youngster.id - Kolaborasi, komunikasi, dan negosiasi adalah kunci untuk memastikan teknologi dapat dimanfaatkan secara maksimal dan bertanggung jawab. Untuk itu, Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) Republik Indonesia bekerja sama dengan Microsoft meluncurkan ElevAIte Indonesia, sebuah inisiatif pelatihan kecerdasan buatan (AI) untuk membekali 1 juta talenta Indonesia dengan keterampilan yang relevan di era transformasi digital.
Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menekankan pentingnya pendekatan yang bijak dalam pemanfaatan teknologi, khususnya AI, yang semakin memengaruhi berbagai aspek kehidupan.
“Pemanfaatan AI tidak bisa dilakukan secara sepihak. Kita memerlukan sinergi dengan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, pelaku industri, hingga masyarakat,” ujar Meutya, Senin (2/12/2024).
Dengan melibatkan mitra ekosistem yang luas, inisiatif ini dirancang untuk membekali generasi muda dan tenaga kerja dengan keterampilan AI yang sesuai dengan kebutuhan industri dan masyarakat. Selain meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, program ini juga menjadi landasan bagi Indonesia untuk bersaing di tingkat global dan menuju cita-cita Indonesia Emas 2045.
Inisiatif ElevAIte Indonesia menjadi semakin penting mengingat meningkatnya kebutuhan keterampilan AI dalam dunia kerja. Menurut laporan Work Trend Index yang Microsoft dan LinkedIn keluarkan di awal tahun 2024, 69% pemimpin di Indonesia menyatakan bahwa mereka tidak akan merekrut seseorang tanpa keterampilan AI. Sebanyak 76% bahkan cenderung merekrut kandidat dengan pengalaman kerja yang lebih sedikit namun handal menggunakan AI, dibandingkan kandidat berpengalaman tanpa kemampuan AI.
Dharma Simorangkir, Presiden Direktur Microsoft Indonesia mengatakan, dengan sekitar 70% penduduk Indonesia berada dalam usia produktif, membekali mereka dengan keterampilan AI yang tepat menjadi kian penting.
Untuk itu, ElevAIte Indonesia akan berfokus pada pembekalan keterampilan mengadopsi AI secara bertanggung jawab. Mulai dari menggunakan tools AI agar dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat dan dengan kualitas yang lebih baik, hingga mengembangkan solusi AI untuk menciptakan nilai tambah dan menjawab permasalahan nasional yang paling mendesak.
“Penting untuk diingat bahwa transformasi AI bukan hanya transformasi teknologi, melainkan transformasi nasional. Kami merasa terhormat dapat bermitra dengan Kemkomdigi dan segenap ekosistem nasional untuk memberdayakan talenta Indonesia,” kata Dharma.
Guna mencapai target 1 juta pembekalan keterampilan AI bagi masyarakat Indonesia hingga tahun 2025 mendatang, implementasi ElevAIte Indonesia akan terbagi ke dalam lima pilar utama, dengan Biji-Biji Initiative dan Dicoding sebagai mitra pelatihan.
Pertama, Menyiapkan lembaga pemerintah untuk mendorong kecakapan AI nasional. Pilar ini berfokus pada pemberian pelatihan keterampilan AI bagi aparatur sipil negara, penguatan kapabilitas keamanan siber di lembaga pemerintahan, dan inisiasi pelayanan publik berbasis AI.
Kedua, Integrasi AI di industri strategis nasional. Pilar ini berfokus pada percepatan transformasi AI bagi pelaku industri Indonesia, mulai dari UMKM hingga enterprise, guna meningkatkan inovasi dan menciptakan nilai ekonomi AI baru.
Ketiga, Keterampilan AI dalam dunia pendidikan. Pilar ini berfokus pada revolusi pembelajaran dalam berbagai sistem pendidikan di Indonesia, pembekalan keterampilan AI bagi pendidik, dan pengembangan generasi developer baru di Indonesia. Indonesia sendiri memiliki jumlah developer yang signifikan.
Laporan GitHub menunjukkan bahwa Indonesia merupakan rumah terbesar ketiga bagi komunitas developer GitHub di di kawasan Asia Pasifik, setelah India dan Tiongkok. Indonesia pun diproyeksikan menjadi salah satu dari lima komunitas developer terbesar di GitHub secara global pada tahun 2026. Tidak hanya itu, Indonesia juga merupakan salah satu kelompok dengan pertumbuhan developer tercepat di Asia Pasifik, dengan peningkatan jumlah developer di GitHub mencapai 31 persen dari tahun ke tahun (year-on-year) pada tahun 2023.
Keempat, Peningkatan keterampilan AI bagi komunitas. Pilar ini berfokus pada pemberian keterampilan AI bagi kelompok masyarakat yang kurang terlayani, kurang terwakili, dan termarginalkan secara digital. Termasuk di antaranya adalah perempuan, penyandang disabilitas, dan masyarakat yang berada di daerah-daerah terpencil. NUCare Global dan Microsoft Innovative Educator Expert merupakan mitra program ini, dengan lebih banyak mitra akan diumumkan secara terpisah.
Kelima, Demokratisasi AI bagi setiap individu. Pilar ini hendak memastikan setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk belajar AI. Untuk itu, sebagai bagian dari ElevAIte Indonesia, Microsoft telah meluncurkan AI Skills Navigator, sebuah platform yang menyatukan seluruh konten pembelajaran dari Microsoft Learn dan LinkedIn Learning. Dibekali dengan asisten AI dan dapat diakses melalui aiskillsnavigator.microsoft.com, platform ini dapat mempermudah individu menemukan materi pembelajaran AI yang sesuai dengan tujuan, minat, dan gaya belajar masing-masing. Versi Bahasa Indonesia dari platform ini akan tersedia dalam waktu dekat.
Narenda Wicaksono, Chief Executive Officer Dicoding mengatakan, sebagai platform edukasi teknologi pihaknya menyadari kapabilitas baru AI telah menjadi terobosan teknologi terbesar dalam beberapa tahun terakhir.
“Kami sendiri telah menggunakan AI untuk melayani lebih dari 1 juta member dicoding. Kami percaya bahwa dengan keterampilan AI yang tepat, individu dan organisasi dapat menciptakan solusi inovatif yang berdampak positif bagi masyarakat, industri, maupun negara. Itulah sebabnya, kami senang dapat bergabung dengan Kemkomdigi, Microsoft, dan segenap ekosistem digital Indonesia lainnya di inisiatif ElevAIte Indonesia,” kata Narenda.
Rashvin Pal Singh, Group CEO Biji-biji Initiative menambahkan, selama dua tahun terakhir, pihaknya telah banyak bekerja sama dengan Kemkomdigi dan Microsoft untuk menyelenggarakan program-program keterampilan AI.
“Kini, dengan adanya ElevAIte Indonesia, kami berharap dapat semakin memperluas kesuksesan yang ada, dengan pendekatan yang kian terintegrasi dan terukur,” kata Rashvin. (*AMBS)