Agung Bezharie Hadinegoro : Berdayakan Para Pemilik Warung dengan Teknologi

Agung Bezharie Adinegoro, Founder & CEO Warung Pintar (Foto: Fahrul Anwar/Youngster.id)

youngster.id - Warung adalah bentuk usaha retail skala kecil yang jumlahnya cukup banyak di negeri ini. Sayangnya, mayoritas dari mereka belum tersentuh kenyamanan dan kemudahan teknologi. Namun kini, ada peluang untuk menjadikan warung bisnis masa depan berbasis teknologi.

Peluang ini lahir dalam bentuk Warung Pintar, yang digagas Agung Bezharie Hadinegoro. Ini adalah konsep warung masa depan yang mengintegrasikan teknologi pada warung tradisonal. Mereka melihat mayoritas masyarakat kelas menengah ke bawah itu punya banyak usaha sendiri. Dan paling populer adalah buka warung atau berdagang ritel kecil-kecilan.

“Ide awal mendirikan Warung Pintar bermula melihat banyak startup yang ada saat ini targetnya mengarah ke menegah atas semua. Padahal kalau melihat kekuatan Indonesia adalah jumlah populasinya yang 260 juta jiwa, mengapa nggak ada yang ngambil segmen bawah yang jumlahnya sangat banyak,” jelas Agung, Founder & CEO Warung Pintar kepada Youngster.id di Jakarta.

Menurut Agung, warung yang merupakan bagian dari usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) telah lama menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Tahun lalu, UMKM menyumbang 60% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Warung sebagai UMKM telah ada sejak abad ke-19 dan merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia. “Kami percaya bahwa teknologi seharusnya dapat diakses semua orang, dan populasi Indonesia dapat berperan aktif dalam ekonomi digital melalui Warung Pintar,” sambungnya.

Sebelum mendirikan startup Warung Pintar, pria yang pernah menjabat sebagai investment associate di East Ventures terlibat dalam proyek Creative Shared Value (CVS) yang digelar oleh East Ventures di tahun 2017.Hasil obeservasi akan kegiatan di lingkungan ini mereka mendapati bahwa banyak pemilik warung tradisonal tidak tahu bagaimana mengembangkan bisnis dengan baik di era digital ini. “Mereka tidak tahu profit berapa, omzet per hari berapa, atau inventory movement berapa. Mereka bukan tidak peduli, cuma pemahaman dan kesempatan untuk belajar itu tidak ada buat mereka,” ucapnya.

Berangkat dari pengetahuan itu, East Venture pun melakukan project Warung Pintar dan menunjuk Agung dsebagai CEO Warung Pintar. Tujuan utamanya adalah untuk melayani para pengusaha warung tradisional yang ingin melakukan modernisasi bisnis. Seperti akses ke barang kebutuhan sehari-hari dengan harga lebih murah, melengkapi infrastruktur warung dengan beragam perangkat elektronik, pemanfaatan software guna menunjang usaha, memungkinkan warung menjual barang digital, dan lain sebagainya.

“Warung pintar ingin memberdayakan segmen masyarakat yang belum terpapar dunia digital. Jadi ini kami menjadikan kios ritel terintegrasi dengan teknologi,” ujarnya.

 

Melalui Warung Pintar ini Agung Bezharie ingin memberdayakan para pemilik warung dengan solusi teknologi yang end to end (Foto: Fahrul Anwar/Youngster.id)

 

Tiga Pilar

Warung Pintar pertama berdiri di Jalan Satrio. Dan kini sudah ada 12 Warung pintar di seluruh Jakarta. Berbeda dengan warung tradisonal, dalam operasinya Warung Pintar menggunakan teknologi Internet of Things (IoT), analisis big data, dan blockchain. Melalui tiga pilar ini, Warung Pintar dapat menyediakan data ritel yang akurat, memahami perilaku konsumen dan blockchain dapat meningkatkan transparansi dan kepercayaan dari para pemilik warung.

“Terus kalau model bisnis kam ini sebenarnya enable warung, kepemilikannya nggak di kami. Jadi kepemilikannya itu ada di mitra kami. Stakeholder selalu ada 3, antara kami, pemilik, dan operasionalnya dan kami ini monitoringnya. Jadi pemilik dan operation itu bisa beda-beda. Nah kalau operasionalnya beda, berarti kami bantu yang operasionalnya,” ungkapnya.

Dengan konsep itu, lanjut Agung, Warung Pintar juga mengimplementasikan sejumlah portofolio East Ventures dalam operasinya. Kasir Warung Pintar menggunakan sistem MokaPOS, sementara pencatatan keuangan dan akuntansi menggunakan sistem Jurnal. Pelanggan juga dapat mengisi ulang pulsa serta membeli tiket dan barang-barang lainnya melalui Kudo. Pengadaan produk dan sistem distribusi last mile disediakan oleh Do-cart. Sistem distribusi gudang yang dikelola Waresix. Selain itu, seluruh warung juga selalu siap untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan co-working space EV Hive.

Diakui Agung, tentu saja konsep ini tidak dengan mudah diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu, ia dan timnya melakukan pendekatan sosial terlebih dahulu dengan mendatangi para pemilik warung yang ada di Jakarta.

Lulusan S2 Bisnis Institut Teknologi Bandung ini mengungkapkan, di awal usaha ini ada banyak kendala. “Salah satunya ketika kami mendatangi para pemilik warung kami dibilang bohonglah, dibilang nyusahin aja, diusir dan menghabiskan waktu, ya biasalah. Karena kami mencoba mengubah sesuatu, membawa sesuatu pasti banyak yang anti dan tidak setuju awalnya. Tapi, yang penting niat kami ini bagus” kisahnya sambil tersenyum.

Menurut penggemar game ini, pihaknya menawarkan format kerja sama berupa kemitraan dengan para pemilik warung. “Kami tidak menjdi pemilik warung, tetapi menjadi mitra. Jadi stakeholder itu adalah kami, pemilik dan operasional yang kami monitoring langsung,” ujarnya.

Dalam upaya membuka jaringan, Agung juga mengaku kerap menemui masalah. “Setiap hari ada seperti ada orang yang mau menipu, ada orang yang mau jahat dan ada juga maling. Selain itu kepercayaan akan usaha ini masih rendah.  Antisipasi kami selalu belajar dari kesalahan saja,” ucap Agung.

 

Agung mengajak para pemilik warung untuk bergabung dengan Warung Pintar (Foto: Fahrul Anwar/Youngster.id)

 

Pendanaan Awal

Sesungguhnya Warung Pintar menawarkan bentuk kerja sama berupa kemitraan dengan pemilik warung. Agung mengungkapkan, untuk kemitraan ini pemilik warung hanya perlu memberikan komitmen, kejujuran serta waktu mereka untuk memperbaiki warung sewaktu-waktu dibutuhkan.

“Kami punya beberapa jenis produk dengan modal awal yang berbeda-beda, dengan range harga Rp 38 – 54 juta. Kami terus men-develop produk sesuai dengan kebutuhan user kami. Di samping itu kami juga menawarkan financing yang bekerja sama dengan beberapa financial institution untuk dapat membantu solusi permodalan user kami,” ungkapnya.

Untuk memuluskan perkembangan usahanya, dua orang ahli teknologi bisnis yakni Sofian Hadiwijaya dan Pandu Kartika Putra pun direkrut. Sofian bertanggung jawab sebagai pemimpin untuk tim teknis. Pengalamannya sebagai pembina komunitas teknologi dan petinggi di Kudo, Pinjam.co.id dan Go-Jek dinilai akan memberikan dampak pertumbuhan bagi Warung Pintar. Sedangkan Pandu adalah Associate of Civic Project untuk East Ventures. Sebelumnya, ia menjadi spesialis teknologi untuk kepentingan umum dan pernah terlibat dalam beberapa kegiatan seperti Code for Bandung dan Code4Nation.

Dengan mengusung konsep warung masa depan, Warung Pintar pun memperoleh pendanaan awal senilai US$ 4 juta atau Rp 55 miliar dari konsorsium investor yang terdiri dari SMDV, Digital Garage, East Ventures, Triputra Group dan beberapa angel investor.

Menurut Agung, dana yang diperoleh ini akan difokuskan untuk mengembangkan prototype menjadi produksi massal dengan target beberapa ratus Warung Pintar di area Jabodetabek tahun ini.

“Sekarang kami sedang memprioritaskan yang punya tempat di Jabodetabek dulu. Tentu usaha itu tidak ilegal tempatnya. Misal sewanya jelas sama siapa dan warung yang disediakan dari yang kecil sampai ukuran besar dan itu pengaruh terhadap profit yang didapatkan nantinya. Jadi kalau memang mau join, kami selalu terbuka. Selain itu Kami juga menyediakan solusi end to end yang bisa membantu siapa saja untuk mencari lahan dan dana untuk membuka warung baru. Lewat platform yang mereka sediakan, siapa saja bisa menjadi investor dan memberikan pendanaan kepada orang-orang yang berniat mendirikan warung,” ungkapnya.

Sejak diluncurkan pada Oktober 2017, Warung Pintar kini mulai dilirik para pebisnis ritel kecil. “Sudah ada 300 pemilik warung yang ingin bergabung dengan kami. Sekarang kami belum bisa merealisasikan semua, karena terkendala lokasi dan kepastian kepemilikan usaha,” ujar Agung.

“Kami berkeinginan dapat menjangkau seluruh indonesia. Untuk tahun ini kami menggunakan sistem clustering sehingga penyebarannya lebih terfokus, dimulai dari Jabodetabek kemudian menyebar ke daerah sekitarnya. Kami menargetkan beberapa ratus [buah Warung Pintar] di tahun ini dengan berbagai varian model, ukuran, dan jenis yang berbeda,” pungkasnya.

 

====================================

Agung Bezharie Hadinegoro

=====================================

 

FAHRUL ANWAR

Editor : Stevy Widia

Exit mobile version