youngster.id - Sebagian masyarakat Indonesia, khususnya generasi milenial sempat dilanda demam “Om Telolet Om”. Meski tren itu mulai turun, namun kreativitas berlatar fenomena ini masih bertahan dan meraih sukses.
Pada tahun 2016 lalu, kata-kata “Om Telolet Om” yang keluar dari klaskson bus menjadi popular di kalangan masyarakat. Tidak hanya di Indonesia, kata-kata tersebut juga sempat heboh di beberapa negara.
Bahkan, kata-kata “Om Telolet Om” sempat menjadi trending topic di berbagai media social, seperti Twitter. Sejumlah selebritas terkenal pun, seperti DJ Snake, Zedd, DJ Hardwell dan Martin Garrix hingga Mantan Presiden Amerika Serikat Barrack Obama, sempat berkicau tentang “Om Telolet Om” ini.
Wajar saja, jika fenomena “Om Telolet Om” ini pun menginspirasi sejumlah pengembang aplikasi game untuk membuat game yang berkaitan atau memiliki tema dengan klakson bus antar-kota itu. Namun dari sekian banyak game berlatar serupa, ada satu yang menonjol, yaitu game berjudul “Telolet Bus Driving 3D”.
Game dari Locos Studio ini pernah menduduki puncak kategori Top Free Games di Google Play Store mengalahkan Clash of Clans (CoC) di tahun 2016. Bahkan, pada tahun ini developer asal Jakarta ini menjadi salah satu dari 15 finalis Indonesia Games Competiton 2017, kompetisi aplikasi game yang digelar oleh Google.
Telolet Bus Driving 3D memang terbilang unik. Pasalnya, ini satu-satunya game mengendarai bus khas Indonesia dengan grafis 3D mendekati nyata, dan tentunya klakson telolet dengan suara seperti aslinya. Selain itu, nuansa lokasi dan kendaraan lalu lintas yang Indonesia banget.
Munculnya game “Telolet Bus Driving 3D” ini tak lepas dari kreativitas anak muda bernama Cliffan Allen.
Melalui game Telolet Bus Driving 3D ini, Allen bukan hanya memanjakan para pemburu telolet dengan klaksonnya yang membahagiakan. Melainkan melalui elemen simulasinya yang sangat kental. Pada game ini, penikmatnya juga bisa merasakan bagaimana ketegangan menjadi sopir bus di jalan-jalan raya Indonesia, lengkap dengan lalu lintasnya yang cukup gila.
“Ketika memainkan game ini, sebagai sopir bus, pemainnya akan menemui banyak kendaraan di jalanan, mulai dari mikrolet, metromini hingga truk. Game ini bertipe endless, sehingga “prestasimu” sebagai sopir bus dihitung dari sejauh mana kamu bisa mengendarai bus dengan baik. Jangan lupa, berikan klakson telolet busmu kepada anak-anak yang setia menunggu di pinggir jalan,” ungkap Allen itu pada Younsters.id, saat ditemui di acara Google Game Contest 2017, di Jakarta belum lama ini.
Allen memaparkan, keunggulan game ini adalah menyediakan elemen simulasi menjadi sopir bus lengkap dengan klakson teloletnya. Selain itu, game ini juga menyediakan banyak variasi bus untuk pemainnya dapatkan. Lagi, penikmat game ini juga bisa mengumpulkan berbagai macam melodi telolet berbeda yang pastinya akan membahagiakan siapa saja pemburu telolet, tanpa harus susah-susah menunggu bus pariwisata lewat di pinggir jalan. Tak heran jika game ini telah diunduh 2,1 juta kali hingga hari ini.
Khawatir
Jika pada kebanyakan game atau aplikasi berdasar fenomena Om Telolet Om yang sudah beredar, pemain hanya mendengarkan suara telolet atau berperan sebagai anak kecil meminta telolet. Maka game ini menawarkan telolet dari sisi yang berbeda. Pemain harus menekan klakson telolet untuk anak kecil di pinggir jalan yang menyerukan “om telolet om”, namun bus harus melaju dengan kecepatan tertentu agar anak kecil senang mendengar bunyi telolet yg dikeluarkan bus saat melaju dengan cepat.
Rupanya game Telolet Bus Driving 3D ini berangkat dari rasa khawatir Allen ketika melihat banyak anak-anak saat itu harus berada di pinggir jalan meminta kepada sopir bus membunyikan klakson telolet.
“Terciptanya game ini karena alasan itu tadi. Selain menjadi viral dan banyak di videokan, waktu aku melihat banyak anak-anak kecil meminta sopir bus membunyikan klakson telolet. Hal itu, sangat membahayakan sekali bagi anak-anak. Jadi selain game ini sebagai hiburan, pesan ini merupakan tanggung jawab moral kami ketika menciptakan game ini. Dengan adanya game ini anak-anak nggak perlu nyari telolet lagi ke jalan. Kalau orang tua melihat anaknya bermain di rumah, otomatis mereka tidak akan khawatir,“ tuturnya.
Di game ini terdapat beberapa merek bus Indonesia yang mungkin sering diliat, seperti Semanta, Premium Passion, Agra Mas, Citra Adi Lancar, Sinar Jaya dan akan terus bertambah. Dan terdapat beberapa jenis klakson telolet yang dapat dikoleksi. Tidak hanya jenis bus yang mengusung tema Indonesia, stage yang dapat dimainkan oleh pemain juga mengusung tema yang sangat Indonesia, yaitu Pantura dan Kampoeng. Baik bus dan stage dibuat dengan grafis yang menakjubkan! Sekilas hampir tampak nyata, dan juga pengalaman mengendarai bus sangat menarik walau dengan kontrol yang sederhana.
Menurut pemuda kelahiran Jakarta 28 Februari 1982 ini, dalam membuat game Telolet Bus Driving 3D ia bermitra dengan salah seorang rekannya. Mereka pun mendirikan studio game bernama Locos Studio di medio tahun 2016 lalu. Uniknya, beberapa founder yang tergabung dalam Locos Studio mengaku hingga kini masih memiliki pekerjaan tetap di perusahaan lain.
Jadi Locos Studio ini hanya sebuah studio indie yang beranggotakan dua orang saja. Hanya terdiri dari satu orang 3D artist dan satu orang programmer. Bahkan, tidak ada studio fisik dari Locos Studio ini. Wajar, jika penyelesaian Telolet Bus Driving ini cukup lama dalam pengerjaan awalnya.
“Sebenarnya kami masih terikat kerja di kantor, dan kami mengerjakan game-nya setelah pulang kerja. Oleh karena itu, kami membutuhkan waktu hingga satu bulan untuk membuat game ini. Kami memulainya sejak sebelum fenomena telolet menjadi viral. Udah gitu, kalau bikin game ini merupakan bentuk untuk memenuhi hasrat kami sebagai penyuka game,” jelasnya.
Sedangkan modal awal yang dikeluarkan membangun game ini, menurut Allen, tak memerlukan biaya besar.
“Beli account itu sekitar US$ 25, mungkin ada modal kecil lain yang aku keluarkan sebesar Rp 180 ribu yang digunakan untuk menampung dan membayar data pemain. Istilahnya menyewa server. Pokoknya modal awal itu di bawah Rp 1 juta. Kebetulan alat-alat seperti komputer dan keperluan lain kami sudah punya,“ ungkapnya.
Sang 3D artist itu juga mengungkapkan, karena pengembangan game yang cukup lama ini, mereka telat merilis game ini. Sementara fenomena telolet sudah lewat. Allen mengaku sempat “pasrah” saat melempar game ini ke pasaran.
“Kami hanya mencoba berusaha aja, karena fenomena adanya game ini sudah lewat. Tetapi, di luar perkiraan, dalam waktu satu bulan ada sekitar 2.100.000 members yang menyukai game kami, dari sekian banyak game telolet yang beredar di Google Play Store, “ ujar Allen sambil tersenyum lebar.
Kini, Allen mengklaim pendapatan yang diperolehnya bisa dua kali lipat lebih besar dari pekerjaan tetap yang dijalaninya sebagai seorang karyawan di salah satu perusahaan swasta.
“Kalau untuk omset kami belum bisa bisa bilang berapa jelasnya. Yang pasti, jumlahnya bisa dua kali lipat yang kami dapat dari full job yang aku lakukan sebagai karyawan. Totalnya bisa mencapai ratusan juta per bulannya, karena jumlah pengunduhnya stabil. Tetapi kalau yang saat ini aku dapat nilainya bisa puluhan juta rupiah dalam waktu 3 bulan,“ jelasnya
Beruntung
Allen mengaku sebagai orang beruntung atas keberhasilan game Telolet Bus Driving ini. Pasalnya, ia belum lama menekuni usahanya sebagai pengembang aplikasi game. Pundi-pundi Rupiah pun cepat terkumpul.
Oleh karena itu, ke depan ia berencana membuat pengembangan lain, masih dalam bidang yang sama. Tetapi Allen belum bersedia menyebutkan apa project yang akan dikembangkannya nanti.
“Sebagai orang yang beruntung, kami juga punya rencana melakukan pengembangan dan membuat game yang baru lagi. Cuma kami belum bisa banyak bercerita lebih jauh akan seperti apa game yang akan kami buat nanti. Jadi tunggu saja,“ ujarnya sambil tersenyum.
Diakui Allen, pesaing di industri ini tentu saja banyak. Bahkan, di satu sisi, persaingan ini mesti disikapi sebagai pelecut semangat. Oleh karena itu, dalam menghadapi persaingan ini tidak harus dengan cara gesekan. “Rivalitas di kalangan game developer ini biasanya lebih ke arah saling mendukung,“ ucapnya.
Lulusan S1 Tehnik Informatika Universitas Tarumanegara ini meyakini penikmat game di Tanah Air cukup besar. Oleh karena itu, Allen bersyukur karyanya ini dapat juga dinikmati oleh khalayak, khususnya para pemilik hobi yang sama. “Antusias penikmat game di Indonesia cukup besar, aku akui itu. Penikmat game di Indonesia nggak kalah dengan di luar negeri,“ ungkap Allen.
Untuk lebih meramaikan industri game di Tanah Air, Allen ingin mengajak para pemilik hobi dan minat yang sama untuk terus berkarya. Dengan begitu, industri ini paling tidak nantinya bisa menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.
“Yang perlu diingat, jika teman-teman ingin melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan di sini sebagai developer, apapun yang aku ambil ini memang selalu ada resikonya. Tetapi segala sesuatu itu, harus dihadapi. Karena kita nggak bisa terus-terusan menghindar dari resiko itu. Menurut saya apa yang kalian suka lakukan saja. Karena kalau nggak dilakukan kita nggak akan pernah tahu hasilnya,“ pungkasnya.
========================================
Cliffan Allen
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta 28 Februari 1982
- Pendidikan : S1 Tehnik Informatika, Universitas Tarumanegara
- Mulai Usaha : Agustus 2016
- Jabatan : Founder & Developer Locos Studio
- Modal : Rp 10 juta
- Omset : sekitar Rp 100 juta/bulan
- Download : 2.100.000 unduh
- Prestasi : Nominasi 15 Besar Indonesia Games Competiton 2017
======================================
FAHRUL ANWAR
Edistor : Stevy Widia
Discussion about this post