youngster.id - Belakangan ini kehadiran para teknopreneur terus didorong untuk bertumbuh dan berkembang. Bahkan Presiden RI Joko Widodo secara langsung mengungkapkan keseriusannya mendukung lahirnya 1000 technopreneurs dan developers di Indonesia agar tidak tertinggal oleh negara lain.
Sejatinya, banyak cara bisa dilakukan untuk melahirkan sebuah startup aplikasi karya anak bangsa, salah satunya yaitu mengikuti kompetisi teknologi.
Terbukti ajang kompetisi itu berhasil melahirkan sejumlah startup, perusahaan berbasis teknologi. Salah satu startup yang lahir dari sana adalah Radya Labs, sebuah perusahaan pengembang mobile software yang berbasis di Bandung, Jawa Barat. Startup ini lahir dari ajang Imagine Cup 2010 yang digelar oleh Microsoft Indonesia.
“Imagine Cup mengawali langkah kami dalam memasuki dunia mobile software development. Kami tertarik dengan bidang pengembangan aplikasi,” kata Puja Pramudya, co-founder sekaligus CTO Radya Labs kepada Youngsters.id.
Ya, Puja dan Tito Daniswara yang kala itu masih mahasiswa berhasil menjadi juara pertama kompetisi teknologi berskala global. Dari sanalah, Puja dan Tito serta empat alumni Jurusan Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung lainnya mendirikan Radya Labs.
Bersama Radya Labs ia terus mengikuti ajang kompetisi yang berhubungan dengan IT. Hasilnya, mereka menjadi juara pertama di Hackathon SparxUp 2012, dan Startup Asia Bandung 2013. Radya Labs juga ikut ajang NextDev.
“Dulu, aroma kompetitifnya sangat kental. Mengikuti lomba murni karena ingin juara. Mengikuti lomba karena ingin membuktikan sesuatu. Make a statement. Sekarang lain,” ungkap Puja.
Pria kelahiran Pekanbaru, Riau 29 tahun lalu ini sudah aktif mengikuti lomba sejak SMP. Mulai dari lomba puisi, menulis hingga nasyid, tari, dan vokal grup. Kini tujuan Puja mengikuti lomba tak lagi sekadar meraih kemenangan.
“Sekarang saya mulai merasakan semangat yang berbeda pada saat mengikuti lomba di waktu dulu dengan yang sekarang. Saya sampai pada pemikiran ikut lomba memang seharusnya jangan hanya sekedar mengejar kemenangan. Harus lebih dari itu. Lomba dapat menjadi media belajar. Belajar dari para juri. Belajar dari panitia. Belajar dari para peserta lain. Lomba menjadi tempat bertemu dengan orang-orang yang punya pengalaman berbeda, melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda. Menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda,” paparnya.
Buat Solusi
Di awal berdiri Radya Labs hanya mengerjakan aplikasi untuk bisnis dan korporat. Sebagai developer perintis aplikasi Windows Phone di Indonesia, Radya Labs memperoleh keuntungan melakukan start lebih awal sehingga banyak pihak yang menaruh kepercayaan untuk mengembangkan aplikasi Windows Phone. Bahkan, Puja mengklaim, sejak tahun pertama Radya Labs sudah bisa memperoleh profit.
Namun mengikuti perkembangan zaman, startup ini mulai menyasar aplikasi untuk consumer langsung. Pasalnya, menurut Puja, produk teknologi harus berangkat dari pemecahan masalah nyata. “Jadi bukan problem yang tidak ada atau problem yang dibuat-buat, terus kita bikin sesuatu dari itu. Jadi pastikan masalahnya ada, lalu kita sediakan teknologinya. Karena kalau masalahnya sudah ada, pasti orang butuh solusi. Tinggal cari market-nya yang mana,” jelas Puja.
Hasil survey menunjukkan ada 80-an juta penduduk yang tersentuh internet. Pengguna smartphone ada sekitar 50 juta. Itu akan naik terus. Pada saat penggunanya makin meningkat, tentunya pebisnis aplikasi mobile akan makin mudah me-monetize bisnis mereka. Dan itu berpengaruh pada peminat aplikasi Radya Labs yang terus meningkat setiap harinya.
“Kami sih lihat pasar, kemudian bikin beberapa aplikasi. Mana yang bekerja itu yang akan kami kerjakan lebih lanjut lagi. Karena kadang-kadang susah juga punya visi besar ke depan, terus pas kami ciptakan dari awal langsung jeblok. Mana yang mulai ada pelanggan atau revenue, maka kami akan lanjutkan proyeknya,” ungkap Puja.
Total pengunduh di marketplace Windows Phone untuk seluruh aplikasi mencapai 14.000 unduhan dari berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Inggris dan Singapura sebagai negara dengan jumlah pengunduh terbanyak. Aplikasi belajar bahasa Jepang Banzai Nihongo merupakan aplikasi yang paling diminati, jumlah unduhannya lebih dari 5.000 di seluruh dunia. Aplikasi lain yang banyak diunduh adalah aplikasi NgaturDuit.
“Aplikasi yang kami buat gratis di-download dari market place,” ucap Puja. “Jadi, tidak ada pendapatan yang masuk via download tapi dari service pembuatan aplikasi itu sendiri,” jelasnya.
Padat Teknologi
Bersama Puja dan Tito, Radya Labs juga digawangi Nadhira Ayuningtyas, Fakhri Afiff, Hari Bagus, dan Andru Putra. Start-up ini fokus pada pengembang aplikasi berbasis teknologi .NET (baca: dotNet) milik Microsoft. Fokus mereka adalah memberikan solusi bagi perusahaan-perusahaan yang ingin meningkatkan mobilitas dan lebih dekat dengan pelanggan.
“Intinya, kami menyediakan kemudahan berbagai aplikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia sehingga kita tak perlu membeli dari luar,” jelasnya. Tidak hanya berpaku pada mobile apps untuk bisnis, Radya Labs juga mengembangkan dan membuat aplikasi yang mendukung akses terhadap media digital, gaya hidup, serta pendidikan.
Menurut Puja, saat ini sudah lebih dari 15 aplikasi Windows Phone yang dibuat oleh Radya Labs. Di bawah payung Radya Labs, Puja mengembangkan bisnis pembuatan aplikasi mobile. Aplikasi-aplikasi buatannya, terutama di platform OS Windows Mobile banyak beredar di online store. Klien Radya Labs juga terhitung kawakan, mulai dari Microsoft, Kompas Gramedia, Cipaganti, Indosat, UseeTV, CIMB Niaga, hingga restauran seafood D’Cost.
“Beberapa aplikasi sangat membanggakan bagi kami. Dan kami ingin terus memberikan produk baru yang terbaik,” ujar Puja.
Salah satunya Daily Social dan Mindtalk, yang dipilih oleh Nokia Indonesia sebagai aplikasi bawaan di smartphone Nokia Lumia 800 dan 710 yang diluncurkan di Indonesia. Ada juga aplikasi Toresto untuk Windows Phone—hasil kerja sama dengan GITS Indonesia—merupakan aplikasi Windows Phone pertama di Indonesia yang memanfaatkan teknologi augmented reality untuk mencari tempat kuliner terbaik di sekitar pengguna.
Untuk pengembangan semua produk itu tentu butuh modal yang tidak sedikit. Selain hadiah dari lomba-lomba yang diikuti, Puja dan kawan-kawan menaruh investasi sendiri. “Kami tidak terlalu mengandalkan modal di awal. Karena kalau kita sendiri tidak mau investasi di perusahaan kita sendiri, masa sih ada orang lain yang mau percaya. Kita sendiri harus berjuang dulu dong untuk perusahaan buatan kita,” tegasnya.
Puja sendiri menginginkan Radya Labs, meskipun hanya memiliki tim kecil, tetap sehat.”Binis ini kan fleksibel, ada yang bisa padat karya, ada yang padat teknologi. Tergantung model market yang dimasuki. Kalau bermain di ranah services, artinya mengerjakan proyek untuk orang lain itu sudah pasti padat karya. Semakin banyak proyek yang kita kerjakan otomatis kita makin butuh banyak orang,” ungkap Puja.
=============================
Puja Pramudya
- Tempat tanggal lahir : Pekanbaru, Riau 29 tahun lalu
- Jabatan : Co Founder dan Direktur Technologi Radya Labs
- Pendidikan : Software Engineer Institut Teknologi Bandung
Aplikasi :
- Vena, aplikasi untuk pencatatan imunisasi bayi
- Banzai Nihongo, aplikasi untuk membantu belajar bahasa Jepang (bukan kamus)
- Daily Social, aplikasi news reader
- Toresto
- Tausiyah
- OneClick,
- People You May Like,
Prestasi :
- NASA SpaceAppChallenge Jakarta Runner-Up 2013
- Winner of Startup Asia Bandung Hackathon 2012
- 1st Place Winner SparxUp 2012 Hackathon
- Winner, Microsoft Windows Phone Challenge Indonesia, 2011
- Microsoft MVP Award Device Application Development , 2011- 2012
- 1st Place, Microsoft Imagine Cup 2010 in Indonesia , 2010
- 1st Place, Game Development Category in Gemastik , 2009
- 1st Place Winner of Gemastik Game Development 2009 Indonesia
=============================
STEVY WIDIA
Discussion about this post