youngster.id - Sejatinya, perusahaan edukasi berbasis teknologi seperti Cakap, mampu menjawab persoalan di bidang pendidikan, termasuk masih belum meratanya peningkatan keterampilan di kalangan siswa maupun pekerja. Dengan begitu Cakap dapat memberikan dampak melalui pendidikan.
Hal itu terungkap dari laporan Cakap Impact Report 2023 yang bertajuk Breaking Barriers to Borderless Education. Sepanjang 2023, Cakap menerapkan empat Impact Value Chain (IVC) untuk memberikan dampak, yang selaras dalam tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
Keempat strategi tersebut adalah Akses Pendidikan Berkualitas untuk Semua: Siswa, Pekerja, dan Perusahaan; Mendorong Pendidikan Inklusif dan Pengembangan Keterampilan untuk Kelompok Marginal; Mengatasi Kesenjangan dan Meningkatkan kualitas Pendidik Indonesia; serta menghadirkan Asesmen Bahasa yang Terjangkau dan Inklusif.
Tomy Yunus, CEO & Co-founder Cakap, menegaskan bahwa pihaknya berdedikasi untuk menjadi platform pendidikan terkemuka di Indonesia. Melalui pembelajaran seumur hidup yang dipersonalisasi, sertifikasi kualitas, dan pencocokan pekerjaan yang inovatif.
“Kami bertujuan untuk meningkatkan kehidupan dan menciptakan dampak positif yang langgeng pada individu maupun pemangku kepentingan,” kata Tomy, Kamis (13/6/2024).
Selain persoalan akses, data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan yang cukup tinggi dalam menyelesaikan tingkat pendidikan di Indonesia. Untuk tingkat SMA/sederajat saja, pada tahun 2022 hanya 20,9% orang Indonesia yang menyelesaikannya, dan hanya 4,4% yang mampu mengecap bangku kuliah hingga meraih gelar sarjana. Lanskap pendidikan ini tidak hanya menggarisbawahi kesenjangan yang signifikan tetapi juga mengisyaratkan implikasi yang lebih luas untuk kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi yang dapat dukung melalui pendidikan non-formal.
Persoalan-persoalan inilah yang hendak dijawab edtech Cakap: kelas bahasa dan vokasi dari Cakap yang hingga kota penjuru di Indonesia, Merupakan perwujudan poin 4 SDG, yakni memberikan pendidikan berkualitas secara merata. Sementara kelas yang sifatnya meningkatkan literasi (keuangan, memulai usaha bagi tingkat UMKM) menjadi perwujudan penyelesaian tantangan dan solusi bagi tujuan pembangunan pada poin ke-5 (kesetaraan gender), 8 (Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi), serta 10 (Berkurangnya kesenjangan).
Sebanyak 73% siswa pelatihan UMKM dari program Cakap untuk Bangsa menyatakan bahwa mengikuti pelatihan di Cakap mempengaruhi perkembangan bisnis mereka. Tidak hanya siswa, pengembangan kompetensi terhadap guru juga menjadi perhatian utama dalam edukasi, di mana 94% lulusan Cakap Teacher Academy (CTA) menyatakan bahwa program Cakap meningkatkan peluang kerja mereka.
“Sebelum saya mendapat pelatihan, banyak informasi yang saya belum ketahui. Setelah menyelesaikan pelatihan (mengenai UMKM), ilmu yang saya dapat sangat menunjang saya dalam membangun usaha,” ungkapr FX Raf Martin, asal Kabupaten Sikka Nusa Tenggara Timur. Sementara ”Saya mendapat promosi di tempat kerja, dan mendapat kesempatan bekerja dari kantor pusat,” tegas Christine Katiga, Siswa Kelas Bahasa Jepang.
Tomy menegaskan bahwa Cakap berdedikasi untuk terus konsisten sebagai platform pembelajaran berkelanjutan, sehingga di masa depan pendidikan dengan mengentaskan berbagai batasan.
“Didukung dengan lebih dari 2.300 guru dan fasilitator, kami telah mengubah lebih dari 4,5 juta siswa dalam mengungkap bakat potensial terbaik mereka. Lebih dari 90% siswa kami merasa Cakap berkontribusi dalam meningkatkan kompetensi mereka dan berdampak langsung pada akademik maupun karir mereka,” tutup Tomy.
Dalam Laporan Dampak tahun 2023, Cakap menggandeng Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), dan konsultan penelitian Advisia. untuk memastikan data dan analisis yang akurat serta objektif.
“Perkembangan pendidikan di Indonesia sebenarnya cukup pesat, namun pendidikan formal khususnya sekolah masih minim. (contohnya) di pedesaan, akses pendidikan masih sulit (disinilah) pendidikan online sangat membantu,” kata Herta Napitupulu, Wakil Dekan Fakultas Psikologi UI.
STEVY WIDIA