Menyiasati Masalah Sampah Makanan

sampah makanan

Menyiasati Masalah Sampah Makanan (Foto: Ilustrasi)

youngster.id - Indonesia menempati peringkat keempat untuk tingkat sampah makanan tertinggi di dunia yakni sebesar 20,94 juta metrik ton, menurut data dari United Nations Environment Programme (UNEP).

Permasalahan ini menjadi semakin genting karena pemborosan makanan diproyeksikan akan meningkat hingga 31% pada tahun 2030. Kesadaran rendah dan pemahaman yang terbatas mengenai isu ini menjadi salah satu kendala utama dalam menghadapi pemborosan makanan dan air. Alih-alih dianggap pemborosan, masyarakat memiliki persepsi bahwa kelebihan makanan adalah tanda kemakmuran. Terdapat juga kesalahpahaman bahwa sampah makanan tidak berbahaya, karena pada akhirnya akan terurai.

Sejatinya, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional sudah menginisiasi upaya untuk mengatasi permasalahan sampah makanan ini, yang salah satunya diimplementasikan melalui program “Gerakan Selamatkan Pangan”.

Dengan tujuan menyelamatkan pangan yang berpotensi menjadi sampah makanan, Gerakan Selamatkan Pangan terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu penyediaan, pengumpulan, penyortiran dan penyaluran pangan melalui donasi pangan; penyediaan platform penyelamatan pangan yang dapat diakses secara digital; serta sosialisasi, edukasi dan advokasi melalui kampanye “Stop Boros Pangan” dan “Belanja Bijak”.

“Melalui program Gerakan Selamatkan Pangan, kami bertujuan untuk mengubah paradigma masyarakat dalam mengelola sampah makanan dan mendorong praktik-praktik yang lebih berkelanjutan,” ujar Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional Nyoto Suwignyo, dikutip Sabtu (21/10/2023).

Memahami bahwa sisa sampah makanan dapat memberikan kontribusi signifikan pada emisi gas metana yang berpotensi merusak lingkungan, Bank DBS Indonesia mengajak masyarakat Indonesia untuk lebih sadar akan isu ini.

“Kami percaya bahwa kita semua, baik pemerintah, swasta, hingga masyarakat memiliki peran dalam mengatasi permasalahan sampah makanan demi menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan. Melalui kampanye ‘Live more, Waste Water & Food less’, kami mengikrarkan janji untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan isu sampah makanan dan konservasi air dengan semangat ‘Water is life, water is food, and leave no one behind,” ujar Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia Mona Monika.

Sejak tahun 2020, Bank DBS Indonesia secara aktif menunjukkan kepeduliannya terhadap isu sampah makanan yang tertuang melalui gerakan #MakanTanpaSisa. Kepedulian ini diwujudkan melalui kemitraan erat dengan berbagai organisasi demi mendukung beragam inisiatif berkelanjutan. Salah satunya adalah dengan Kebun Kumara untuk program “Kompos Kolektif”, di mana sampah organik rumah tangga karyawan Bank DBS Indonesia diolah menjadi kompos guna mendorong pengurangan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Selain itu, kolaborasi juga dilakukan dengan FoodCycle Indonesia dalam program “Drive Hunger Away” di mana makanan yang tidak dikonsumsi karyawan atau makanan di gudang-gudang yang sudah mendekati tanggal kadaluarsa didonasikan kepada anak-anak kurang mampu dan lansia pra sejahtera yang rentan mengalami kelaparan.

Bank DBS Indonesia juga menjalin kerja sama bersama Alfamart dan juga e-commerce seperti Bukalapak dan Blibli dalam meningkatkan kesadaran terhadap isu food waste dan food loss melalui berbagai kanal komunikasi hingga menyelamatkan makanan agar tidak sampai ke TPA dengan mengolahnya menjadi bahan pangan untuk didistribusikan kembali.

Lebih dari itu, Bank DBS Indonesia pun mendistribusikan makanan surplus kepada 3.300 orang di beberapa kota besar melalui program “Kulkas Berjalan” bersama Foodbank of Indonesia (FOI). Bank DBS Indonesia juga mendukung upaya Jangjo dalam mengatasi masalah sampah makanan di pusat perbelanjaan dan restoran, serta Surplus Indonesia yang fokus dalam menyelamatkan makanan berlebih dari UMKM melalui platform Surplus yang kemudian didonasikan ke anak-anak di panti asuhan di sekitaran Jakarta.

Dengan eratnya jaringan di dalam ekosistem yang dibangun, Bank DBS Indonesia pun berhasil menjembatani eFishery untuk mendonasikan sebanyak 30 kg ikan nila kepada FOI yang kemudian diterima oleh 150 siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan lansia di Jakarta sebagai bagian dari komitmen eFishery terhadap ketahanan pangan dan modernisasi ekosistem akuakultur.

Beberapa kegiatan dengan mitra juga dilakukan oleh Bank DBS Indonesia melalui program sukarelawan untuk karyawannya yaitu People of Purpose seperti donasi dan pembagian makanan. Sebagai hasilnya, sepanjang tahun 2023, Bank DBS Indonesia telah berhasil menyelamatkan 250.000 kg food impact atau makanan yang berhasil diselamatkan sehingga tidak berakhir di TPA. Pencapaian ini mencatat peningkatan yang signifikan yakni sebesar 346%, jika dibandingkan tahun 2022 yang mencatatkan 56.596 kg food impact. Data dari DBS Group, secara regional, Bank DBS telah mencatatkan lebih dari 2,000 ton food impact dari semua negara dimana DBS beroperasi.

“Kami sangat mengapresiasi Bank DBS Indonesia serta mitra-mitra di dalam ekosistem yang telah mencanangkan kampanye ‘Live more, Waste Water & Food less’ ini. Besar harapan kami agar kampanye ini menjadi penggerak agar semakin banyak perusahaan yang bergerak ke arah yang lebih hijau serta memberikan motivasi bagi masyarakat untuk semakin bijak dalam mengkonsumsi makanan dan air demi lingkungan yang lebih lestari,” tutup Nyoto.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version