youngster.id - Perkembangan usaha rintisan (startup) digital di Indoesia dalam beberapa tahun terakhir sangatlah pesat. Mereka hadir menawarkan beragam solusi kreatif untuk berbagai kebutuhan. Termasuk, salah satunya, aplikasi online untuk menopang administrasi keuangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Sejatinya, sudah ada beberapa aplikasi standar yang bisa digunakan untuk melakukan pencatatan keuangan, seperti Microsoft Excel. Tapi, mungkin akan lebih bermanfaat jika pengusaha UMKM bisa memanfaatkan aplikasi berbasis online yang fiturnya bisa mencakup keseluruhan rantai pencatatan akuntansi. Salah satunya aplikasi Jurnal.id yang dikembangkan dua anak muda yang tergabung dalam Jurnal Consulting Indonesia.
Aplikasi Jurnal.id ini merupakan software yang menggunakan sistem cloud yang memudahkan penggunanya untuk bisa mengakses di mana saja dengan menggunakan komputer desktop, laptop bahkan hingga tablet dan ponsel pintar.
“Selama ini software akuntansi itu harus instal dan berbayar mahal. Tapi dengan adanya Jurnal.id para pengusaha yang baru memulai usahanya itu bisa menyelesaikan cara pembukuannya dengan menggunakan melalui aplikasi yang kami buat. Dengan Jurnal.id ini perusahaan tidak perlu men-setup server lagi. Jadi benar-benar bisa diakses melalu aplikasi yang kami berikan ini,” jelas Daniel Witono CEO Jurnal.id kepada Youngsters.id.
Aplikasi Jurnal.id ini dikembangkan Daniel bersama rekannya Anthony Kosasih, dan diluncurkan pada April 2015.
“Keunggulan utama kami adalah dengan sistem online. Kegiatan pencatatan, serta jika owner perusahaan mau melihat, tidak harus menunggu kiriman email, tapi langsung klik bisa lihat keseluruhan proses,” klaim Daniel.
Lagi, selain gampang diakses, penggunaan Jurnal.id juga mudah. Bahkan, bagi orang yang kemampuan akuntansinya standar sekalipun. Pasalnya, fitur yang ada dalam Jurnal merupakan pencatatan akuntansi sederhana sehingga mudah digunakan. Dengan begitu, menurut Daniel, Jurnal tak hanya cocok digunakan perusahaan-perusahaan besar tapi juga perusahaan skala menengah dan kecil.
“Intinya kami ini menjembatani antara pelaksanaan bisnis dengan proses akuntansi supaya lebih mudah dan cepat. Dan, bagi pelaku UMKM, tentunya keberadaan perangkat akuntansi bersifat online akan sangat memudahkan” tegas Daniel.
Pengalaman
Sejak dirilis setahun lalu, pengguna atau user Jurnal.id sudah mencapai 9.000 user yang tersebar di seluruh Indonesia. Tak mengherankan, startup ini emndapat apresiasi dari Google, dengan terpilih mengikuti program Google Lauchpad Accelerator 2017.
“Program Launchpad Accelerator Google benar-benar mengubah cara pandang saya tentang bagaimana menjalankan bisnis,” ujar Daniel.
Sebelum mendirikan Jurnal.id, Daniel sempat bekerja di beberapa perusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi. Mulai dari perusahaan besar seperti Microsoft dan startup seperti Veritrans. Secara tidak langsung, pengalamannya bekerja di perusahaan-perusahaan tersebutlah yang mendorong Daniel mendirikan Jurnal.id.
“Sempat di Veritrans, saya dikenalkan dengan metode-metode yang sangat cocok dalam perkembangan teknologi. Juga di Microsoft, saya mengenal metode-metode berbeda yang digunakan. Jadi mana yang lebih cocok untuk startup, saya dapatkan melalui pengalaman saya di dua perusahaan tersebut,” ungkap Daniel.
Lelaki kelahiran Medan 9 Mei 1990 ini mengaku tidak mudah dalam mendirikan startup. “Bagi pemula atau lulusan baru yang ingin mendirikan startup. Akan lebih baik bila bekerja terlebih dahulu di sebuah startup hingga jangka waktu tertentu. Kemudian dari sanalah bisa belajar hal-hal apa saja yang diperlukan untuk membangung sebuah startup, melihat segala tantangan yang bisa terjadi, dan menghadapi konsumen. Yang terpenting adalah belajar untuk tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang ada,” ungkapnya.
Menurut Daniel, ide untuk membuat produk aplikasi akuntasi muncul dari melihat permasalahan yang dihadapi usaha orang tuanya. “Ide awalnya membuka Jurnal.id ini salah satunya datang dari orang tua saya yang juga seorang pebisnis. Mereka sering kali harus mengecek pembukuan dengan cara manual. Jika ada tagihan yang hilang mereka nggak bisa menagih karena nggak ada bon-nya. Semua itu menjadi problem yang selalu saya ingat hingga saya sekolah di Amerika,” kisah anak kedua pasangan Erwin dan Tian Pek Hong itu.
Berangkat dari pengalaman dan permasalahan itu, Daniel pun memberanikan diri untuk mendirikan Jurnal.id. “Saya juga melihat banyak UKM yang butuh solusi akuntansi namun karena usahanya masih kecil sulit untuk mendapatkan layanan tersebut karena tidak murah. Makanya Jurnal.id coba memosisikan diri memberikan layanan pembukuan dan mengefisiensi cara bisnis pelaku UKM dengan harga yang lebih terjangkau,” ucapnya.
Dia pun menggandeng Anthony. “Kami punya visi yang sama di sini, yakni mengembangkan Jurnal.id dan membantu para pebisnis. Tanpa disadari kami bisa mencipta solusi yang baru, tapi ada aspek positif yang bisa kami dapat,” ujar Daniel. Sayangnya, Daniel enggan membeberkan besanya modal pendirian Jurnal.
“Selain bermitra, kami juga didukung beberapa investor ketika mendirikan Jurnal.id ini. Tapi karena saya dan Anthony ada basic di bidang engineering jadi modalnya lumayan minimal. Sebab kami tahu apa yang harus kami kerjakan, mulai menggunakan resource. Jadi modal yang kami keluarkan memang benar-benar minimalis awalnya. Mungkin nilainya sekitar Rp 50 juta untuk bikin logo, merekrut desainer, posting, bikin dan beli domain dan yang lain-lain lah,” terangnya.
Menurut dia, target pasar Jurnal bukan untuk perusahaan besar. Tetapi untuk membantu para UKM karena mereka belum banyak tahu mendapat solusi terutama dalam hal pembukuan. Untuk awalnya, Jurnal bisa dimanfaatkan gratis dengan masa uji coba 14 hari. Namun, setelah itu, untuk menggunakannya, user harus membayar.
“Di sini kami memberikan paket khusus bagi para UKM yang telah bergabung dengan Jurnal.id selama setahun, yaitu memberikan diskon khusus potongan 2 bulan secara gratis. Itu bentuk promosi kami untuk para pelaku UKM. Jadi mereka cukup dengan membayar selama 10 bulan,” ujarnya.
Kompetitor
Menurut Daniel, fungsi aplikasi Jurnal.id tak hanya untuk mencatat laporan laba rugi, tetapi juga terdapat fitur-fitur yang fungsinya mampu membantu menjalankan usaha secara real time di mana saja.
Fitur yang ada meliputi Invoicing dan Purchase Order, kemudian fitur Neraca yang bisa di export ke format PDF dan Excel. Selain itu, arus kas dan pengeluaran bisa dimonitor lewat Jurnal serta memonitor arus keluar masuk produk.
Tak hanya itu, pengguna Jurnal juga bisa mengetahui riwayat transaksi antara perusahaan dengan supplier atau pelanggan. Contoh, mengetahui tanggal transaksi, jatuh tempo pembayaran, jumlah pembelian yang belum terbayarkan, dan retur pembelian atau penjualan.
“Model bisnis kami ini karena operation research. Jadi pelanggan bisa berhenti berlangganan ketika tidak membutuhkannya lagi dan tinggal berhenti. Selain itu, kami tidak ada maintenance free. Layanan aplikasi ini kami tawarkan mulai dari harga Rp 150 ribu sampai Rp 400 ribu per bulannya, tergantung paket. Jadi lebih murah bagi orang yang baru memulai bisnis untuk mendapatkan pembukuan pelanggan dengan rapi untuk bisa bergabung dengan Jurnal.id,” tuturnya.
Startup ini terbilang cepat berkembang. Bahkan, Jurnal.id bisa dibilang pemimpin pasar di bidang software akuntansi ini.
“Awal menekuni bisnis ini kompetiter memang tidak ada. Tapi sejak enam bulan belakangan ini kami merasa rival sudah mulai ada. Kehadiran kompetitor ada baik dan buruknya. Sisi baiknya, kompetitor mengedukasi market dan mevalidasi kalau ada marketnya di sini. Jadi ada kompetitor makin bagus,” ungkapnya.
Kendati begitu, Daniel memilih lebih fokus pada layanan pelanggan daripada pesaing. Menurut Daniel, tagline “Kerja Cerdas Cara Ringkas” yang dibangun di dalam perusahaan rintisan miliknya itu terdapat banyak value yang coba diberikan kepada user.
“Yang jelas di perusahaan ini kami menilai critical thinking dengan sangat serius. Makanya ketika kami merancang sebuah tindakan, untuk itulah kami memastikan bahwa telah menghabiskan cukup waktu untuk mencari ide, dan melihat dari sudut pandang yang berbeda, serta menggunakan cara yang berbeda-beda. Hingga akhirnya menemukan cara yang terbaik dan paling efisien. Dengan ide dan gagasan itulah yang kami bawa ke dalam kelompok untuk dibahas,” terang Daniel.
Daniel menegaskan meski basisnya online, pengguna tidak usah khawatir terkait keamanannya. Sebab Jurnal menggunakan metode enkripsi AES-256, yang merupakan metode enkripsi data yang sesuai dengan Federal Information Processing Standards (FIPS), ukuran standar yang diterapkan oleh Pemerintah Federal AS untuk lembaga non-militer.
Ia juga memastikan, semua data tersimpan secara aman, karena selain menggunakan metode enkripsi internasional, komunikasi antara pengguna dengan Jurnal juga sudah menggunakan teknologi SSL.
Kini, startup ini telah memiliki karyawan sebanyak 60 orang dengan beberapa kantor cabang di dua kota, yakni Bandung dan Surabaya. Ke depan, Daniel akan terus mengembangkan Jurnal dan memperkenalkannya secara masif, utamanya kepada UMKM.
“Harapan ke depan saya bisa giving back. Saya memang belum banyak pengalaman di dunia startup, tetapi secara experience kami di atas para startup lainnya. Tetapi yang kami lakukan di sini, bagaimana kami sebagai sebuah company kami bisa give back ke mereka,” pungkas Daniel.
===========================================
Daniel Witono
- Tempat Tanggal Lahir : Medan 5 Mei 1990
- Pendidikan : S1 Computer Engineering, University Of New South Wales, Sdyney
- Jabatan : Founder & CEO Jurnal.id
- Usaha : Jurnal Consulting Indonesia (Jurnal.id)
- Mulai Usaha : 2015
- Jumlah Karyawan : 60 orang
- Jumlah Klien : 1000 lebih
Prestasi : Google Lauchpad Accelerator 2017
==============================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post