youngster.id - AC Ventures menutup putaran pertama dana kelolaan kelima (Fund V). Dari target sebesar $250 juta atau setara Rp 3,7 triliun. Pemodal ventura ini akan lebih fokus berinvestasi pada startup tahap awal karena sejumlah alasan.
Diberitakan, ACV telah mengumpulkan 65% atau sekitar $162,5 juta atau setara Rp2,4 triliun, yang sebagian besar berasal dari Limited Partner (LP) pada dana kelolaan sebelumnya.
“Kami berinvestasi pada digitalisasi di Indonesia dan pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara. Tahun lalu, PDB dari sektor digital Indonesia mencapai $70 miliar dan diproyeksi tumbuh lebih dari $350 miliar dalam lima tahun ke depan. Kami telah membangun ekspertis melalui pengalaman berinvestasi selama ini, terutama pada commerce, fintech, dan UMKM,” kata Adrian Li Managing Partner dan Co Founder AC Ventures yang dilansir Techcrunch.
Menurut Adrian, investor global tertarik dengan Asia Tenggara karena menunjukkan pertumbuhan pasar yang semakin mature, ditandai dengan melantainya GoTo dan Bukalapak di bursa saham, serta meningkatnya investasi di tahap later-stage dan secondary exit. Adapun, LP pada Fund V berasal dari Asia Utara, Amerika Serikat, Eropa, hingga Timur Tengah.
Ia juga menyebut pihaknya memainkan strategis yang sukses untuk tetap fokus menjadi investor pada startup tahap awal karena sejumlah alasan. Pertama, AC Ventures dapat terlibat dengan para founder untuk merekrut key talent dan berbagai pedoman operasional mereka. Seiring dengan pertumbuhan tim, pemodal ventura ini dapat membantu founder untuk membentuk fundamental pada budaya kerja, komunikasi, dan talent.
“Selain itu, kami berinisiatif untuk mendorong kemitraan dengan konglomerat dan para pemangku kepentingan di Indonesia untuk mengakselerasi pertumbuhan bisnis startup. Misalnya, kemitraan startup fintech dan bank untuk memperluas akses pinjaman,” ujarnya.
Pada tahun ini AC Ventures telah berinvestasi pada 22 startup dalam sembilan bulan terakhir melalui Fund V. Mereka mendanai diantaranya SkorLife, KLAR, Esensi Solusi Buana (ESB), Atma, IDEAL, BRIK dan terbaru adalah Reku.
Adrian mengatakan, meski AC Ventures terbilang agnostik, Fund V akan difokuskan pada sektor baru, termasuk climate tech. Untuk startup tahap awal, ticket size yang dikucurkan berkisar $2 juta, dan sebagian besar dana akan disimpan untuk investasi lanjutan (follow-on investment).
Adrian juga memberikan sejumlah catatan penting terkait situasi ekonomi saat ini dan dampaknya terhadap startup. Ia melihat bagaimana valuasi startup di semua tahap (stage) sampai turun sebesar 30%-40%. Namun, di sisi lain ia juga melihat ada perkembangan kualitas pada para founder.
Sebelumnya ACV menutup dana kelolaan ketiga (Fund III) senilai $205 juta atau Rp3 triliun. Sebagian dari Fund III sudah diinvestasikan sejak penutupan pertama pada Maret 2020. Adapun, International Finance Group (IFC) milik Bank Duni dan Disrupt AD milik Abu Dhabi Developmental Holdings bergabung menjadi LP pada dana kelolaan ini.
Sementara, dana kelolaan keempat (Fund IV) dijalankan oleh tim berbeda dengan fokus pada Malaysia. Secara keseluruhan, total portofolio ACV di Indonesia dan Asia Tenggara telah mencapai 120, termasuk Xendit, Shipper, Aruna, Carsome, dan Stockbit.
STEVY WIDIA
Discussion about this post