pada mitra bisnis, kinerjanya memuaskan. “Dari situ terpikir kenapa tidak saya perbanyak lagi untuk lebih memberdayakan warga-warga sini,” sambungnya.

Akhirnya, Nofi memutuskan untuk mengembangkan SDM bisnis online dengan payung Kampung Marketer. Dia yakin, keunggulan bisnis online, teknologi marketing bisa dikerjakan dimanapun termasuk di desa oleh pemuda desa, selama ada jaringan internet. “Modal awal seperti gadget untuk SDM berupa laptop dan handphone. Kemudian sewa kantor sekitar Rp 3-5 juta per tahun, dan jaringan Wifi,” ungkap Nofi.

Untuk mengakomodir permintaan SDM customer service bisnis online tersebut, Nofi pun memutuskan membuat website. Keberadaan website ini sekaligus berfungsi sebagai sarana penawaran resmi yang menjelaskan tentang apa saja SDM yang disediakan, keunggulannya, cara mengontrolnya hingga sistem evaluasinya.

Diklaim Nofi, kini Kampung Marketer telah membina 730 SDM yang semuanya adalah warga desa sekitar. Para karyawan tersebut merupakan SDM di bidang customer service bisnis online, iklan, content writer, serta leader CS yang direkrut dari pemuda-pemudi di delapan desa di sekitar Desa Tunjungmuli. Selain itu, jumlah mitra yang bekerjasama dengan Kampung Marketer terus bertumbuh, mulai dari pemilik merek, reseller hingga dropshipper.

“Di sini, minimal pendapatan mereka (karyawannya) Rp 1 juta dan maksimal Rp 4 juta untuk standar di desa, kerja santai, bisa pulang ke rumah, makan di rumah, ketemu keluarga hanya bermodalkan smartphone atau laptop,”papar Nofi.

 

Sebagian dari para SDM yang diberikan pendidikan pelatiahan oleh Kampung Marketer (Foto: Dok. Pribadi(

 

Pemberdayaan Masyarakat

Nofi menargetkan, Kampung Marketer bisa memberdayakan masyarakat desa dan mengurangi angka pengangguran serta arus urbanisasi dari desa ke kota sekitar 1.000 karyawan. Dia juga ingin membuat anak-anak desa mengerti cara memanfaatkan teknologi.

“Kampung Marketer juga dikenal dengan social enterprise-nya, karena kami fokus dari segi sosial dan juga kewirausahaannya,” tegas Nofi.

Nofi menjelaskan, Kampung Marketer memberdayakan SDM melalui pelatihan gratis selama 1 bulan. Setelah itu mereka mencarikan mitra dengan gaji dan bonus SDM langsung, tanpa ada potongan dari Kampung Marketer.

Dengan demikian, Nofi mengklaim, SDM yang telah mengikuti pendidikan di Kampung Marketer memiliki performa sesuai kebutuhan perusahaan yang merekrut. “Untuk menjaga performa perusahaan dan SDM itu sendiri, maka di sini kami membuat beberapa bidang untuk mengatur hal yang tentunya berhubungan dengan keperluan perusahaan ataupun SDM. Seperti tata usaha, pendidikan, pemberdayaan, pertumbuhan dan tim teknologi,” jelas Nofi.

Saat ini, program pendidikan dan latihan (diklat) juga diberikan baik untuk perorangan maupun pelaku UMKM. Program untuk SDM seperti diklat CS, pelatihan Performa CS, hingga program Onboarding CS agar performa stabil dan berkembang.

Selain itu, Kampung Marketer juga memiliki program untuk SDM Advertiser yang dibekali ilmu melalui diklat untuk belajar terkait ilmu advertising selama 1 bulan dan diklat performa Advertiser.

“Untuk masyarakat, kami ada beberapa pelatihan seperti pelatihan bisnis online untuk para UMKM atau warga desa yang mau belajar. Kemudian kami ada pelatihan digital marketing dasar untuk orang-orang yang mau belajar digital marketing selama 1 minggu. Serta Wisata Edukasi Online dalam bentuk program belajar DM untuk untuk orang luar yang sudah pernah beriklan hanya saja belum maksimal. Semua kegiatan belajar kami ini gratis,” ungkapnya.

Diklaim Nofi, semua itu menjadi keunggulan Kampung Marketer. “Tidak usah takut dengan performa SDM kami, karena setiap SDM kami ada leader atau penanggung jawab. Kami juga memberikan laporan kinerja setiap hari di grup Whatsapp, dan bisa dipantau bersama-sama. Bahkan, untuk performa SDM, dipantau setiap hari. Jadi, jika terjadi penurunan performa akan langsung terlihat dan langsung bisa diperbaiki. Kami ini bukan agency,” kata Nofi menegaskan.

Hal ini juga yang menjadi keunggulan Kampung Marketer menghadapi persaingan. “Tentu persaingan dalam usaha pasti ada, dan bagi saya itu wajar. Tetapi kebanyakan adalah agency, dan bukan pemberdayaan masyarakat seperti yang kami lakukan,” tegas Nofi.

Diakui Nofi, di masa pandemi Covid-19, bisnis ini cukup terdampak. Menurut Nofi, sekitar 300 SDM yang ada di Kampung Marketer terpaksa non-job.

“Sebagai solusi dari kami untuk mengadakan beberapa promo dalam bentuk free admin CS dan free admin Advertiser yang kami berikan kepada partner. Itu cara kami untuk mengatasinya. Jadi selama beberapa bulan di masa pandemi ini, alhamdulilah semua bisa lancar,” ucap Nofi.

Sejauh ini, Kampung Marketer sudah melakukan beberapa pengembangan. Antara lain Saung Makaryo (SM)  yang fokus di bidang produksi dan pertanian dengan anggota sebagian besar petani dan warga desa. Program lain adalah Brayan Majeng (BM) yang ditujukan untuk anak-anak yatim atau sejenisnya. Ke depan, Nofi telah menyiapkan beberapa rencana pengembangan . Di antaranya, mendirikan usaha yang dapat membantu industri pertanian di sekitar melalui bantuan teknologi.

“Nanti mereka kami asramakan dan kami sekolahkan, sehingga output-nya jadi lebih baik. Ke depan, kami akan bikin beberapa program, seperti pengelolaan sampah organik tetapi untuk yang satu ini masih akan perlu dimatangkan,” pungkas Nofi.

 

=======================

Nofi Bayu Darmawan

Prestasi:

========================

 

FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia

Exit mobile version