Ukurmah Suda : Memanfaatkan Marketplace Untuk Jualan Kerajinan Boneka Kayu

Ukurmah Suda, Founder & CEO CariSouvenir (Foto: Istimewa/youngster.id)

youngster.id - Pandemi telah mengubah segala sendi kehidupan, termasuk bisnis. Namun belakangan para pelaku bisnis mulai kembali bangkit, kali ini dengan menggandeng teknologi. Mereka memanfaatkan digital skills, sosial media dan keberadaan internet untuk memasarkan produk yang unik dan berkualitas.

Sektor usaha kecil dan menengah tersebar di seluruh pelosok Tanah Air, dengan jenis usaha dan produknya yang sangat beragam. Sektor ini juga melibatkan banyak warga sekitar, menciptakan lapangan kerja baru, dan mampu menyerap banyak tenaga kerja. Namun saat pandemi terjadi, sektor ini juga yang paling terdampak.

Sejumlah proyek memperkirakan, dari 64 juta UMKM di Indonesia, sekitar 78% sudah di ambang kesusahan. Pasalnya pandemi Covid-19 sudah berjalan lebih dari 15 bulan. Salah satu upaya penyelamatan UMKM adalah dengan memanfaatkan kanal digital.

Pemerintah mengklaim bahwa UMKM yang sudah onboard digital baru sekitar 13,7 juta. Pihak KemenkopUKM sedang mendorong agar jumlah tersebut bisa terus bertambah hingga 30 juta di tahun 2024. Apalagi terbukti bahwa UMKM yang sudah memanfaatkan digital untuk bisnis mengalami peningkatan penjualan secara signifikan.

Seperti yang dialami pengusaha souvenir Ukurmah Suda dengan CariSouvenir. Berkat pemasaran digital melalui marketplace dia berhasil memasarkan produk kerajinan tangan khas Indonesia hingga ke berbagai daerah.

Menurut Ukurmah, dengan memanfaatkan teknologi digital maka usaha kerajinan CariSouvenir bisa dikenal luas ke berbagai daerah seperti Yogyakarta, Jawa Timur, Batam, Aceh, Balikpapan, Bali hingga Gorontalo.

“Awalnya saya hanya berjualan secara offline di beberapa mall seperti di Pasaraya, Dekranas, dan beberapa hotel di Jakarta. Tetapi omset kurang baik. Tetapi ketika bermunculan marketplace yang tidak berbayar menjadi kesempatan bagi kami sebagai pelaku UMKM untuk berjualan. Akhirnya, di situ saya mulai mencoba berjualan dan memasarkan produk CariSouvenir lewat marketplace sampai sekarang,” kata Ukurmah kepada youngster.id.

Ukrumah memanfaatkan platform digital seperti Tokopedia untuk memasarkan produknya.
“Kami memanfaatkan peluang untuk memperkenalkan produk melalui media sosial dan memasarkan di marketplace. Dengan demikian kami bisa menjangkau khalayak luas,” ungkapnya.

Hasilnya, produk CariSouvenir sudah menjangkau ke berbagai kota seperti Yogyakarta, Jawa Timur, Batam, Aceh, Balikpapan, Bali hingga Gorontalo. “Ini tentunya berdampak pada omzet kami yang mencapai Rp60 juta,” ujarnya.

 

Ondel-Ondel

Ukurmah melihat bahwa usaha kerajinan tangan memiliki potensi yang besar untuk berkembang. “Saya percaya bahwa kerajinan tangan khas Indonesia bisa memberi penghasilan dan menciptakan lapangan kerja untuk masyarakat. Pasar dan peluang di bisnis ini masih sangat besar dan masih banyak yang belum tergarap. Ini menjadi inspirasi di balik berdirinya CariSouvenir,” kata Ukurmah.

Dia pun menggandeng sejumlah pengrajin lokal dari berbagai wilayah di Jawa, termasuk dari Yogyakarta, Pekalongan, Jepara hingga Bali untuk membuat produk dengan label CariSouvenir sejak 2014.

“Modal awal usaha ini cukup besar, sekitar Rp 50 juta, yang kami pergunakan untuk membeli produk dari pengrajin di sejumlah daerah seperti Sumedang, Jogja, Jepara, Pekalongan hingga Bali,” ungkapnya.

Dalam perjalanan membuat produk, Ukurmah melihat bahwa boneka kayu ondel-ondel sangat diminati. Boleh jadi, karena produk ini terbilang unik dan khas. Apalalgi Ukurmah rupanya punya kecintaan tersendiri terhadap budaya Betawi.

“Kesenian dan kebudayaan Betawi seperti ondel-ondel sangat menarik dan unik sehingga patut untuk dilestarikan. Karena itu, kami sangat ingin supaya ondel-ondel bisa menjadi suvenir sehingga kami melakukan pengembangan produk ondel-ondel menjadi produk yang unik, yang cantik, yang bisa dijadikan suvenir sehingga bisa menjadi lebih terkenal,” katanya.

Selain boneka kayu ondel-ondel, CariSouvenir sejak 2014 yang memproduksi aneka souvenir berbahan kayu. Mulai dari gantungan kunci, magnet kulkas, hingga alat musik seperti Karimba. Menurut Ukurmah, bahan baku dari pembuatan produk ini adalah kayu yang didapat secara legal dan tersertifikasi.

“Setiap produk kami berbahan utama kayu yang didapat secara legal dengan sertifikat V legal dari Mutu Agung Lestari. Sedangkan cat yang kami pakai juga ramah lingkungan ada sertifikat dari Laboratorium SGS. Kebanyakan produk kami adalah handmade, lukisan pakai tangan,” ujarnya menegaskan.

Selain itu, semua produk yang dikerjakan di CariSouvenir ini dikerjakan dengan tangan tanpa menggunakan mesin. Hal ini menjadi keunggulan produk CariSouvenir karena produk menjadi unik dan berkualitas. Harganya juga bervariabel mulai dari Rp 5000 hingga ratusan ribu per potong.

Menurut Ukurmah, CariSouvenir kini bisa mendapat 70 transaksi setiap bulan dengan omzet sekitar Rp 17 juta per bulan. “Tentu ini bukan hal yang mudah. Bahkan di saat awal kami berjualan di Tokopedia, bulan Mei mendaftar, baru bulan oktober dapat pembeli,” ungkapnya.

Beberapa jenis produk souvenir favorit dan masih diburu orang hingga saat ini yaitu boneka ondel-ondel dan beberapa produk sebagai pendukung dekorasi ruangan.

“Produk yang paling favorit adalah boneka ondel-ondel dan beberapa produk dekorasi lain seperti aquarium cermin. Konsumen mencari produk ini sebagai produk pendukung untuk dekorasi ruangan mereka,” ungkapnya.

 

produk CariSouvenir
Untuk memperluas jangkauann pasar, ukurmah memanfaatkan marketplace. Hasilnya, produk CariSouvenir sudah menjangkau ke berbagai kota seperti Yogyakarta, Jawa Timur, Batam, Aceh, Balikpapan, Bali hingga Gorontalo. (Foto: Istimewa/youngster.id)

 

Kreatif dan Tren

Menurut Ukurmah, para pelaku usaha yang terjun ke bisnis ini dituntut untuk terus kreatif. Salah satunya dengan selalu mengikuti perkembangan tren yang ada.

“Penting bagi kami untuk selalu bisa mengikuti perkembangan tren. Ini menjadi tantangan kami selama ini. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah tantangan dari para pesaing baik dari produk yang dibuat oleh sesama perajin dalam negeri maupun dari produk impor,” kata Ukurmah.

Kondisi pandemi Covid-19 juga menjadi tantangan tersendiri. Bahkan, dia mengaku penjualan mengalami penurunan tajam. “Saat pandemi Covid-19 datang omzet kami turun sekitar 35%,” ungkapnya.

Hal ini mendorong mereka untuk mengubah strategi agar dapat terus berproduksi dan perajin tetapi mendapat pemasukan. “Kami terus berusaha melakukan pengembangan produk dan promosi di marketplace dan sosmed,” tegasnya.

Begitu juga dalam hal menghadapi persaingan usaha. Ukurmah mengatakan, dirinya juga dituntut untuk selalu melakukan pengembangan produk. Agar usaha CariSouvenir bisa lebih maju selangkah dari para pesaingnya.

Pengalaman menjadi modal untuk bisa bertahan di tengah persaingan. “Kami intens menggunakan medsos seperti TikTok untuk berpromosi. Kami juga sedang mempersiapkan pengembangan produk, supaya ada variasi produk dan pelanggan tidak bosan,” katanya.

Di sisi lain, UKurmah berharap dapat membantu para perajin di Indonesia dalam memperbaiki perekonomian bagi keluarganya. “Saya terdorong untuk bisa membantu masyarakat perajin sekaligus memperbaiki perekonomian bagi keluarga mereka,” tutur Ukurmah.

Untuk membantu para keluarga perajin yang terkena musibah, Ukurmah bahkan menyediakan beasiswa bagi anak-anak pengrajin. “Kami memberikan sedikit beasiswa yang kami sisihkan dari hasil penjualan. Kami juga memberikan santunah jika keluarga pengrajin mengalami musibah. Kami berharpa pandemi ini segera berallu dan ekonmi bisa kembali normal. Sehingga omzet kami bisa kembali naik dan para pengrajin dapat hidup lebih sejahtera lagi,” pungkas Ukurmah.

 

=======================

Ukurmah Suda

=======================

 

FAHRUL ANWAR

Editor : Stevy Widia

Exit mobile version