Menghindari Kegagalan Bisnis di Tahap Awal

Bukalapak PUJAAN

Melalui Program Modal PUJAAN, Bukalapak Dukung Pemberdayaan UMKM Perempuan Go Digital (Foto: Istimewa) (Foto: ilustrasi)

youngster.id - UMKM adalah salah satu aspek kritikal penggerak roda perekonomian Indonesia. Akan tetapi, untuk memasuki dunia usaha itu sendiri, ada banyak hal yang perlu dipersiapkan serta dipelajari agar produk yang dijual sesuai dengan kebutuhan serta target pasar yang dituju.

World Economic Forum tahun 2021 menyebutkan, 99% UMKM gagal berkembang dikarenakan tidak sesuainya produk yang dihadirkan dengan kebutuhan pasar. Hal ini sering menjadi tantangan utama kalangan usaha di kategori New Comer.

Mereka yang dikategorikan New Comer merupakan bentuk usaha yang ada pada tahap baru saja dimulai. Umumnya mereka masih terjebak dalam mengidentifikasi kecocokan pasar, memiliki penghasilan di bawah Rp 1 miliar per tahun, memiliki kemampuan logistik dan produksi yang sangat terbatas atau bahkan tidak ada, serta hanya memiliki satu hingga dua saluran distribusi penjualan.

Penentuan produk untuk dijual adalah elemen utama yang perlu ditetapkan pada saat memulai usaha. Sayangnya, 99% UMKM yang terjebak di dalam kategori New Comer ini, masih sulit menentukan produk mana yang sesuai dengan pasar atau product market fit mereka, sehingga lebih berisiko gagal dalam mengembangkan bisnis ke depannya.

Salah satu cara untuk mengetahui product market fit adalah dengan melalui analisis data primer atau sekunder yang kini banyak bisa diperoleh secara digital. Data dari Kementerian Koperasi dan UKM pada 2 Juni 2021 sendiri menyebutkan jumlah UMKM yang onboarding atau telah masuk ke ekosistem digital telah mencapai angka 19% atau sekitar 12 juta. Dengan makin banyaknya UMKM yang bergabung di ekosistem digital, hal ini menunjukkan potensi jumlah data yang bisa diambil dan diolah oleh para pemilik usaha ini sebagai dasar analisis keputusan bisnis mereka.

Secara singkat, data yang dibutuhkan para pelaku UMKM ini dapat diperoleh melalui Google Trends, hashtag di media sosial, hingga turun langsung ke lapangan. Namun, data ini pun tidak akan berarti tanpa diolah terlebih dahulu, sementara belum tentu semua pelaku usaha memiliki kemampuan untuk menarik analisis dari sebaran data yang ada.

Sejalan dengan kebutuhan inilah, social commerce Evermos dan Soka Institute berinisiatif dalam membuat Riset Pasar untuk mengetahui produk serta kategori apa saja yang tengah digemari, dalam mendukung para pelaku UMKM untuk berkembang, serta menghindari kegagalan bisnis di tahap awal.

“UMKM perlu memiliki kemampuan untuk membaca dan mengolah data. Baik untuk mereka yang baru memulai atau di tahap pengembangan. Dengan bergerak dari data, para pemilik usaha dapat membuat kebijakan bisnis serta menangkap kebutuhan di pasar dengan lebih tepat,” terang Ilham Taufiq, selaku Co-founder Evermos, dalam keterangan tertulisnya (02/11/2021).

Riset dilakukan dengan melakukan analisa gabungan hasil penjualan produk tertinggi di platform online dan e-commerce, serta dikombinasikan dengan riset sekunder dari sumber pihak ketiga. Hasilnya, diketahui Makanan dan Minuman, Perlengkapan Rumah Tangga, serta Fashion Wanita, adalah kategori-kategori dengan pembelian produk tertinggi dalam satu tahun terakhir. Evermos menganalisis kategori yang paling sering dibeli dengan skala 1-100, dengan kategori Makanan Minuman berada di posisi teratas dengan skala 50.26, kemudian diikuti dengan Perlengkapan Rumah Tangga 33.36 dan Fashion Wanita 27.25.

Situasi pandemi memang membuat sejumlah perubahan atau shift dalam kebutuhan serta preferensi konsumen dalam membeli produk. Misalnya produk di kategori Perlengkapan Rumah Tangga yang frekuensi penjualannya menjadi meningkat karena masyarakat banyak menghabiskan waktunya di rumah. Peralatan dan perlengkapan rumah menjadi prioritas agar aktivitas di rumah dapat menjadi semakin nyaman. Beberapa produk dengan penjualan tinggi antara lain sprei dan bed cover, spatula, serta pisau dapur.

Begitu pun untuk kategori Fashion Wanita. Meskipun fesyen merupakan salah satu kategori yang paling terdampak selama pandemi, toh masih menjadi salah satu kategori dominan dalam penjualan online. Penjualan produk seperti baju olahraga dan baju santai terutama justru mengalami peningkatan selama di masa pandemi ini. Bila terdapat sejumlah produk yang mengalami tren kenaikan, tentu ada pula kategori produk yang justru menunjukkan tren negatif atau penurunan penjualan. Produk-produk yang ada di kategori ini, antara lain adalah lipstick, yang penggunaannya menjadi turun karena tertutup penggunaan masker selama masa pandemi.

Melihat hal ini, kemampuan UMKM dalam membaca tren pun menjadi vital untuk menentukan kemampuan mereka dalam menangkap peluang yang ada di pasar, agar menjadikan bisnis mereka terus bertumbuh. “Hasil riset ini menjadi salah satu pedoman bagi para pelaku usaha dalam mencari peluang usaha,” tegas Iwan Gunawan, Direktur Soka Institute. (*AMBS)

Exit mobile version