youngster.id - Kreatifitas dan inovasi sebuah produk tak lahir dari keterampilan semata, tetapi bisa terpicu dari pengalaman pribadi. Seperti yang dilakukan Muhamad Nur Awaludin. Berangkat dari pengalaman pernah kecanduan games, dia menciptakan aplikasi Kakatu, dan membangun startup yang memenangkan sejumlah penghargaan bergengsi.
Kakatu adalah aplikasi mobile yang membantu para orang tua untuk mengendalikan, mengawasi dan memilih apa saja yang bisa diakses anak. Dengan menggunakan aplikasi ber-icon burung kakatua ini orang tua dapat mengamankan anak dari konten aplikasi pornografi dan kekerasan, membatasi konten aplikasi dan games serta waktu penggunaan anak akan gadget.
Kakatu “lahir” di Bandung, 1 Februari 2014 oleh Muhamad Nur Awaludin bersama tiga rekannya Robi Tanzil Ganefi, Rizi Adam Kurniawan dan Indra Tiola. Aplikasi yang dirilis di Android pada 23 Desember 2014 ini langsung mendapat sambutan positif. Ditujukan kepada para orang tua yang memiliki anak berumur 3-12 tahun, Kakatu mampu bersaing dengan aplikasi kompetitor yang sudah beredar di Play Store dan pasar luar negeri.
Selain itu, aplikasi ini juga meraih sejumlah penghargaan di bidang teknologi informatika dan digital kreatif. Mulai dari penghargaan IDByte Startup Hunt pada Bubu Awards 2015, Global Brain Awards 2015, serta Digital Interactive Media pada INAICTA 2013. Kakatu juga terpilih mengikuti program Google Developers Lauchpad Accelerator 2015 dan bisa mengikuti bootcamp selama dua minggu di kantor pusat Google di Amerika Serikat.
Ternyata, di balik semua apresiasi atas kreativitas dan inovasi aplikasi Kakatu itu ada ironi. Aplikasi ini lahir dari pengalaman pribadi pendirinya yang cukup menyedihkan. Kepada Youngsters.id, pemuda yang akrab di sapa Mumu ini mengaku bahwa dirinya dulu adalah game addict yang sudah pada taraf kecanduan yang parah. “Saya dulu adalah anak yang kecanduan game,” ujarnya.
Mumu mengaku sejak duduk di bangku sekolah dasar dia sudah kecanduan game di gadget dan game online. Bahkan dia bisa main game sampai 30 jam nonstop. “Saya waktu itu tidak sadar kalau kecanduan, begitu juga orang tua,” kisahnya. Rupanya karena kegiatan itu tidak mempengaruhi nilai akademi jadi aksi Mumu dibiarkan saja.
Namun dampak dari kecanduan game itu baru muncul ketika dia beranjak dewasa. Mumu mengaku dia menjadi remaja yang sulit diatur. Komunikasi dengan orang tua juga terhambat. Bahkan akibat kecanduan game, Mumu berhenti sekolah selama dua tahun. “Dari kecanduan games impact-nya banyak. Jadi suka berbohong, mencuri, berjudi bahkan kemudian addict pornografi. Selain itu, saya juga tidak bisa berkomunikasi baik dengan orang tua,” ungkapnya.
Mumu baru benar-benar tersadar ketika kedua orang tuanya meninggal dunia secara tiba-tiba. “Saat orang tua saya meninggal dalam waktu yang hampir bersamaan saya merasa sangat terpukul. Apalagi itu terjadi dua minggu menjelang saya di wisuda,” kisah pria kelahiran Bandung, 15 April 1991 ini dengan raut muka sedih.
Kesedihan akan kehilangan itu membuat Mumu memutuskan untuk menghentikan aktivitasnya bermain game. Dia mulai merasa ada banyak yang terlewatkan karena dia terlalu asyik bermain di dunia maya. Di masa berkabung itu dia bertemu Robi Tanzil, rekannya di Unikom. Robi ternyata punya masalah yang hampir sama, keponakannya juga kecanduan game online. Keduanya lalu menyatukan ide untuk membuat aplikasi mobile yang dapat mengurangi kecanduan main game, dan menyeleksi penggunaan aplikasi pada ponsel anak. Lahirlah Kakatu.
Modal Juara
Selain Mumu dan Robi, Kakatu juga dibidani Rizi sebagai Android developer dan Indra sebagai web developer. Aplikasi ini ditujukan pada orang tua yang memiliki anak berusia 3-12 tahun.
Nama Kakatu berasal dari burung kakatua. “Nama itu kami pilih karena seperti burung kakatua, lewat aplikasi ini mereka berharap pengguna terutama anak dapat dengan mudah beradaptasi untuk menghentikan kecanduan gadget,” jelas Mumu.
Butuh modal sekitar Rp 250 juta untuk pengembangan aplikasi ini. Karena itu langkah awal mereka adalah mengikut sertakan Kakatu dalam berbagai kompetisi. Meski belum menjadi pemenang, lewat kompetisi Kakatu melakukan banyak pengembangan dan perbaikan, baik dari sisi aplikasi mobile, tim, dan model bisnis yang diterapkan.
Karena itu pada 23 Desember 2014 mereka berani meluncurkan aplikasi ini ke pasar. Selain itu mereka berhasil masuk nominasi Indonesia Next Apps 2014 setelah masuk dalam Indigo Incubator dan Seedstars World Jakarta 2015.
“Selang tiga bulan setelah kami ikut kompetisi INA 2014, kami sudah memiliki traffic yang bagus. Di satu bulan pertama Kakatu, kami telah meraup sejumlah 11 ribu pengguna. Samsung menghubungi kami untuk pre-install Kakatu di salah satu produk mereka, yaitu Samsung Galaxy Tab 3V,” ungkap Mumu bangga.
Terobosan
Mumu mengakui dari kegiatan kompetisi inilah ia mendapatkan sebagian modal untuk terus membuat terobosan pada Kakatu. Aplikasi yang kini telah memiliki jumlah pengguna 160 ribu ini, memiliki konten yang sangat lengkap, serta dilengkapi dengan modul komunikasi orang tua dan anak. Penggunaan Kakatu pun sangat mudah, orang tua hanya perlu memilih aplikasi mana yang boleh digunakan sang anak, untuk ditayangkan pada modul anak Kakatu saat sedang menggunakan gadget para orang tua.
“Dalam memilih aplikasi, Kakatu mengategorikan aplikasi-aplikasi yang terpasang di gadget ke dalam tiga kategori, yaitu direkomendasikan, belum direkomendasikan, dan tidak direkomendasikan, sehingga orang tua juga dapat teredukasi,” jelas Mumu. Aplikasi mobile yang memiliki rating 4.5 di Play Store ini, juga dapat mendeteksi lokasi sang anak melalui platform di situs Kakatu dengan memanfaatkan GPS yang diaktifkan di gadget sang anak.
Kakatu juga bisa sekaligus membatasi anak-anak yang menggunakan gadget dengan mengatur waktu penggunaannya. “Orang tua dapat memasang alarm pengingat. Saat waktunya habis, maka otomatis gadget akan terkunci. Hanya orang tua yang dapat membukanya. Khawatir anak-anak akan ‘ngambek’ akan hal itu, kami memasang video edukasi yang dapat ditonton sang anak, dengan harapan mampu mengalihkan amarahnya,” ungkap Mumu mengenai fitur unggulan Kakatu.
Terobosan lainnya yang akan dirilis Kakatu adalah Kakatu Browser. Sebuah aplikasi penelusuran yang dikhususkan bagi anak-anak. Di dalam Kakatu Browser, terdapat data-data yang telah diseleksi untuk dapat atau tidak dapat ditelusuri anak-anak pengguna Kakatu Browser. Perlu diketahui bahwa tampilan launcher di ponsel saat menggunakan modul anak Kakatu, tidak berbeda dengan tampilan default ponsel tersebut, sehingga sang anak tidak menyadari bahwa sedang diproteksi.
Meski yakin bahwa Kakatu adalah proyek profiabel, namun Mumu mengaku belum balik modal. Karena itu dia dan kawan-kawan masih dalam masa fund-rising. Kami tidak mungkin memasarkan dan mengedukasi Kakatu satu per satu ke setiap orang tua. Oleh karena itu, kami akan masuk ke pintu-pintu besar yang dapat membuka jalan kami menuju market yang besar,” tambahnya lagi.
Mumu juga memanfaatkan rekanan yang berprofesi sebagai psikolog yang sering memberikan penyuluhan di hadapan orang tua, sebuah jalur pemasaran lainnya yang efektif dan efisien.
Mengenai model bisnis, Kakatu akan menerapkan sistem berlangganan bagi penggunanya yang ingin mendapatkan pelayanan premium. “Kami telah melewati masa free user dan sedang dalam masa trial user untuk mencoba fitur-fitur yang ada di Kakatu. Setelah kami berhasil meningkatkan traffic, kami akan mulai memberlakukan sistem berlangganan. Tidak membutuhkan uang atau kartu kredit, melainkan hanya dengan klik share ke berbagai media sosial. Nantinya kami juga akan menerapkan potong pulsa pada model bisnis tersebut, tidak mahal hanya sekitar Rp 5-10 ribu saja per bulannya,” jelas Mumu.
Menurut lulusan Teknik Informatika Unikom 2010 ini ilmu yang dia dapatkan dari bootcamp di Silicon Valley sangat berguna untuk strategi mengembangkan bisnis. “Di Amerika Serikat, parental control memiliki total market yang sangat besar. Produk-produknya pun terpercaya dan sudah memiliki revenue jutaan dolar per bulannya,” papar Mumu.
Di sisi lain, Mumu beharap tak hanya Kakatu yang dapat mencegah anak mengalami kecanduan gadget seperti dirinya tetapi juga orang tua. “Yang paling penting adalah orang tua harus sadar kalau dia dalam masalah. Karena itu kami ingin membangun kesadaran orang tua untuk pentingnya internet sehat, dan gadget yang baik,” kata Mumu penuh harap.
=============================================
Muhamad Nur Awaludin (Mumu)
- Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 15 Agustus 1991
- Pendidikan : Teknik Informatika UNIKOM (2010)
- Nama usaha : PT Kakatu
- Produk : Kakatu App (Parenting)
- Instal : 100.000 – 500.000
- Rating : 4.2 – 5
Penghargaan :
- Startup Of the Year 2015 Bubu Awards V.09
- Global Brain Venture Award 2015
- Top 100 Startup Asia 2015
- Top 50 Local Apps Baidu MoboMarket 2014
- Winner Digital Creative Indonesia (DCI) Telkomsel Most Indonesian Mobile Application 2014
- INAICTA 2013
- Top 10 Innoserve Contest 2013 Taiwan
- Runner Up Rucita Creative Economy Anugerah Moketar Unpad
================================================
STEVY WIDIA
Discussion about this post