youngster.id - Penggunaan dan penguasaan bahasa Indonesia pada generasi muda semakin mengkhawatirkan. Hal ini didorong oleh tingkat literasi yang rendah dan penetrasi internet yang tinggi. Namun berkat teknologi juga, kemampuan untuk belajar bahasa jauh lebih terjangkau.
Kemampuan menguasai bahasa asing di era globalisasi ini sudah merupakan keharusan dan menjadi salah satu elemen penting dari kemajuan negara. Penguasaan bahasa asing pada era modern jadi prioritas penting sebagai salah satu tuntutan zaman. Dengan menguasai bahasa asing dapat memberikan keuntungan untuk memahami budaya dari negara lain. Hal tersebut memudahkan seseorang untuk terhubung dengan dunia yang luas dan bersaing dalam era 4.0.
Sayangnya, kecakapan bahasa Inggris yang dimiliki sumber daya manusia (SDM) Indonesia ternyata masih dinilai rendah. Indonesia berada di peringkat 74 dari 100 negara berdasarkan EF English Proficiency Index (EF EFI) atau indeks kecakapan Bahasa Inggris edisi tahun 2020, yang dirilis oleh EF Education First.
Posisi Indonesia kalah jauh dibandingkan sejumlah negara tetangga di kawasan Asia Tenggara, seperti Singapura menduduki peringkat 10, Philipina di posisi 27 dan Malaysia di peringkat 30.
Menyikapi rendahnya tingkat kecakapan berbahasa Inggris dari orang Indonesia, Tomy Yunus dan koleganya Yohan Limerta tergerak untuk mengembangkan aplikasi belajar online atau e-learning bernama Cakap. Tujuannya, selain untuk mengatasi hambatan dalam mempelajari bahasa asing, juga mempersiapkan tenaga kerja dalam menghadapi persaingan ekonomi global melalui kemahiran berbahasa.
“Ide untuk mendirikan aplikasi berbasis pendidikan bahasa ini bertujuan untuk membantu para pelajar di Indonesia agar dapat dengan mudah ketika ingin mengusai penggunaan bahasa asing,” kata Tomy, CEO dan Co-founder Cakap kepada youngster.id.
Pria yang dapat berbicara dalam 3 bahasa ini menyebut Indonesia adalah salah satu pasar pendidikan terbesar di dunia dengan lebih dari 3 juta guru di 300 ribu sekolah. Indonesia juga memiliki lebih dari 60 juta siswa yang semakin melek internet.
“Ini waktu terbaik mendorong sebanyaknya orang Indonesia dan murid-murid untuk melek internet hari demi hari. Kita harus menyediakan akses pendidikan berkualitas yang terjangkau, mengembangkan solusi pendidikan ke seluruh Indonesia,” kata Tomy.
Menurut Tomy, layanan edtech Cakap mempertemukan pengajar profesional dengan peserta didik secara real time dengan mekanisme live tutoring. Layanan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan memberikan dampak sosial bagi masyarakat Indonesia.
Rebranding
Pria yang mengawali karir di hiSoft Technology International Ltd China ini awalnya menyadari betapa pentingnya menguasai bahasa setempat untuk pengembangan karir. Untuk itu bersama Yohan Limerta pada tahun 2014 mereka mendirikan Squline, untuk membantu pelajar menguasai Bahasa Mandarin dengan cara menghubungkan pengajar native Mandarin dengan pelajar Indonesia.
Setahun kemudian, layanan ini berkembang dengan tambahan layanan Bahasa Inggris. Pada tahun 2016, Squline bekerja sama dengan institusi Aki no Sora untuk meluncurkan kursus Bahasa Jepang online. Kemudian, kerja sama ini diikuti dengan pembuatan kursus Bahasa Indonesia bersama LBI FIB UI pada 2018.
Squline mengalami pertumbuhan yang luar biasa dan menjadi platform pembelajaran bahasa asing terbesar di Indonesia dengan memasilitasi sekitar 100.000 pengguna. Namun pada tahun 2019, startup ini memutuskan untuk rebranding menjadi Cakap.
“Cakap berarti kompeten atau terampil. Seperti halnya visi kami, yaitu meningkatkan kemampuan bersaing sumber daya manusia dengan memberikan akses ke pendidikan yang dapat diterima dan terjangkau,” kata Tomy.
Dengan demikian Cakap sudah menyediakan pembelajaran bahasa asing online, meliputi Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia. Adapun pengguna Cakap sudah meliputi beberapa negara, baik dari Indonesia, Brunei Darussalam, Korea, Filipina, Jepang, Australia dan Amerika Serikat.
Melihat pertumbuhan tersebut, tak mengherankan jika Cakap dilirik banyak investor. Pada Desember 2020 lalu Cakap berhasil mengumpulkan pendanaan senilai US$ 3 juta dalam putaran Seri A+ yang dipimpin oleh Heritas Venture Fund dan partisipasi Strategic Year Holdings. Investor lainnya seperti Investidea Ventures dan Prasetia Dwidharma juga turut berpartisipasi dalam pendanaan ini.
Menurut Tomy, selama situasi pandemi, Cakap telah menjembatani pembelajaran alternatif sehingga jumlah siswa meningkat 10 kali lipat sejak awal tahun 2020, atau naik 30 kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun 2019.
Cakap telah menjalin mega kemitraan dengan Telkomsel dan dipercaya oleh beberapa instansi pemerintah seperti: unit organisasi non eselon di lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika BAKTI, dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk memberikan pelatihan Bahasa Inggris daring bagi praktisi perhotelan dan UMKM yang terdampak oleh penurunan ekonomi. Cakap juga menggagas beberapa program bersama Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) untuk komunitas perhotelan, serta berkolaborasi dengan Telkomsel dan Kemendikbud untuk membantu siswa yang belajar dari rumah.
Tak hanya itu, sejumlah prestasi dan penghargaan telah diraih startup binaan Telkomsel ini. Antara lain: Rekor MURI Sebagai Aplikasi Daring Pertama Belajar Bahasa Dengan Interaksi Dua Arah Secara Langsung di Indonesia, Pemenang Singtel Future Makers, Evangelist Telkomsel The Nextdev Academy, Indonesian Pavilion (Archipelageek) SXSW Austin Texas, dan masih banyak lagi.
Landscap Edukasi
Tomy menjelaskan, kunci kesuksesan Cakap selama pandemi adalah mengerti lanskap edukasi Indonesia dan menyelesaikan masalah target market, di mana akses pendidikan berkualitas tinggi tidak hanya dibutuhkan oleh murid-murid di kota besar, tetapi juga di seluruh daerah.
“Kami bersemangat menjadi bagian dari transformasi pembelajaran digital di Indonesia, membantu mendemokratisasi akses ke pendidikan berkualitas, dan meningkatkan derajat hidup orang-orang,” ujar Tomy.
Tomy mengklaim, Cakap merupakan aplikasi belajar bahasa asing dengan interaksi dua arah secara daring pertama di Indonesia. Saat ini terdapat 4 bahasa yang dapat dipelajari oleh penggunanya yaitu Bahasa Inggris, Mandarin, Jepang, dan Indonesia. Dalam aplikasi ini, pengguna dapat memilih pengajar native dan waktu belajar yang diinginkan.
“Cakap bertujuan menjadi solusi dalam mengatasi ketimpangan akses pendidikan di seluruh Indonesia. Kami memiliki visi yakni elevate people’s live, meningkatkan kehidupan masyarakat dengan mendemokratisasi akses ke pendidikan berkualitas, dan lain-lain. Kami mengakui bahwa setiap orang berhak atas pendidikan berkualitas yang mencakup ketersediaan, aksesibilitas, penerimaan, dan adaptasi. Kami memulai startup ini dengan fokus pada pembelajaran bahasa, dan kami memperluas kemampuan inti kami ke kecakapan hidup lainnya,” jelas Tomy
Dengan mengusung model bisnis B2B dan B2C, Cakap turut memberikan layanan kursus untuk masyarakat luas melalui aplikasi Cakap dengan menyediakan paket yang dapat disesuaikan kebutuhan. Termasuk bagi para karyawan perusahaan.
“Model bisnis Cakap adalah B2B dan B2C. Selain menyediakan layanan kursus untuk masyarakat luas di aplikasi dan website kami, Cakap juga menyediakan paket yang dapat disesuaikan untuk karyawan-karyawan perusahaan yang membutuhkan keterampilan berbahasa yang lebih spesifik untuk bisnis mereka,” tutur Tomy.
Diklaim Tomy, yang membedakan dan menjadi keunggulan Cakap dibandingkan usaha sejenis, salah satunya terlihat dari penyusunan kurikulum yang berkualitas. Selain itu, sistem live dua arah dimana murid dan tutor bisa berinteraksi langsung, metode pembelajaran yang beragam, hingga fleksibilitas dalam memilih waktu maupun tutor yang cocok yang disuguhkan oleh tim Cakap. Semua itu berbeda dari aplikasi lainnya yang selama ini ada.
“Keunggulan dari usaha Cakap dari kompetitornya adalah Cakap benar-benar berfokus pada pengembangan skill penggunanya. Kami terus berusaha agar setiap murid berhasil meningkatkan kemampuannya melalui layanan kami,” imbuhnya.
Tomy optimis, Cakap bisa menjadi aplikasi yang membantu proses belajar mengajar di setiap institusi pendidikan. Kebijakan pemerintah untuk menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) juga membuat masyarakat lebih familiar dengan e-learning, sehingga rakyat Indonesia semakin mudah beradaptasi dengan layanan yang diberikan oleh aplikasi Cakap.
“Saat ini, peluang bisnis Cakap maupun e-learning pada umumnya sangat besar. Dengan adanya sistem PJJ atau daring yang ditetapkan pemerintah, Cakap bisa menjadi aplikasi yang membantu proses belajar mengajar di setiap institusi pendidikan. Pembelajaran daring ini juga lebih fleksibel karena waktu belajar dapat dilakukan kapanpun, bahkan di manapun. Dengan begitu, Cakap sangat sesuai dengan sistem pendidikan saat ini. Bahkan era digital yang sedang berkembang pesat di Indonesia pun sangat mendukung perkembangan Cakap yang berbasis e-learning,” terangnya.
Daya Saing
Menurut Tomy, masuk di masa pandemi saat ini sebagai startup yang bergerak di bidang edukasi ini merasakan adanya kenaikan angka pengguna yang jumlahnya naik hingga lebih dari 5 kali lipat dari sebelumnya.
“Jadi selama pandemi Covid-19, Cakap mencatat adanya kenaikan angka pengguna hingga lebih dari 5 kali lipat. Serta terdapat kenaikan trafik sebesar 3200% pada aplikasi Cakap dibandingkan tahun sebelumnya di kuartal yang sama,” kata Tomy.
Tomy menyebut, kolaborasi dengan beberapa pihak untuk mendukung daya saing bisnisnya itu sudah dilakukan sejak lama, terutama dalam melakukan pengembangan kurikulum.
“Sebagai perusahaan pengembang perangkat lunak yang mengembangkan Learning Management System, Cakap turut meramaikan pasar teknologi pendidikan dengan membantu lembaga belajar konvensional menuju program kelas belajar mengajar secara daring,” ujarnya lagi.
Di sisi lain, sebagai pendatang baru dalam bisnis yang bergerak di aplikasi pendidikan, Tomy menyikapi persaingan sebagai sesuatu yang wajar dan positif. Bahkan, hadirnya aplikasi Cakap justru turut berkontribusi bagi pemerataan daya saing masyarakat.
“Dengan menyediakan pendidikan online yang berkualitas, Cakap berhasil meratakan daya saing masyarakat di seluruh Indonesia, dari kota besar hingga daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh sistem pendidikan konvensional. Kami meningkatkan kehidupan masyarakat melalui pendidikan online, di mana pun mereka berada,” klaim Tomy.
Pria kelahiran Jakarta, 27 Juli 1986 ini mengakui saat ini masyarakat Indonesia sudah melek teknologi, namun masih banyak yang belum mengerti pentingnya edukasi berbasis teknologi ini yang mana seharusnya metode pembelajaran secara online sudah menyatu dengan budaya belajar di masyarakat.
“Saya merasakan jatuh bangunnya mendirikan usaha ini. Masih banyak yang belum mengerti pentingnya edukasi berbasis teknologi. Ini tantangannya. Selain itu, infrastruktur koneksi internet yang belum tersebar secara menyeluruh sehingga akses edukasi dengan basis teknologi masih belum masuk ke seluruh lapisan masyarakat secara merata,” keluhnya.
Untuk itu, berbagai upaya ditempuh Tomy untuk lebih mengenalkan dan mendekatkan Cakap dengan masyarakat luas. Antara lain dengan memanfaatkan sosial media, bekerjasama dengan media, menyediakan konten terkini, bekerjasama dengan berbagai partner, serta berpartisipasi dalam event-event terkini.
Selain itu, Cakap juga akan meluncurkan produk pengembangan baru dalam waktu dekat. “Harapan kami, pendidikan sebagai bagian integral kehidupan masyarakat di era global diyakini harus dapat memberi dan memasilitasi bagi tumbuh kembangnya keterampilan melalui intelektual, sosial, dan personal lewat berbagai macam teknologi canggih yang kami miliki,” pungkas Tomy.
====================
Tomy Yunus
- Tempat Tahun Lahir : Jakarta, 27 Juli 1986
- Pendidikan Terakhir : Beijing Renmin University, Master in Economics
- Usaha yang dikembangkan : Membuat aplikasi belajar online atau e-learning untuk meningkatkan kemampuan berbahasa asing
- Mulai usaha : Tahun 2014
- Nama Usaha : PT Cerdas Digital Nusantara
- Nama Platform : Cakap (sebelumnya bernama Squline)
- Jabatan : CEO & Co-founder
Prestasi :
- Penghargaan Rekor MURI Sebagai Aplikasi Daring Pertama Belajar Bahasa Dengan Interaksi Dua Arah Secara Langsung di Indonesia
- Pemenang Singtel Future Makers 2018
- Evangelist Telkomsel The Nextdev Academy 2018
- Indonesian Pavilion (Archipelageek) SXSW Austin Texas 2018
- Indonesian Pavilion (Archipelageek) InnoVex Taiwan 2018
- Indonesian Pavilion (Archipelageek) CeBIT Sydney 2018
- G Startup Worldwide GMIC Indonesia – The Global Mobile Internet Conference 2017, dan lain-lain
===================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post