youngster.id - Sneaker sudah sangat popular di masyarakat dunia, termasuk di Indonesia. Mulai dari abad ke-19 hingga saat ini, sepatu ini menjadi simbol kebebasan dan kreativitas anak muda. Fungsinya pun mulai dari sepatu santai, olahraga, hingga simbol tren gaya hidup terkini. Tak heran jika peluang bisnis sneaker masih menjanjikan.
Cikal bakal sneaker, yaitu sepatu bersol karet era 1830-an. Kemudian seiring tren, sepatu ini berubah menjadi sepatu lari pada pertengahan era 1860-an. Terus belanjut hingga kreasi mewah dari perancang dunia seperti Christian Louvoutin dan Prada.
Seiring dengan semakin luasnya penetrasi pop-culture, sneaker-culture dan hype-culture juga berkembang di Indonesia. Tak mengherankan, banyak bermunculan produk sneaker lokal yang tak kalah dengan produk impor. Bahkan, Presiden Joko Widodo kerap terlihat menggunakan sneaker di berbagai kesempatan.
Bisnis sneaker ini tak sekadar tren fesyen atau hobi, bahkan telah menjaid barang investasi. Sebuah sneaker yang langka bisa terjual dengan harga yang cukup mencegangkan. Misalnya, sepatu Yeezy saat pertama dijual harganya sekitar Rp 3,6 juta. Tetapi setelah dikenakan Jokowi harganya meroket hingga Rp 6 juta.
Peluang ini yang ditangkap oleh Christopher Eko Raharjo, Alwin Sasmita dan Reinaldo Gunawan saat mendirikan KickAvenue.com, marketplace sneakers pertama di Indonesia.
“Kick Avenue dibentuk untuk menjembatani pembeli dan penjual barang-barang hype dan kekinian yang bersifat limited. Kami ingin menghadirkan solusi berupa authentication service dan standarisasi harga dalam platform online yang dapat dengan mudah diakses kapanpun dimanapun,” ungkap Christoper, CEO sekaligus founder Kick Avenue kepada youngster.id baru-baru ini.
Menurut Christoper, visi Kick Avenue adalah menjadi layanan marketplace terkurasi pada produk hype dan trendy yang memberikan standar otentikasi terbesar di Asia Tenggara. Dia menegaskan, Kick Avenue menyajikan ribuan produk dari brand-brand ternama secara rapih dan updated sehingga memberikan kemudahan kepada pengguna untuk berbelanja dan berjualan.
“Kami selalu melakukan proses autentifikasi kepada para penjual untuk memastikan produk yang terjual di platform kami 100% original,” klaim Christoper.
Menurut Christoper, sejak didirikan pada 2017, Kick Avenue telah berhasil melakukan lebih dari 50.000 transaksi sneakers, streetwear dan handbags. Transaksi tersebut didominasi oleh pembelian sneakers dengan berbagai brand, Di antaranya 79% Nike JORDAN, 15% Adidas, 4% VANS dan 2% brand lainnya seperti Supreme, BAPE, dan OFF-WHITE.
Kick Avenue juga telah menjangkau 4 kategori, dimulai dari sneakers dan streetwear, hingga bercabang ke segmen luxury handbags dan lifestyle – sepeda, electronics & games, juga beberapa koleksi mainan lainnya.
Solusi Sneakerhead
Christopher sejak dulu adalah penggemar sneaker. Pada tahun 2017, lulusan Ohio State University, USA ini mencari sneaker Yeezy Pirate Black di marketplace ternama. Dia bingung ternyata banyak sekali sepatu yang sama dengan harga jual mulai dari Rp 1 juta hingga Rp 20 juta. Sulit untuk menentukan mana yang original, karena rentang harga sangat tinggi.
Dari masalah itu terbersit ide untuk menyediakan marketplace dengan jasa untuk otentikasi check jual beli sneakers. Hal ini berkaca pada pionir di Amerika seperti StockX dan GOAT yang menyediakan layanan serupa.
“Kami masih percaya penerapan dan penggunaan sneakers menjadi semakin luas seiring berkembangannya antusiasme generasi milenial dan Z, sneakers sudah penetrasi dimulai dari industri musik dan pop-culture hingga ke politik,” ujarnya.
Ide Christopher didiskusikan dengan dua sahabatnya Alwin, dan Reinaldo. Mereka pun memutuskan untuk mewujudkan ide itu dengan nama Kick Avenue. “Untuk pemilihan nama, kata Avenue yang berarti sebuah jalan besar atau kompleks komunitas dalam beraktivitas. Kick sendiri merupakan istilah populer dalam Bahasa Inggris yang berarti sneakers, dimana menjadi segmen fokus kami saat pertama mendirikan platform ini,” jelas Christopher.
Startup yang dimodali secara bootstrapping ini dikelola Christopher sebagai CEO, Alwin sebagai CFO/COO dan Reinaldo sebagai CTO. Meski mereka tidak mengungkapkan nominal modal awal, tetapi menyebut modal itu cukup untuk merancang sebuah website, penyewaan server selama 1 tahun, dan 3 administration officers.
Dari pengalaman mereka berburu sneakers, melalui Kick Avenue mereka mencoba membawa solusi bagi masalah yang banyak dihadapi sneakerhead, yaitu garansi keaslian, harga kompetitif, dan efisiensi pencarian sneakers.
“Kami ingin menjadi solusi dari masalah yang dihadapi para konsumen sneaker. Pertama banyaknya manufaktur non-ori yang berkecimpung membanjiri pasar dengan unit-unit palsu dengan berbagai macam kualitas. Kedua, tidak adanya transparansi, standar harga reselling untuk barang-barang yang diperjual belikan ini,” ungkapnya.
Menurut Christoper, dari 50.000 transaksi yang mereka lakukan, ditemukan 500 – 600 produk sneakers tidak original. “Jika itu terjadi kami kembalikan kepada penjual, dan pembayaran secara otomatis kami refund kepada pembeli,” kata Eko. Dengan cara ini, Kick Avenue berusaha menjawab keresahan pembeli dalam menghadapi permasalahan aftermarket, seperti garansi keaslian, harga yang kompetitif dan efisiensi pencarian produk.
Mereka juga menerapkan ketentuan untuk setiap penjualan di website Kick Avenue, seller yang terkait diwajibkan mengirim produknya terlebih dahulu ke kantor Kick Avenue untuk terlebih dahulu dilakukan quality control berupa legit check oleh tim ahli. Jika sesuai standar, garansi perusahaan akan secara resmi dicantumkan pada produk.
Sistem Bursa
Yang membuat sistem marketplace ini berbeda dibanding marketplace pada umumnya, adalah Kick Avenue mengadopsi sistem bursa. Jadi harga produk yang terendah yang akan ditampilkan terlebih dahulu.
“Dengan kata lain, produk yang lebih tinggi harganya, harus menunggu sampai produk yang lebih murah tersebut terjual,” kata pemuda kelahiran Jakarta, 15 September 1989 ini.
Sistem ini bertujuan agar konsumen mendapatkan sneakers dengan harga yang sesuai dengan harga pasaran. Informasi harga pasar ini juga banyak digunakan user yang ingin menjual sneaker koleksi sebagai acuan harga jual.
“Di dalam paket pembelian kami terdapat kartu garansi dengan nomor seri, tanggal verifikasi yang telah ditandatangani oleh verifikator, sehingga dijamin aman dan original
Menurut Christoper, Kick Avenue juga menerapkan pembayaran dengan akun escrow untuk menjamin pembayaran hanya akan diterima penjual setelah kedua belah pihak mencapai harga kesepakatan, sehingga akan tercipta proses transaksi yang transparan dengan kisaran harga produk yang sehat.
Disebutkan Christopher, masalah utama yang muncul dalam mengembangkan usaha rintisan ini adalah permasalahan menghadapi arus produk-produk non-authentic yang masuk ke dalam Indonesia. Juga, dalam membangun awareness dan pengetahuan kepada konsumen mengenai hal ini.
“Masih banyak pengguna yang menjadi korban dalam konsumsi unit non-authentic dan mempunyai persepsi bahwa unit tersebut authentic. Kami terus berupaya dengan banyak bekerja sama dengan influencers dan KOLs untuk memberikan konten edukatif mengenai pengetahuan dasar untuk bisa membedakan dan secara bersamaan meningkatan brand awareness dan layanan Kick Avenue guna melindungi konsumen,” ungkap pria yang gemar bercocok tanam ini.
Kick Avenue memberikan garansi jika sepatu yang diterima pembeli tidak sesuai seperti yang tertera pada website. Dengan catatan tag yang menempel di sepatu tetap utuh seperti kondisi saat pembeli menerima barang yang dipesan.
Kini, volume transaksi Kick Avenue telah mengalami peningkatan sebanyak 3 kali lipat. Christopher mengaku, 80% penjualan masih berpusat pada perputaran sneakers atau alas kaki lainnya. Hingga saat ini, sudah lebih dari 50,000 pembeli yang telah menggunakan layanan Kick Avenue dan beberapa dari pembeli tersebut adalah penggiat usaha (resellers), kolektor, dan klien-klien korporat dalam menjalankan co-campaign branding bersama Kick Avenue.
Selain itu, terdapat lebih dari 20,000 pilihan produk dan beragam ukuran yang sudah terkurasi siap untuk diperjual-belikan.
Christopher juga berbangga karena tujuan untuk efisiensi pencarian sneakers mulai terwujud. Sistem berbasis website dari ribuan database sneakers di Kick Avenue setiap hari berkembang. Selain di website, baik itu desktop maupun mobile, mereka juga mengembangkan aplikasi berbasis iOS dan Android.
Christopher berharap marketplace sneakers ini dapat berkembang tak hanya di Indonesia. Tetapi bisa berkembang hingga mancanegara. “Tahap selanjutnya adalah melebarkan jaringan kami keluar ibu pertiwi ke negara lain di Asia Tenggara yang mempunyai kendala yang serupa dalam mencari dan berjual-beli produk-produk hype ini. Mudah-mudahan rencana untuk goes international dapat segera terwujud,” pungkasnya.
=====================
Christopher Eko Raharjo
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Sept 1989
- Pendidikan Terakhir : Sarjana Finance , Ohio State University, USA
- Usaha yang dikembangkan : Membuat marketplace khusus sneakers
- Nama Platform : KickAvenue.com
- Jabatan : Co-founder & CEO
- Mulai Usaha : 2017
- Jumlah Tim : 23 Orang
==================
STEVY WIDIA
Discussion about this post