youngster.id - Inovasi dan kreativitas bila dikawinkan dengan teknologi digital akan melahirkan berbagai jenis solusi baru bagi kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah layanan on demand. Kini, tak hanya moda transportasi yang memiliki layanan aplikasi mobile, jasa rumah tangga juga sudah tersedia dalam bentuk aplikasi.
Salah satu aplikasi layanan pemesanan jasa rumah tangga adalah Ahlijasa. Layanan aplikasi ini lahir dari pemikiran dua orang pemuda Jay Jayawijayaningtiyas dan Made Dimas Astra Wijaya. Sebelumnya, kedua anak muda ini telah memiliki karier yang cemerlang di perusahaan teknologi di Singapura. Namun mereka meninggalkan kemapanan untuk membangun usaha rintisan sendiri.
“Sebelumnya kami cuma memperkaya diri sendiri, nggak ada hasilnya untuk banyak orang. Rasanya kosong,” kata Jay, CEO dan Co-Foudner Ahlijasa kepada Youngsters.id saat ditemui di sela-sela acara Startup Revolution baru-baru ini di Jakarta.
Untuk itulah keduanya memutuskan kembali ke Indonesia dan memulai bisnis rintisan digital. Startup ini mendeklarasikan diri sebagai “Uber-nya aplikasi on-demand” untuk layanan rumah tangga.
“Dengan adanya aplikasi ini, masyarakat bisa menikmati layanan laundry antar-jemput langsung ke tempatnya. Pesan lewat aplikasi Android, dan kami akan menjemput laundry anda. Kerja lembur? Tidak perlu khawatir lagi, karena layanan antar-jemput kami tersedia sampai pukul 23.00. Udah gitu, laundry-laundry yang kami gunakan di sini dari UKM-UKM terpilih, “ kata Jay bangga.
Ternyata usaha ini mendapat respon positif dari masyarakat. Dalam waktu singkat sekitar 15.000 netizen telah menjadi pengguna Ahlijasa. Angka itu mencatat pertumbuhan rata-rata 40% per bulan sejak didirikan delapan bulan lalu. Tiap harinya mereka melayani sekitar 100 order dengan mengandalkan jasa 30 mitra.
Kini, aplikasi Ahlijasa telah berkembang dan menyediakan tiga macam layanan, yakni laundry, home cleaning, dan servis pendingin ruangan (AC). Dan, kini Ahlijasa memiliki ratusan mitra yang tersebar di Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Berkat inovasi itu, Ahlijasa berhasil menjadi wakil Indonesia pada Grand Final Startup World Cup (SWC) di Silicon Valley, Amerika Serikat pada 24 Maret 2017. Ini merupakan ajang kompetisi startup dari berbagai negara, antara lain : Afrika Selatan, Amerika Serikat, Australia, Chilu, Tiongkok, India, Inggris Raya, Jepang, Korea Selatan, Luxsemburg, Republik Ceko dan Taiwan.
“Dengan kepercayaan ini saya bisa memperoleh kesempatan untuk belajar dari pengalaman perusahaan besar dan membuka peluang partnership. Pastinya saya akan memberikan yang terbaik di saat ajang itu berlangsung,” kata Jay.
Pindah Kuadran
Sejatinya, Jay dan Dimas telah memiliki karier yang mapan di industri perbankan di Singapura. Namun, keduanya justru merasa terkekang. “Kalau ada masalah, saya nggak bisa apa-apa, kecuali stres di kantor. Akhirnya pekerjaan nggak maksimal, masalah juga nggak selesai,” ujarnya.
Hal senada juga dirasakan Dimas. Keduanya merasa sudah waktunya melakukan hal yang lebih menantang dan berdampak bagi orang banyak. “Ini waktunya kami ambil risiko, mumpung masih muda. Tentu saja risikonya juga sudah dipikirkan secara matang,” kata pria kelahiran Bandung, 11 Agustus 1988.
Keduanya pun memutuskan, keluar dari pekerjaan dan kembali ke Indonesia. Mereka pindah kuadran untuk memilih jadi technopreneur. Mereka mulai lagi dari nol, membangun usaha rintisan. Keputusan itu sempat ditentang oleh keluarga. Apalagi Jay tumbuh di keluarga pegawai negeri, dimana pemikiran yang terbentuk soal kesuksesan adalah gaji tetap dan tunjangan hari tua.
“Menjadi entrepreneur memang tak menjanjikan penghasilan tetap. Namun setidaknya saya bisa mengontrol hidup secara utuh,” ungkapnya. Dengan begitu dia berhasil meyakinkan keluarga bahwa ia mampu bertanggungjawab atas pilihannya itu.
Pemuda lulusan Nanyang Technology University, Singapura, ini mengaku mendapat ide untuk mendirikan layanan rumah tangga ini datang dari kekecewaannya dalam memakai layanan laundry di Jakarta.
“Pernah saya coba laundry dekat hotel, bukan cuma mahal tapi akhirnya baju yang aku laundry hilang. Di situ saya berpikir semua orang pasti butuh laundry, dan dari dulu sampai sekarang cara melakukan laundry tetap sama dan tidak berubah. Nah, dari pengalaman itulah, aku pikir melihat semua ini akan ada banyak peluang untuk melakukan improvement dengan beberapa teknologi,” ungkapnya.
Jay dan Dimas pun memutuskan mendirikan situs Ahlijasa, yang antara lain menawarkan jasa laundry. “Kalau waktu saya kerja dulu, lebih banyak bertemu data dibanding bertemu orang. Makanya saya pilih untuk membuat sebuah bisnis yang harus banyak berinteraksi dengan orang. Mulai dari customer, partner dan segala macam. Jadi yang paling senang dapat feedback dari customer kami,” kisah Jay sambil tertawa.
Fokus
Jay mengaku ketika itu bersama Dimas yang berperan sebagai CTO, mengusung modal sekitar Rp 100 juta, yang berasal dari kantong pribadi.
Namun layanan ini juga menarik investor. Di awal berdiri Ahlijasa langsung mendapat perolehan pendanaan pre-seed (pra-tahap awal) dari angel investor di Singapura. Besaran pendanaan sendiri tidak disebutkan secara pasti. Jay hanya mengatakan besarannya menyentuh enam digit USD. Pendanaan ini akan mereka gunakan untuk pengembangan produk dan layanan, khususnya di kawasan Jakarta dan sekitarnya.
Mulanya mereka cuma menawarkan jasa laundry kelas premium dengan harga menengah. Namun Jay menyadari bisnis jasa layanan rumah tangga on-demand, bukanlah hal yang baru. Persaingan sangatlah ketat. Untuk itu di tahun ini Ahlijasa memutuskan untuk fokus di laundry.
“Pengembangan lain belum ada, karena kami masih fokus di laundry dulu. Di awal sempat melebarkan perluasan usaha di home clining dan service AC, cuma kami mempertimbangkan untuk sekarang akan fokus ke laundry dulu. Jadi kami kepingin laundry Ahlijasa bisa terkenal di Indonesia dulu dan banyak orang pakai,” ucap Jay.
Meskipun bisnis laundry sejak lama telah ada, Jay memberi beberapa hal yang membedakan Ahlijasa dengan bisnis laundry lainnya. Salah satunya bentuk sistem yang digunakan di bisnisnya kali ini digunakan melalui cara yang digunakan dengan sistem berbasis data.
“Beda yang pertama adalah timnya. Jadi yang membuat saya bangga dengan tim ini, kami semua benar-benar melakukan sesuatu berbasis data. Misal kami mau meluncurkan fitur baru, dan fitur baru itu kami tes dulu ke beberapa orang. Nah dari feedback yang kami dapatkan itu barulah kami implementasikan. Hebatnya lagi, tim saya bisa melakukan perubahan dalam waktu singkat. Jadi hal itu yang membuat kami percaya yang membedakan kami dengan yang lain,” paparnya.
Sejak beroperasi pada September 2015 lalu, Ahlijasa mengklaim berhasil menjaring ratusan pelanggan dalam satu bulan operasional dan terus bertambah sampai saat ini.
Jay mengatakan selama ini Ahlijasa bekerja sama dengan mitra laundry yang sudah melalui proses seleksi yang ketat. “Jadi seluruh partner kami telah lulus dari 50 points standardization checklist. Hanya laundry yang lolos seleksi yang menjadi partner di Ahlijasa. Ahlijasa juga memberikan garansi kualitas, anda tidak puas dengan hasil laundry kami. Kami akan cuci ulang tanpa dikenakan biaya. Bila ada baju yang hilang kami juga memberikan garansi Rp.50.000 per potong baju yang hilang tanpa banyak pertanyaan,” jelasnya.
Aplikasi ini juga mengandalkan kemitraan dengan para pelaku bisnis kecil dan menengah. Mitra-mitra itu menyediakan jasa, sedangkan Ahlijasa menjadi pematok standar baku dan mediator ke pelanggan yang lebih luas.
Menurut Jay, pihak Ahlijasa memberlakukan sistem penyaringan sesuai standar. “Semuanya harus melalui pemeriksaan latar belakang, wawancara, uji kecakapan, dan keterampilan. Setelah itu mereka kami beri pelatihan,” tuturnya.
Dengan sistem seperti ini, Jay mengklaim berhasil mendapat 70% pemesanan ulang dalam dua bulan setelah soft launching. “Target kami terdekat adalah mencari pendanaan tahap awal dan memperkuat jaringan di Jabodetabek. Kami juga ingin memberikan sesuatu yang berbeda untuk layanan laundry mereka,” tandasnya.
Alhasil, memasuki dua tahun usaha ini mendapat tanggapan yang sangat baik dari masyarakat. Diklaim Jay, sekitar 15.000 penguna digital telah menjadi pengguna Ahlijasa. Angka itu mencatat pertumbuhan rata-rata 40% per bulan. Tiap harinya mereka melayani sekitar 100 order.
“Responnya sangat baik. Semakin hari customer selalu bertambah. Ke depannya kami akan banyak meluncurkan fitur yang baru dan juga beberapa produk baru yang kami harapkan dapat meningkatkan experience masyarakat dalam laundry,” ucap Jay dengan penuh keyakinan.
Ahlijasa juga berharap bisa memenangkan Final Startup World Cup (SWC) di Silicon Valley Amerika Serikat pada 24 Maret 2017. “Saya ingin mereka di sana bisa sadar dan tahu potensi Indonesia. Jadi kalau kami langsung kasih tahu aplikasinya segala macam mungkin mereka belum tahu ya. Mungkin nanti salah satu yang akan kami lakukan akan menceritakan sedikit tentang Indonesia. Profil orang Indonesia dan berapa jumlah penduduknya. Setelah semua orang paham bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar, baru kami menjelaskan kenapa hadir produk ini, yang bisa membantu banyak orang,” tutup Jay.
===========================================
Jay Jayawijayaningtiyas
- Tempat Tanggal Lahir : Bandung 11Agustus 1988
- Pendidikan : S1 Nanyang Technology University, Singapura
- Jabatan : Co Founder & CEO Ahli Jasa
- Mulai Usaha : September 2015
- Mulai Opeasi : Januari 2016
- Modal Awal : Rp 100 juta
- Jumlah Karyawan : 20 Orang
- Pengguna aplikasi : sekitar 15 ribu
Prestasi :
- Peraih Medali Perunggu Olympiade Astronomi Internasional wakil Indonesia
- Juara Kompetisi SWC Indonesia 2016
==============================================
STEVY WIDIA
Discussion about this post