Dewi Kocu : Membuat Keindahan Dari Bahan Sederhana

Dewi Kocu, founder Cutteristic, yaitu seni potong kertas menggunakan cutter (Foto: Stevy Widia/Youngsters.id)

youngster.id - Karya seni itu tak memiliki batas media. Dia bisa muncul lewat bahan baku yang berharga mahal seperti emas atau permata, bisa juga di atas benda sederhana seperti selembar kertas. Namun nilainya tidak bisa dibandingkan, karena karya seni nilainya seluas imajinasi.

Bayangkan, dari selembar kertas putih yang dipotong menggunakan pisau kecil (cutter) bisa terwujud sketsa wajah Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati. Sketsa yang indah dan unik itu adalah buah tangan Dewi Kocu, seorang wanita muda yang berprofesi sebagai seniman kertas dengan cutter.

Karya-karya yang dibuat Dewi terlihat rumit dan bernilai artistik yang tinggi. Sketsa wajah Sri Mulyani adalah satu dari ribuan karya yang telah dibuat Dewi. Selain sketsa wajah, karya Dewi ada juga dalam bentuk lukisan, perhiasan hingga karya tiga dimensi termasuk gereja Westminster Abbey tempat royal wedding di London, Inggris.

“Saya ingin orang-orang tahu bahwa kita dapat membuat sesuatu yang indah dari bahan yang sederhana, seperti kertas,” ucap Dewi saat ditemui Youngsters.id belum lama ini.

Yang membuat karya sketsa Dewi berbeda, adalah dia membuat paper cutting sketsa wajah yang digabungkan dengan motif tradisional seperti batik, tenun dan ukuran Indonesia. “Saya senang dan bangga dapat memperkenalkan keindahan pola tradisional Indonesia yang biasanya kita lihat dalam media kain, ukiran kayu atau batu ”“ ke media baru yaitu kertas yang terpotong. Kadangkala sulit untuk membuat masyarakat atau anak muda yang modern tertarik kepada sesuatu yang tradisional atau kuno. Padahal, kesenian Indonesia seharusnya dapat menjadi sesuatu hal yang paling kita dibanggakan sebagai orang Indonesia,” ungkapnya.

Profesi sebagai seniman potong kertas ini memang masih langka. Bahkan di Indonesia, Dewi bisa dibilang pelopor untuk profesi ini. Menurut Dewi, seni potong kertas ini berasal dari Tiongkok pada abad 6 Masehi. “Selama bertahun-tahun seni potong kertas berkembang menjadi seni dekorasi bernilai tinggi karena keunikan dan kerumitan pembuatannya. Saat itu seni cutteristik biasa digunakan untuk dekorasi interior, dipajang di dinding, pintu dan jendela,” ungkap Dewi.

Meski diadopsi dari Tiongkok, namun Dewi menegaskan kegiatannya ini berbeda. Salah satu yang paling mendasar adalah alat pemotong. Jika di Cina biasa menggunakan gunting kecil dan kertas roti tipis, namun Dewi lebih memilih cutter agar bisa menjangkau area yang paling kecil. Inilah mengapa Dewi memilih nama Cutteristic, yang diambil dari 2 kata, cutter dan characteristic.

“Saya yang pertama menggunakan cutter di Indonesia. Nggak tahu di dunia,” klaim lulusan Teknik Arsitektur Tarumanagara Jakarta ini.

Sejak April 2011, Dewi mulai menjual karya seninya melaui media daring (online) dengan memanfaatkan fitur pemasaran Bisnisku Google. Pada 2011, selain membuat ruang penjualan online berbentuk situs, Dewi juga membangun merek dagangnya melalui beberapa media sosial. Harga produknya dijual dengan mulai dari Rp 900 ribu hingga Rp 1,7 juta. Pelanggannya pun tersebar di seluruh Indonesia sampai ke mancanegara seperti Singapura, Brunai Darussalam, Australia, hingga Eropa.

 

Tidak Sengaja

Wanita kelahiran 12 Mei 1985 mengaku memang senang mengerjakan berbagai keterampilan tangan. Dewi rajin mengumpulkan kardus bekas, tali rami, dan bahan-bahan kerajinan lain. Dari benda-benda itu, ia menyulapnya menjadi berbagai barang yang berguna, seperti tempat tisu, tempat cotton bud, dan gelang. Semua dipelajari dengan otodidak dan hasilkan diberikan sebagai kado untuk orang-orang terdekat.

Ketika bekerja sebagai tenaga pemasaran di sebuah perusahaan distributor buah Dewi tidak sengaja menemukan seni memotong kertas di kotak pencari Google. Saat itu, seni potong kertas sedang tren di Amerika dan Eropa. Bermodalkan 20 lembar kertas bekas berukuran A4 dan gunting, Dewi mulai membuat gambar potongan dan menghasilkan berbagai karakter di kertas tersebut.

“Hasil 15 karya pertama saya jadikan kado untuk para manajer di kantor, keponakan dan hadiah pernikahan teman,” ujarnya.

Dari sinilah hasrat Dewi untuk membuat seni potong kertas terbangun. Kertas-kertas bekas katalog di kantor dimanfaatkan untuk membuat Cutteristic di waktu senggang saat berada di rumah. “Dengan kertas bekas katalog, ternyata hasilnya jauh lebih rapi dan cepat daripada menggunakan gunting di karya pertama. Selanjutnya saya mulai memakai paper cutting yang lebih detail,” ujarnya.

Dewi mengaku, saat awal belajar butuh waktu 30 menit untuk selesaikan ukuran A4. Kini, waktu pengerjaan bervariasi tergantung tingkat kerumitan. “Saya menyukai desain yang rumit, tantangan di setiap proses pembuatan. Semakin rumit keahlian memotong yang diperlukan, maka saya makin suka,” ungkap Dewi.

Dari ribuan karya yang pernah dihasilkannya, Dewi menyebut lukisan Last Supper karya Leonardo da Vinci berukuran 100×50 cm sebagai yang paling istimewa, “Lukisan Last Supper itu memiliki kerumitan tinggi karena sangat banyak potongannya. Saya membutuhkan waktu tiga bulan untuk menyelesaikannya,” katanya.

Dia juga pernah juga menghabiskan waktu 40 jam untuk mengerjakan gambar bangau berukuran 38 x 38 sentimeter. Keterampilan ini semakin terasah ketika permintaan makin banyak.

Setelah tiga tahun hanya menjadikan Cutterstic sebagai hobi, akhirnya pada April 2014 Dewi memutuskan untuk serius menjalani bisnis ini. Dia yakin seni memotong kertas dengan spesialisasi sketsa wajah memiliki pasar yang menjanjikan. Dewi memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan dan menjadi pebisnis produk Cutteristic dengan spesialisasi sketsa wajah.

“Saya tidak memosisikan diri sebagai seniman potong kertas, tetapi sebagai pembuat kado ekslusif,” ujar Dewi.

Dia pun membangun merek dagang Cutteristic melalui beberapa media sosial. Pada tahun yang sama, Dewi mulai memanfaatkan beberapa perangkat pemasaran yang ditawarkan Google. Alhasil nama bisnis Cutteristic meningkat hingga 200%.

 

Dewi Kocu, membuat sesuatu yang indah dari bahan yang sederhana, seperti kertas (Foto: Stevy Widia/Youngsters.id)
Dewi Kocu, membuat sesuatu yang indah dari bahan yang sederhana, seperti kertas (Foto: Stevy Widia/Youngsters.id)

 

Berbagi Ilmu

Kini Dewi mengaku bisa menikmati hasil dari keahliannya tersebut. “Awalnya produk saya dijual seharga Rp 150 ribu dengan ukuran kertas A4. Seiring waktu, produk saya berharga Rp 977 ribu untuk ukuran 30 x 30 sentimeter hingga Rp 8,87 juta untuk ukuran 120 x 100 sentimeter,” ungkap penggemar kuliner itu.

Jika dihitung, ia bisa meraup Rp 50 juta sampai 100 juta dalam sebulan. Namun dia tidak mau menikmati sendiri kesuksesan Cutterstic. Dia menyalurkan ilmu yang dia peroleh kepada orang lain. Untuk itu Dewi aktif menggelar workshop seni memotong kertas di Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya. Hingga saat ini sudah 500 orang yang menjadi muridnya.

“Syarat utama hanya keterampilan, ketekunan, dan keahlian. Alat pemotong berupa cutter akan bergantung pada skill pemakainya. Jadi, alat potongnya apa pun itu sebenarnya tidak masalah dan tidak ada bedanya,” kata Dewi.

Dia pun menggandeng sejumlah murid terbaiknya untuk menjadi tenaga kerja lepas bagi Cutteristic yang disebut cuterist. Mereka berasal dari sejumlah daerah di Indonesia. Hasil potongan mereka menurut Dewi harus 100% tepat sesuai rancangan pola yang dia berikan. Pasalnya kualitas karya Cutteristic ini setara dengan lukisan. Apalagi Dewi mengemas hasil karya seninya dengan bingkai hingga liontin dan tak lupa dilengkapi berlian Swarovski disertai sertifikat khusus.

Selain itu, dalam setiap karyanya Dewi kerap menyelipkan unsur budaya Indonesia. Keindahan motif batik kerap menjadi sumber inspirasinya. “Saya senang dan bangga memakai pola batik. Kalau selama ini seniman memanfaatkan pola tradisional Indonesia dalam media kain, ukiran kayu atau batu, saya mengeksploitasinya ke media baru, yaitu kertas terpotong,” ujarnya sambil tersenyum.

Karya Dewi banyak mendapat apresiasi. Pesanan khusus dari para pejabat pun mengalir. Dewi menyebut nama mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Basuki Tjahaya Purnama, Anies Baswedan dan Sri Mulyani adalah beberapa pejabat yang pernah mendapatkan karya Cutteristic secara khusus.

“Saya mau buat sketsa tokoh penting di Indonesia. Dan masih mau memperluas pasar di Indonesia hingga pelosok,” katanya penuh harap.

 

================================================== 

Dewi Kocu

==============================================

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version