youngster.id - Kewirausahaan dapat menjadi salah satu solusi untuk membangun lingkungan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Wismilak Foundation melalui program Diplomat Success Challenge (DSC) terus menjadi gerakan dalam memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan dan masyarakat.
“Kewirausahaan dapat menjadi motor penggerak dalam menciptakan solusi lingkungan yang berkelanjutan. Dengan memanfaatkan teknologi dan inovasi, para Greenpreneurs jebolan DSC ini dapat menciptakan produk yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga memberikan manfaat bagi masyarakat,” ungkap Edric Chandra selaku Program Initiator DSC dalam jumpa pers, Selasa (12/9/2023).
Menurut Edric, pembahasan mengenai kelestarian dan kepedulian lingkungan memang tengah menjadi tren di kalangan anak muda sekarang. Milenial dan Gen Z kini lebih peduli dan sensitif, bahkan mempertimbangkan proses produksinya apakah sesuai dengan prinsip etika lingkungan sebelum membeli produk.
“DSC adalah sebuah ekosistem kewirausahaan yang terus konsisten sejak tahun 2010, mendorong anak muda selalu berinovasi dan mengedepankan kreativitas dalam menciptakan produk atau layanan yang dapat membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan,” kata Edric.
Mengadopsi teknologi hijau dan pengelolaan limbah yang lebih efektif, tiga anak muda lulusan DSC yang kini tergabung dalam Diplomat Entrepreneur Network (DEN) membuktikan bahwa melalui bisnis yang mereka kembangkan dapat membangun solusi lingkungan yang berkelanjutan. Mereka adalah I Made Mei Jayana (Bala Indonesia), Rengkuh Banyu Mahandaru (Plépah), dan Dedhy Bharoto Trunoyudho (Lumbung Alum by Garda Pangan).
“Dengan mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan dari operasi bisnis kami, harapannya kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi generasi mendatang,” ungkap I Made Mei Jayana selaku CEO dan Co-Founder Bala Indonesia.
Bala Indonesia bergerak di bidang industri pakan dan pengolahan sampah organik dengan menggunakan metode biokonversi yang menghasilkan produk berupa maggot BSF sebagai pakan organik untuk ikan dan unggas serta pupuk organik. “Bala Indonesia optimis dapat menyediakan produk berkualitas baik bagi para pembudidaya ikan, peternak, dan petani,” ujarnya.
Sementara Rengkuh Banyu Mahandaru Co-Founder & CEO Plépah mengatakan, ini adalah momentum yang pas untuk usaha yang berbicara tentang lingkungan dan manusia.
“Plépah lahir dari sebuah keresahan. Motivasi saya ingin berkontribusi, dan saya punya interest sendiri terhadap hal-hal yang sifatnya bisa memberikan kualitas yang baik,” ujar Mahandaru.
Lain lagi dengan Dedhy Bharoto Trunoyudho selaku founder Garda Pangan yang menerapkan food rescue. Melalui Lumbung Alum by Garda Pangan berupaya menyelamatkan surplus makanan yang dihasilkan oleh industri f&b dari potensi terbuang. Makanan tersebut akan diperiksa kembali kualitasnya, dikemas ulang, lalu dibagikan kepada masyarakat pra-sejahtera di Surabaya.
“Untuk menjamin keamanan dari makanan tersebut, Lumbung Alum by Garda Pangan menerapkan Standard Operating Procedure (SOP) yang ketat untuk memastikan makanan ditangani secara higienis dan disampaikan secara bermartabat. Ajang DSC menjadi kesempatan buat para entrepreneur muda untuk naik kelas dan belajar banyak lewat kompetisi ini,” pungkasnya.
STEVY WIDIA