youngster.id - Berdasarkan riset terbaru, Facebook memprediksi pertumbuhan konsumen digital di Asia Tenggara meningkat di tahun 2021. Dalam studi yang mendalami tentang tren ekonomi digital dan masa depan e-commerce di Asia Tenggara, Bain & Company memperkirakan pertumbuhan konsumen digital di Indonesia mencapai 165 juta pada akhir 2021. Total pertumbuhan konsumen digital di kawasan Asia Tenggara diprediki akan mencapai 350 juta pada akhir 2021. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sekitar 310 juta pada akhir 2020. Pertumbuhan ini disebut menggambarkan, 80% konsumen di Asia Tenggara akan beralih ke digital pada akhir 2021. Sebagai perbandingan, konsumen digital di Indonesia pada akhir 2020 ada sekitar 144 juta.
“Melihat perjalanan belanja online konsumen Indonesia dan gaya hidup digital yang semakin berkembang, sangatlah penting bagi kita untuk mengatur kembali strategi untuk berinteraksi dengan konsumen,” kata Pieter Lydian Country Director untuk Facebook di Indonesia dalam keterangan resmi, Jumat (17/9/2021).
Data riset menunjukan, konsumen di Indonesia tidak hanya berbelanja secara daring, tapi banyak yang menggunakan platform online sebagai sarana melakukan pembelian. Studi menyebut 48 persen responden melakukan hal tersebut. Selain itu, 56% responden mengatakan tidak tahu apa yang mereka beli ketika sedang online. Ada pula 44% responden mengatakan mereka mencoba toko online baru yang belum diketahui sebelumnya pada tahun ini.
Dalam studi ini, para responden juga mengaku membeli barang secara online di banyak kategori. Studi menemukan responden saat ini membeli barang secara online dengan rata-rata 8,8 kategori, 70% lebih tinggi dari rata-rata 5,1 pada 2020.
Studi ini juga menunjukkan potensi besar untuk membangun loyalitas dan pertumbuhan merek, karena pasar e-commerce masih terpecah. Pada 2021, konsumen yang cakap melihat-lihat di 8,2 situs web berbeda sebelum membuat keputusan pembelian.
Angka ini meningkat drastis jika dibandingkan pada 2020 yakni sekitar 5,1 situs web. Di samping itu, konsumen kini juga lebih sadar lingkungan. Hal itu ditunjukkan dengan 93% responden mengaku bersedia membayar lebih untuk produk berkelanjutan dan bertanggung jawab secara sosial. Ada pula 82% responden bersedia membayar lebih hingga 10% untuk produk tersebut.
Gaya hidup home-centric juga sudah semakin mengakar di Indonesia. Karenanya, studi ini memprediksi sekitar 85 persen waktu yang dihabiskan untuk makan di rumah dari jasa antar makanan diperkirakan masih akan tetap ada pasca-pandemi.
Adapun untuk fase pencarian produk kini menjadi penting, karena 83 persen sarana pembelian untuk menemukan barang yang harus dibeli diakses secara online. Sementara hanya 17% yang masih memanfaatkan sarana offline.
Tidak hanya itu, saluran digital kini memperoleh porsi 56% dari keseluruhan transaksi, dengan 44% sisanya lewat sarana offline. Media sosial disebut menjadi saluran teratas untuk fase pencarian, terutama video di media sosial.
“Temuan ini menunjukkan fakta bahwa sekarang adalah saat yang tepat bagi merek untuk berani maupun kreatif dalam bereksperimen dengan cara-cara baru untuk bertemu dan ditemukan oleh konsumen digital,” tutur Pieter melanjutkan.
Laporan ini juga menemukan lebih dari 80% dana perusahaan modal ventura mengalir ke sektor internet dan teknologi, terutama Fintech, EdTech, serta HealthTech. Karenanya, laporan ini menujukkan disrupsi mungkin lebih terlihat pada sektor kesehatan dan pendidikan.
STEVY WIDIA
Discussion about this post