youngster.id - Yoga tak sekadar membangun spiritualitas tetapi telah menjadi olah raga popular di masyarakat modern. Kbahkan, kegiatan yoga diyakini dapat membantu mengurangi tingkat stres di masyarakat, termasuk dalam situasi pandemic virus corona belakangan ini.
Ya, dalam situasi menghadapi wabah, kita semua bukan hanya dituntun untuk selalu waspada dan mengkarantina diri di rumah tetapi juga dituntut untuk tetap tenang. Pikiran yang positif akan dapat meningkatkan sistem imun. Untuk itu, salah satu olah raga yang cocok untuk diterapkan di masa karantina mandiri di rumah adalah yoga.
Olah raga ini diyakini dapat mengurangi stres dan menenangkan pikiran. Selain itu, yoga dapat menjaga tubuh tetap bugar dengan berat badan ideal. Jadi tidak heran jika peminat yoga semakin bertambah.
Merujuk laporan International Health, Racquet & Sportsclub Association (IHRSA) pada 2016, pendapatan di industri pusat kebugaran di seluruh dunia mencapai US$ 81 miliar. Laporan lainnya yakni survei MarketResearch.com di lingkup Asia Pasifik, menyebutkan valuasi pasar pusat kebugaran dan kesehatan di kawasan ini pada 2018 mencapai US$ 21,27 miliar.
Sedangkan di Indonesia, nilai pasar industri kebugaran ini diestimasikan sekitar Rp 2 triliun – Rp 3 triliun. Pertumbuhan bisnis pusat kebugaran di Indonesia diyakini bakal kian kinclong lantaran penetrasi keanggotaan bisnis pusat kebugaran di Indonesia masih rendah, yakni sekitar 1% dari jumlah total populasi penduduk.
Hal ini mendorong lahirnya profesi sebagai pengajar yoga. Salah seorang di antaranya adalah Ningrum Ambarsari, instruktur yoga bersertifikat internasional pun tergerak mendirikan Yoga Teacher Training Center (YTTC) dan komunitas Cibubur Yoga Community (CYC).
“Seiring semakin banyak peminat dan permintaan untuk memfasilitasi sekolah bagi para pecinta yoga untuk mendalami pengetahuannya tentang yoga, kami memutuskan membuka sekolah yoga 200 jam yang terbuka untuk siapa saja,” ungkap Ningrum yang merupakan founder, principal dan lead trainer CYC kepada youngster.id belum lama ini.
Ningrum membangun YTTS-CYC sejak tahun 2015. Komunitas ini mengakomodir para guru yoga yang ada di Jakarta untuk bersinergi saling membantu dan melengkapi untuk memberikan pelatihan yoga kepada masyarakat.
“Dengan modal sebagai pengajar yang terbiasa menulis, mempresentasikan hasil tulisan, meneliti dan sebagainya, sehingga disetiap training, pelatihan yang saya lakukan selalu saya buat riset dan menjadikan riset tersebut sebagai modul pembelajaran bagi diri sendiri untuk mengajar. Lalu semangat berbagi ini menjadi mudah dan terasa sangat menyenangkan ketika yang dibagikan adalah salah satu hobby yang dilakukan untuk diri sendiri dan dirasakan bermanfaat untuk kesehatan tubuh dan menenangkan pikiran,” ungkap Ningrum lagi.
Sertifikasi Profesi
Perempuan kelahiran Bogor ini mulai mengenal yoga sejak tahun 2003 ketika dia mengunjungi Singaraja di Pulau Dewata Bali. Di saat itu dia mengenal yoga sebagai bagian dari pranayama dan meditasi untuk mendorong membangun spiritual yang lebih baik.
“Sesi meditasi di dalam kelas yoga pertama saya yang membuat saya jatuh cinta terhadap yoga. Betapa menenangkan di tengah kepenatan pikiran sebagai dosen, meditasi merupakan jawaban untuk semua ketegangan di pikiran dan tubuh,” ungkapnya.
Semenjak itu Ningrum yang juga adalah seorang dosen di perguruan tinggi di Jakarta itu serius menekuni yoga. Dia mengaku sangat menyukai meditasi dan gerakan yang detail.
“Saya paling suka Ashtanga Yoga, karena membutuhkan disiplin yang tinggi dalam mencapai tujuan yoga itu sendiri, baik itu kelenturan tubuh, kekuatan, fokus dan konsentrasi serta mendengarkan tubuh secara seksama,” paparnya lagi.
Keseriusan Ningrum dalam menekuni yoga ditunjukkan dengan keberhasilannya mengantongi sertifikasi profesi ERYT 500, YACEP atau Experienced Registered Yoga Teacher 500hours, Yoga Alliance Continual Educational Provider. Gelar tersebut diperoleh dengan menempuh beberapa pelatihan dengan standar 5 tahun dalam 1 gelar spesialisasi yang sama.
“Untuk menempuh spesialisasi yang banyak dan berbeda diperlukan waktu seumur hidup untuk menjadi pengalaman dan profesional,” ujarnya sambil tersenyum.
Berbarengan dengan itu Ningrum melihat bahwa bisnis studio yoga di Indonesia juga berkembang pesat. Dia sendiri rutin mengajar yoga minimal 3 kelas setiap hari.
“Yoga semakin diminati karena dalam latihan yoga tidak ada batasan usia, maupun batasan-batasan lainnya. Selalu ada variasi gerakan secara sederhana sehingga mampu dilakukan oleh siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Selain itu, manfaat kesehatan yang dirasakan secara langsung oleh praktisi membuat yoga menjadi semakin diminati oleh masyarakat luas,” ungkapnya.
Dari sinilah pengagum Noah Maze, Gede Prama, Dharma Mitra dan Yogi Bhajan ini memutuskan untuk mengembangkan sekolah yoga dan komunitasnya dengan mendirikan YTTC CYC yang bersertifikat Yoga Alliance Internasional yang berpusat di Los Angeles, AS. Para guru yang tergabung di sini memiliki sertifikat antara lain, hatha yoga, iyengar, swing yoga, sveda, acro yoga, vinyasa, yin yoga, ashtanga yoga, dan Kundalini.
“YTTS CYC didirikan bukan semata sebagai bisnis dengan profit financial semata. Apa yang saya lakuan ini untuk menyumbang kemampuan yang saya miliki selama ini agar dapat menginspirasi siapapun di sekitar kita untuk memberikan contoh dan teladan. Karena yoga lebih dari olah raga, tetapi sebagai komunitas kami juga melakukan kegiatan sharing knowledge,” kata Ningrum menegaskan.
Peta Persaingan
Meski yoga mulai popular sebagai olahraga, Ningrum tak berpuas diri. Bagi dia kesadaran masyarakat akan yoga terutama di Indonesia harus dibarengi dengan pengetahuan akan beragam manfaat yoga. Karena itu dia mencurahkan waktu, energi dan biaya untuk membangun bisnis ini.
“Saya menginvestasikan waktu, energi dan biaya yang tak terhitung nilainya untuk bisnis ini. Sulit diukur dengan angka,” ucap Ningrum.
Ruang kelas di studio yang dibangun di kawasan Cibubur sejak 2013 itu tak pernah kosong. Ada sekitar 300 pengajar yoga yang tergabung dalam CYC untuk melatih ribuan peserta yang didominasi generasi milenial.
“Jadi pendekatan sosial saya lakukan untuk menarik minat di kalangan milenial. Tentunya, dengan cara menyesuaikan era digitalisasi dengan menggunakan platform yang ada sebagai media marketing promotion dan juga pembelajaran,” jelas ibu dua anak itu.
CYC juga memiliki FB grup dan Instagram dengan ribuan members dan followers. Menurut Ningrum, dia juga menerapkan motode berlangganan sesuai kebutuhan dari peserta.
Menariknya, Ningrum mengakui bahwa peta persaingan di industri kebugaran cukup ketat. “Persaingan bisnis dalam bidang olah raga yoga ini sangat beragam bentuknya. Market yang sangat spesifik membuat para pengajar rawan konflik. Untuk mengatasi itu, saya memiliki ciri khas dan spesialisasi pengajaran berbeda. Dengan gaya yang santai, cuek, apa adanya, tetapi memiliki kepribadian yang kuat dan disiplin tinggi membuat usaha CYC berjalan lancar tanpa hambatan dan kendala yang berarti,” kata Ningrum sambil tertawa.
Ningrum berharap, apa yang dilakukannya saat ini bisa membawa manfaat bagi banyak orang terutama dalam mendapatkan sehat. “Saya ingin semua yang tergabung dalam CYC dapat menjadi guru yoga yang menginspirasi siapapun untuk berbuat kebaikan. Saya juga yakin ketika seseorang melalukan sesuatu dengan cinta dan suka, disaat yang sama kesuksesan juga akan mengikutinya,” tutup Ningrum.
=======================
Ningrum Ambarsari
- Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 4 Agustus 1985
- Pendidikan Terakhir : Master Administrasi Bisnis, UGM
- Usaha yang dikembangkan : Pelatihan yoga
- Nama Usaha : Yoga Teacher Training School Cibubur Yoga Community (YTTS CYC)
- Mulai Usaha : 2015
- Jabatan : Founder, Principal & Lead Trainer
- Jumlah Tim : 10 orang
=======================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post