youngster.id - Pengelolaan Sumber Daya Manusia di tengah era disrupsi yang penuh dengan proses transformasi digital menjadi suatu tantangan tersendiri yang harus dihadapi oleh industri asuransi.
Dalam menyiapkan organisasi maupun sumber daya manusia dalam merespon perubahan ini adalah dengan cara menerapkan prinsip kerja Agile. Allianz Indonesia percaya bahwa Agility akan menjadi salah satu atribut kompetitif yang harus dimiliki. Bekerja dengan prinsip Agile ini diyakini dapat menciptakan solusi proteksi dengan cepat dan sesuai kebutuhan.
“Menerapkan Agile memungkinkan kami untuk merancang customer experience yang menyeluruh, mengujinya dengan nasabah kami, kemudian beradaptasi dan mengubahnya dengan cepat jika dalam perjalanannya kami membutuhkan perbaikan, sehingga kami dapat terus berkembang dan fokus dalam menciptakan pengalaman terbaik. Agile itu sendiri harus ditunjukkan secara simultan dan memberikan perbaikan yang komprehensif tidak hanya pada proses dan sistem yang kami jalankan, tetapi juga pada SDM kami,” kata Joos Louwerier, Country Manager dan Direktur Utama Allianz Life Indonesia melalui keterangan persnya Sabtu (1/6/2019).
Terkait kondisi ini Allianz Indonesia berkomitmen terhadap pengembangan karyawan sebagai human capital atau SDM yang menjadi kunci sukses perusahaan. Salah satu inovasi yang dilakukan Allianz Indonesia dalam pengembangan human capital adalah dengan menginisiasi Allianz Innovation. Dengan tatanan ruang kerja yang modern dan terbuka, Allianz Innovation Lab menyediakan ruang untuk karyawan berdiskusi, bereksperimen, dan berbagi ide secara bebas, sehingga hasil akhirnya dapat memberikan pengalaman terbaik bagi nasabah.
Selain itu, mulai akhir tahun 2018 lalu, demi membangun lingkungan kerja yang nyaman, secara internal Allianz Indonesia menjalankan kampanye visi dan budaya perusahaan #HappyLifeMadeeAZy, yaitu menciptakan #HappyLife untuk karyawan dan nasabah melalui inisiatif dan inovasi yang mengarah ke produk, layanan serta proses yang mudah dan sederhana (#MadeeAZy).
Implementasi #HappyLifeMadeeAZy ini salah satunya adalah dengan menjalankan flexible, compressed, dan shift working hours. Penerapan jam kerja ini membolehkan para karyawan untuk mengatur jam kerja sesuai dengan kebutuhan masing-masing dan memberikan karyawan lebih banyak waktu untuk dihabiskan bersama keluarga atau untuk urusan pribadi. Allianz Indonesia juga memberikan pilihan kepada karyawan untuk mengenakan pakaian kasual setiap hari, menghilangkan kesan formal dan kaku yang sudah melekat di industri keuangan.
“Selain dresscode dan jam kerja, perusahaan juga melakukan peninjauan kinerja tahunan yang terstandardisasi untuk pengembangan jalur karier masing-masing karyawan. Hal tersebut kami jadikan dasar untuk mempertahankan talenta terbaik di industri. Kami juga memiliki skema remunerasi yang menarik dan kompetitif, semakin berprestasi, maka semakin tinggi remunerasinya. Serta menyediakan berbagai tunjangan seperti monthly & quarterly engagement allowance yang tujuannya untuk menguatkan karyawan antar departemen dan lintas divisi, serta manfaat di luar bonus kinerja pertengahan dan akhir tahun,” ungkap Juanita Wibowo, Chief of Human Resources Allianz Life Indonesia.
Selain terus melakukan pengembangan kualitas karyawan dalam menghadapi era disrupsi yang sedang terjadi di industri, divisi Human Resources Allianz Indonesia juga terus melakukan transformasi dengan mereview people competencies, proses, dan sistem. Allianz juga terus melakukan people upskilling agar siap dengan perubahan yang terjadi, leadership training, memperbaiki sistem rekrutmen dengan mengutamakan perekrutan dari 20 universitas terbaik di Indonesia, employer branding ke beberapa universitas terkemuka, serta market mapping.
Tahun 2030 diprediksi Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi ketujuh terbesar dunia dan membutuhkan 113 juta tenaga ahli yang harus siap bersaing di dunia global. Namun demikian berdasarkan data World Bank tahun 2018, Indonesia baru menempati peringkat 87 Human Capital Index dari 157 negara dengan nilai 0.53. Semakin tinggi nilai suatu negara mendekati angka 1, maka produktivitas dan kinerjanya akan semakin tinggi. Ini artinya daya saing Human Capital Indonesia masih berada di urutan 87 dari 157 negara sehingga diperlukan kerja keras dalam meningkatkan kualitas dan kompetensi SDM.
FAHRUL ANWAR